Seli tersenyum menyapa penjaga yang dibalas dengan tundukan singkat membiarkannya masuk. Seli menahan napas, melangkah masuk dengan gugup, bahkan langkah kakinya patah-patah. Seli duduk, lalu menarik napas, mencoba tersenyum, menatap mata dibalik jeruji besi itu.
"Selamat pagi Ily" Seli mencoba untuk menjadi se-ramah mungkin.
Sosok itu hanya diam mengangkat wajah melihat Seli yang menyapanya.
"Eh, apa aku boleh memanggilmu seperti itu?" Seli menggaruk tengkuknya, teringat saat Ily marah-marah saat dipanggil Ily.
Ily hanya diam tak bergeming, tak lama kemudian mengangguk pelan, Seli tersenyum sumringah melihatnya. Setelah kejadian di klan Matahari Minor Ily akan dikarantina untuk sementara hingga aman untuk benar-benar dilepaskan.
"Bagaimana kabarmu, Ily?"
Ily mengangguk pelan, menatap dalam Seli, seolah berkata bagaimana denganmu?
"Aku baik, tapi setelah melakukan teknik itu kekuatanku tidak bisa dipakai untuk sementara itu, tapi diluar itu aku baik-baik saja" Seli tersenyum "kau masih mengingat namaku, kan? Seli"
Ily mengangguk "yang satu lagi?"
"Oh, dia, yang rambutnya panjang namanya Raib, dia berasal dari klan bulan juga sepertimu Ily" Seli lega akhirnya Ily ingin berbicara "kita dulu juga pernah bertualang bersama di klan Matahari ikut berpartisipasi dalam kontes Festival Bunga Matahari. Ah, bersama satu orang lagi, laki-laki, namanya Ali, wajahnya memang kusut, rambutnya berantakan, tapi dia super duper genius, walaupun menyebalkan, sih" Seli terkekeh pelan.
"... Maaf... aku tidak ingat apapun..."
Seli tersenyum getir "tidak apa-apa... begitu kau selesai karantina kita akan membuat kenangan baru lagi, yang lalu biarkan berlalu"
Lengang sejenak diantara mereka berdua. Ily membuka mulut "hari ini kau sendiri, dimana temanmu?"
Badan Seli menengang "ah itu..." ia memainkan baju hitam-hitamnya, menunduk dalam-dalam "kami bertengkar"
Ily terdiam menatap Seli "... waktu itu ya"
Seli menggaruk tekuk, tertawa canggung "sejak hari itu Raib selalu mengurung diri di ruangannya, tidak ingin bertemu siapa-siapa. Mungkin... terutama aku--tidak, itu sudah pasti sih..." Seli mengangkat wajah menatap Ily "apa aku... melakukan hal yang benar?"
Ily terdiam "... aku tidak bisa membenarkan atau menyalahkan pendapatmu. Tapi aku yakin itu pilihan yang sulit..." Ily berhrnti sejenak, menarik napas "kenapa kau lebih melilih menyelamatkanku dibanding Raja Hutan Gelap?"
Seli menunduk. Kenapa? Semua orang menantikan kepulangannya, mengharapkan kepulangannya. Tetapi Tazk juga begitu, Raib selalu menantikan kehadirannya, kepulangannya. Dan kenapa Seli lebih mementingkan orang-orang dibanding sahabatnya sendiri?
"... Itu sulit untuk dijelaskan..."
Ily terdiam menatap Seli "buatmu... siapa itu Raib?"
Seli termangu, terdiam sebentar, berpikir. Memorinya bersama Raib berkelebat dalam pikirannya, layaknya film yang diputar. Raib yang menyemangatinya, Raib yang bertarung membela teman-temannya, Raib yang selalu bertengkar dengan Ali, Raib yang mendekap Seli ketika Seli menangis, senyum dan tawanya.
"Buatku..."
Ily menatap Seli menunggu jawaban.
"... Raib adalah saudara perempuan yang tidak pernah kupunya..." Seli terdiam, termangu dengan jawabannya sendiri "Ketika kau menjadi kakak laki-laki yang tidak pernah kupunya, maka Raib adalah kakak perempuan yang tidak pernah kupunya..."
Lengang lagi diantara mereka berdua. Ily membuka mulut "lalu?"
"Lalu?"
"Apa lagi yang kau tahu tentangnya?"
Seli mengangkat alisnya, tidak mengerti, tapi tetap menjawabnya "Raib itu cantik, kuat, perhatian dan peduli, walaupun sering marah-marah--terutama pada Ali--tapi Raib selalu peduli pada sahabat-sahabatnya. Raib selalu mementingkan orang lain dianding dirinya sendiri, maka dari itu peranku dan Ali sebagai sahabatnya adalah mementingkan dirinya"
Seli mendongak menghadap langit-langit "dia menyukai pelajaran bahasa, dia menyukai novel, dia sangat menyayangi kucingnya, lalu masakan yang dia buat di klan bintang itu enak sekali, lalu dia orang yang gengsi, dia tidak suka dipanggil "putri bulan" atau "putri Raib" atau sesuatu yang mengingatkannya dengan fakta bahwa dia keturunan murni--walaupun Ali suka mengolok-oloknya tentang itu. Lalu..." Seli terdiam sebentar.
Ily juga tidak mengatakan apa-apa, menunggu kelanjutannya.
"Lalu... Raib orang yang pemaaf... Bahkan penjahat seperti si Tanpa Mahkota ia maafkan, padahal dia sudah menyakiti orang-orang tersayangnya, tapi pada akhirnya Raib yang memutuskan untuk memberikannya kesempatan, memaafkannya" Seli teringat kejadian di klan Komet Minor ketika si Tanpa Mahkota nyaris dihabisi Ali dengan pusakanya "dia juga memaafkan miss Selena yang menjadi penyebab kematian ibunya, penyebab kepergian ayahnya..." Seli terdiam, lalu apakah Raib akan...
"Kau terihat sangat senang ketika menceritakan tentangnya" ucap Ily yang memecah renungan Seli.
"Eh? Begitu ya?" Seli menggaruk lehernya, tertawa cengengesan.
"Kalian lebih dekat dari yang kukira" Ily tersenyum.
Seli termangu, itu petama kalinya Seli melihat Ily tersenyum sejak kejadian di klan Matahari Minor. Menyadari itu Ily menutup mulut, memalingkan wajah. Seli tertawa melihatnya.
"Jangan khawatirkan soal Raib, dia hanya perlu waktu untuk menerimanya..." Ily beralih menatap Seli "aku tidak begitu mengerti tapi... aku yakin Raib tidak akan membenci sahabatnya sendiri, bukankah kau yang paling tahu soal itu?"
Mata Seli membulat, lalu tertawa pelan, mengusap pipi "hei! Sejak tadi kau tidak menyebut namaku! Apakah kau lupa dengan namaku?" Seli menarik kursinya lebih dekat.
Ily terdiam, memalingkan wajah.
"Hei! Ayolah! Sebut namaku, sekali saja" Seli menyeringai menunjukkan telunjuknya.
"... Seli..."
Wajah Seli langsung sumringah "lagi! Lagi!"
Ily menggaruk lehernya, katanya tadi sekali saja "... Seli..."
Seli tertawa renyah , sejenak melupakan rasa gugup dan takutnya saat memasuki sel karantina. Kini ia merasa lega karena sudah bisa bercakap-cakap santai dengan Ily, dan bahkan Ily juga menyemangatinya soal masalahnya dengan Raib.
Seli yakin, sedikit demi sedikit, walaupun tidak memiliki ingatan, Seli yakin Ily akan kembali seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Oneshots
FanfictionOneshots Bumi Series dari novel bang Tere Liye. Penumpang kapal Rali dan Sely berbahagialah! Disini kapal mereka lancar jaya tanpa halangan! (Semoga) Bagi yang belom baca sampe Matahari minor hati-hati pada spoiler! Karakter milik bang Tere! E...