3. Unexpected Arrival

889 31 1
                                    

SPOILER MATAHARI MINOR ALERT!!!!

I'M WARNING YA'LL!

Penglihatanku mulai buram, telingaku berdengung kencang. Kakiku gemetaran mencoba untuk berdiri, mendongak ke atas menatap Ily yang juga menatap kami dengan mata dinginnya.

"Ily... kumohon cukup. Ayo kembali... Ilo, Vey dan Ou menunggu..." Seli menatap getir Ily. Aku mengigit bibir, Ibu Cwaz sudah terkapar di ujung sana, Si Putih tak bergeming sejak tadi. 

"Sudah kubilang berkali-kali aku bukan lagi Ily yang kalian kenal" Ily menatap dingin Seli, mengangkat tangannya "cukup, akan kubawa kalian pada Raja Hutan Gelap"

Splash! Terbentuk sebuah portal hitam gelap tepat dibawah Seli.

"SELI!" Terlambat, Seli sudah terjatuh kedalam portal itu.

Splash! "IBU CWAZ!" 

Tidak! Aku menoleh kearah Putih splash! Aku berteleportasi dengan sisa kekuatanku, muncul di hadapan Si Putih, mendekapnya dengan erat.

"Nah... sekarang giliranmu, putri bulan"

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu" aku benci sebutan itu, setiap mendengarnya rasanya pundakku merasa lebih berat.

"Siapa kau?" Aku mengigit bibir "wajahmu seperti Ily, suaramu seperti Ily, tapi kau tidak seperti Ily! SIAPA KAU" Aku berteriak marah, setetes demi setetes air mata mulai jatuh, mengingat betapa sedihnya orang-orang saat mengetahui Ily tewas di kompetisi itu, mengingat sinar harapan di mata mereka saat mereka tau ada kemungkinan Ily masih hidup. Tapi kalau sudah begini... apa  yang harus aku katakan pada mereka? Melihat Seli yang terpuruk melihat Ily yang sekarang, aku tidak bisa membayangkan reaksi mereka.

Maafkan aku... sungguh maafkan aku...

"Aku memang bukan Ily yang kalian kenal lagi, sekarang giliranmu yang ku kirim kepada--"

"MENGHILANGLAH DARI HADAPANKU!" Splash! Ily hilang entah kemana, aku tidak terlalu memikirkannya karena setelah itu pandanganku mulai gelap dan pingsan di tempat. 

***

"Meong!"

Aku perlahan membuka mata dan menatap Si Putih "Kamu terlihat baik-baik saja ya, Put" Aku mencoa beranjak duduk, lalu meringis pelan "benar juga, aku belum memulihkan diri" aku bergumam dan meletakkan tangan di pundakku melalukan teknik penyembuhan.

"Berapa lama aku tertidur?"

"Meong" tidak tau, aku juga baru siuman.

"Sini Put" Si Putih duduk di pahaku dan bergelung, mendengkur. Aku melakukan teknik penyembuhan padanya juga.

"Meong" sekarang kita harus apa?

"Kita akan mencoba mencari Seli dan Ibu Cwaz" aku bangkit berdiri, lalu menatap kosong hutan disekitarku. Si Putih menyundulkan kepalanya pada betisku, aku tersenyum tipis "terima kasih" aku menunduk dan mengigit bibir, air mataku terasa hangat di pipi. Aku harus apa? Aku harus kemana? Air mataku terus berjatuhan, aku meremas seragam hitam-hitamku, terisak pelan.

"Ra? Raib"

Wajah ku terangkat, aku sangat mengenali suara itu, tapi itu tidak mungkin. Aku beralik kebelakang perlahan memastikan, lalu termangu dengan sosok yang kulihat.

"Ali..."

Ali menatap getir, lalu tertawa hambar "bahkan ternyata putri bulan menangis saat kesepian ya"

Aku masih menatap sosok ALi tidak percaya, bagaimana bisa?

"Kau... benar-benar Ali?"

"Ya, ini aku, Ra. Sahabat terbaik se-galaksi bima sakti" 

"Maaf aku terlambat" Ali menggaruk tengkuknya, menunduk "beberapa waktu yang lalu aku mengunjungi klan Bumi, tapi kau dan Seli tidak ada. Lalu aku mencari kalian berdua, bertemu Master B, lalu... yah disini aku sekarang. Tapi... sepertinya aku terlambat... maaf--"

Grep! Aku memeluk Ali dengan erat, tangisku pecah, berkali-kali aku mengucapkan namanya, aku sangat lega... aku sangat senang... 

Aku terus terisak di bahu Ali "bodoh! Kemana saja kau! Dasar biang kerok menyebalkan!" Aku mengeratkan pelukanku "Aku... tidak tau harus berbuat apa kalau kau tidak datang..." 

Ali perlahan balas memelukku, tangannya mengelus rambut panjangku pelan "maaf..."  ucapnya pelan "jarang-jarang Raib memperlihatkan sisinya yang seperti ini..."  Ali mempererat pelukannya "kita akan menyelamatkan mereka, bersama"

Bumi Series OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang