8. Bintang Jatuh

426 23 0
                                    

... jadi kepikiran Raib jadi antagonis di novel aldearan setelah baca postingan Bang Tere kemaren. But what do you think? Setuju ga?

Anyway, enjoy!



Aku membuka mata menatap langit-langit ruangan, lalu beranjak duduk.

"... aku tidak bisa tidur..."  

Hari ini aku dan Seli datang bermalam di kediaman Ilo setelah kejadian di klan Matahari minor seminggu lalu. Bahkan Ali--yang baru pulang dari SagaraS secara mengejutkan beberapa hari yang lalu--juga ikut serta. Tidak ada yang berbeda dari hubunganku dengan Seli, kami berjanji pada satu sama lain untuk menerimanya dan tidak membahasnya lagi. 

Aku menoleh ke arah pintu. Seli belum kembali, apa dia masih berbincang dengan orang-orang dirumah? Aku disuruh tidur duluan setelah ketahuan tertidur di sofa saat yang lain sedang mengobrol. Entahlah, barusan aku sangat mengantuk dan tiba-tiba saja rasa kantukku hilang.

Semuanya bersuka cita menyambut kembalinya Ily, walaupun Vey sempat menangis saat kami beritahu soal Ily yang tidak memiliki ingatan apa-apa. Terkadang aku, Seli, dan Ali suka membicarakan petualangan kami saat di klan Bulan dulu, mungkin dengan begitu ingatan Ily bisa kembali perlahan, atau kami akan mengadakan quiz siapa yang lebih mengenali Ily. Malam itu rumah Ilo ramai sekali, mungkin aku terlalu banyak tertawa sampai-sampai bisa tertidur di atas sofa.

Aku turun dari kasur dan berjalan menuju balkon, menatap pemandangan rumah balon di kota Tishri pada malam hari. Angin malam yang lumayan kencang melambai lambai rambut panjangku. Aku mendongak menatap bulan purnama yang terlihat jelas di atas sana.

"Ibu..." ucapan itu spontan keluar dari mulutku

"Apa ibu sudah bertemu dengan ayah sekarang?" lengang, tidak ada jawaban

"Apa ayah bahagia sekarang sudah bertemu dengan ibu?"

"Aku... walaupun sekali saja... aku ingin mendengar ayah dan ibu memanggil namaku... Raib"

"Apa arti sebenarnya dari 'Raib'? Kenapa kalian memberiku nama demikian?"

"Apa kalian bisa mendengarku bericara sekarang? Jika iya aku merasa sangat senang"

Aku terkekeh pelan "... aku merindukan kalian..."

Pada akhirnya aku akan sendirian. Itulah konsekuensi menjadi seorang keturunan murni sekaligus pemilik DNA kutukan. Untuk apa aku hidup jika akhirnya aku sendirian? Apa aku berbuat salah? Apakah pernah sekalipun aku membunuh seseorang yang tidak bersalah? Kesalahan apa yang sampai takdir seperti ini menimpaku?

Aku perlahan naik ke atas pagar balkon, menatap pemandangan kota dengan mata kosong "Raib... jika aku melompat dari sini... apakah aku akan menghilang...? Raib?" aku bergumam pelan sambil terus menatap lurus.

"Ayah... Ibu... apa aku boleh menyerah...?" Angin terus bertiup kencang memainkan rambut dan baju tidurku.

"RAIB! ASTAGA!" 

Aku terlonjak kaget  menoleh dalam posisi masih berada di atas pagar balkon, melihat Seli dan Ali yang berdiri di pintu kamar menatapku panik "Ah Seli, Ali, kalian sudah selesai--"

"RA DIAM DI TEMPATMU! AKU YANG AKAN MENGHAMPIRIMU!" Seli berseru sambil berlari menuju balkon kemudian mengulurkan tangan "Ra, ayo turun!"

Aku terdiam menatap uluran tangan Seli. Padahal aku bisa turun dengan mudah sendiri. Tetapi aku tetap menerima uluran itu dan turun dari pagar.

"Ra! Apa yang kau pikir--RAIB" Seli berteriak histeris melihat aku yang tiba-tiba jatuh terduduk

"Ra, kau tidak apa-apa?" Ali ikut berlari menghampiri

"... tidak... kakiku tiba-tiba lemas... " aku terdiam, terkejut juga

"Lagian apa yang kau lakukan di atas situ, heh" Ali memelotot

"Eh, tadi ada bintang jatuh--sepertinya?--makanya aku naik untuk melihat lebih dekat, memastikan" aku menatapnya cengengesan "aku berencana memanggi kalian kalau itu benar-benar bintang jatuh"

"Tapi itu berbahaya Raib! Bagaimana kalau sampai jatuh?!" Seli memegang bahuku

"Eh... tapi bukannya dengan kemampuanku sekarang aku bisa mendarat dengan aman jika jatuh?"

"Eh... benar juga sih... AH! Tapi jangan lakukan hal seperti itu lagi! Tadi itu persis seperti karakter drakor faforitku yang ingin melompat dari gedung!" Seli mengguncang bahuku sambil berseru merengek

"Sel, bisa-bisanya kamu bawa drakor sekarang?" Ali menyeletuk

"Lagian..." Seli rasanya ingin menangis lagi mengingat drakor itu. 

Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua "ini sudah mulai dingin, balik ke dalam, yuk?"

Pembohong

Aku sungguh pembohong yang menjijikan

  

Yang mau req cerita silahkaannn!!!

Bumi Series OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang