10. The Dream That Never Came True

413 20 0
                                    

Aku membuka mata, menatap langit-langit ruangan. Dimana ini? Seperti kamar, tapi ini bukan kamarku.

Rasanya tubuhku terlalu berat untuk diangkat, tempat tidur ini terlalu nyaman. Cahaya matahari menerpa wajahku melalui celah-celah jendela, aku menarik selimut menutup wajah.

"Raib, sudah hampir siang belum bangun juga?" 

Tubuhku tersentak pelan, terdiam membeku, aku sangat mengenali suara ini. Dengan cepat aku beranjak duduk dan melihat sosok tersebut yang berdiri bersandar pada bingkai pintu.

"... Ayah..." suaraku bergetar, aku mencengkram selimut dengan erat, mataku terasa panas.

Ayah berjalan mendekatiku, ikut duduk di tempat tidur, terkekeh pelan "rambutmu berantakan sekali, semalam tidur seperti apa yang kamu lakukan, hem?" ucapnya sambil mengelus kepalaku lembut, sementara aku terus terdiam menatap sosok di depanku. 

Ingatanku mulai memutar kembali ingatan itu. Ketika Raja Hutan Gelap bertarung melawan Seli, kemudian Seli membakarnya habis menjadi abu  menggunakan Teknik Masa Depan. Ayahku sudah tiada, dia sudah lama tiada, terkubur di dalam tubuh Raja Hutan Gelap. Lalu siapa pria yang duduk di hadapanku ini sambil tersenyum lebar padaku?

Satu persatu bulir air mata yang tidak bisa kutahan lagi jatuh tak berurutan, terasa hangat di pipi, aku terisak pelan.

"Eh? Eh? Eh? Loh? Kenapa anak ayah ini?" 

Aku tidak menjawab, bahkan tangisanku semakin kencang, tanganku yang bergetar menarik ayah, memeluknya dengan erat, wajahku tenggelam pada baju hitam-hitamnya, menangis.

Ayah terdiam kebingungan, terlebih lagi mendengar tangisanku dan cengkraman tanganku yang sama-sama bergetar, tidak dapat berkomentar apa-apa.

"Loh? Kenapa ini?" Seorang lagi muncul dan berjalan mendekati kami berdua, ikut duduk "Raib, sayang, ada apa?"

Aku mengintip dari sela-sela lengan ayah yang besar, mataku melebar "ibu..." aku menatap wajahnya yang bingung dan khawatir, tangannya mengusap pelan pipiku yang sembab. Bukankah ibu juga sudah tiada? Kenapa dia bisa berada di sini? Bibirku kelu untuk mengatakan apa-apa, kini aku juga memeluk ibu sambil terisak. 

Kamar itu lengang menyisakan tangisanku yang seperti anak kecil, anak kecil yang bertemu orang tuanya lagi setelah lama tersesat.

Ibu menoleh ke arah suaminya meminta penjelasan, yang tidak dijawab, Ayah terus melihatku yang menangis mencengkram bajunya. Ibu mengelus rambutku lembut "Raib... sayang... mimpi buruk ya?" aku tetap diam di pelukan mereka berdua "mimpi buruk seperti apa, hm? Aduh, sampai menangis seperti ini" 

Ayah melepas pelukanku perlahan "Ra, coba lihat sini" tangan besarnya meraih wajahku, mengusap pelan air mataku, terkekeh pelan "wah, dari hidung sampai telinga merah semua" ia mengecup pelan pucuk kepalaku "jangan menangis lagi, ya"

Ibu juga mendekapku sebentar, dan mengecup kedua pipiku, tangannya memegang kedua bahuku, mengirim sugesti nyaman "ayah dan ibu di sini, ya? Jangan menangis lagi sayang"

"Wah! Hari ini ibu memasak makanan kesukaanmu, Ra! Saatnya kita makan!" Ayah tersenyum lebar, mencoba menghibur.

Ibu tertawa lebar "nah, ayooo, meluncur ke meja makan" menarik tanganku keluar kamar, ayah ikut terkekeh "hei! Jangan mulai duluan tanpa ayah!" dan ikut menyusul kami berdua. Aku tertawa lebar.

Mimpi buruk? Entah berapa ribuan kali aku meminta semua itu hanya mimpi buruk fana, entah berapa puluh ribu aku berdoa semua itu hanya mimpi buruk yang bisa kuakhiri dengan bangun dari mimpi tersebut, biarlah aku berjuta-juta kali aku bermimpi buruk, asal aku bisa bangun dari mimpi itu.

Siapapun, tolong, jangan bangunkan aku dari mimpi ini. Biarlah mimpi ini selesai dengan sendirinya. Biarlah aku menjadi egois untuk saat ini, menikmati mimpi-mimpi ini. Tolong biarkan aku terhipnotis oleh bunga tidur yang sementara ini. Biarkan aku lari dari kenyataan untuk sesaat, menjalani mimpi indah ini.

Mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Malam itu, kamarku dipenuhi cahaya bulan purnama yang bersinar lebih terang dan lembut dari biasanya.

Bumi Series OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang