9. Karena Dia Adalah Raib

489 25 0
                                    

"Sel! Sebelah sini!"

Aku menoleh, tersenyum lebar melihat sosok dengan hoodie hitam depan gerbang sekolah "Ali! Sudah lama menunggu?"

"Tidak, aku baru datang. Dimana Raib?"

"Dia ada urusan sebentar" 

Ali mengangguk "Sekolah ini tidak banyak berubah ya"

"Tidak ada yang tahu kalau kau tinggal di SagaraS sekarang. AKu tidak bisa membayangkan fansmu ketika melihatmu disini. Kapten basket-mu sangat kecewa ketika tahu kau keluar tiba-tiba" aku bersandar pada gerbang sekolah.

Ali menggaruk lehernya "Lagipula sulit juga harus bolak-balik dari SagaraS ke klan Bumi hanya untuk sekolah. Aku hanya kebetulan diizinkan ibu untuk pergi mengunjungi kalian"

"Yah, hal bagus buat Raib, tidak lagi istirahat menonton-mu latihan dengan sorakan fans norak-mu itu. Sekarang kami bisa santai di kantin saat istirahat" 

Ali terkekeh pelan "senang melihat kalian berdua dekat lagi"

Aku teridam, paham apa maksudnya. Setelah kejadian itu, Raib sering menghindariku, mukanya akan pucat setiap berpapasan denganku dan lari menghindariku. Ali bilang, Raib hanya butuh waktu, Ali tak begitu mengerti, tapi dia merasa bukan hanya aku yang takut bertemu dengannya, tapi Raib juga. Dan Ali benar, setelah beberapa minggu Raib menghindariku, Raib sendiri tiba-tiba mengejarku, dan sebelum mengatakan apa-apa dia sudah terduduk menangis. Alhasil, kami erdua berpelukan sambil menangis di pinggir lapangan sekolah yang sudah sepi.

"Karena dia adalah Raib. Raib saja memaafkan si Tanpa Mahkota yang menyakiti orang-orang berharganya, memaafkan miss Selena yang menjadi sebab kematian ibunya. Segalak apapun dia, Raib adalah orang yang pemaaf" Ali tersenyum menatap lurus ke depan "dan dia tidak mungkin membenci sahabatnya. Kamu yang duluan menemani Raib dari aku, aku yakin kau yang lebih tahu tentang Raib dariku" Ali menoleh padaku "Terimakasih telah menemani Raib saat aku belum ada, Sel"

Aku termangu, lalu mengangguk perlahan, mengusap pipi

"Bagaimana kabar Ily?"

"Baik, dia mulai melunak akhir-akhir ini, tidak dingin lagi" aku tersenyum "walaupun ingatannya tidak bisa kembali lagi, kita bisa membuat kenangan baru lagi"

"Kudengar kau menyanyikan lagu 'nina bobo' Vey untuk mengembalikan ingatannya dengan suara fals-mu" Ali menyeringai

"HEH!"

Ali tidak mau berhenti "Oh ya, aku juga dengar kalau kau menyatakan perasaanmu--"

"HEEEHHHH DIAAMMM!!" Wajahku sempurna merah seperti kepiting rebus, dan tiba-tiba memiliki ide untuk membalasnya "Raib lama juga ya?"

"Sedang ada urusan apa sih?"

Aku menyeringai "ada anak kelas IPS yang memanggilnya"

Ali terdiam

"Hmmm... Kau tahu maksudnya kan"

Ali mendengus, menyilangkan tangannya

"Tidak heran, Raib sangat populer akhir-akhir ini. Siapa yang tidak akan luluh pada paras putri Bulan, putri Aldebaran? Ibunya putri Bulan, wajahnya tidak perlu diragukan lagi, Ayahnya mantan anggota boyband yang jelas terverivikasi tampan, kombinasi yang luar biasa"

Ali tetap diam, memalingkan wajah

Panjang umur, baru saja dibicarakan "Sel! Maaf! Lama ya?" Aku tertawa pelan, menggeleng "Ah, Ali juga sudah datang? Sejak kapan?" Raib bertanya. Ali hanya mendengus, memalingkan wajah "Heh, ada apa dengan biang kerok itu?" Raib menunjuk heran Ali yang tiba-tiba bete, apa salahnya? 

Bumi Series OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang