"Seli... Ali... maaf ya..."
GUBRAK! "AKH!"
"Aduh duh..." Aku mengelus dahi yang terbentur lantai, aku menggerutu sambil mengurai selimut yang terlilit pada kaki.
"Mimpi itu lagi..."
Sudah yang kelima kalinya dalam 3 minggu ini.Aku terdiam sambil menatap keluar jendela. Sejak mimpi itu, sering kali muncul perasaan kosong di sudut hatiku, rasanya sangat menyebalkan.
Aku meremas rambut menunduk. Rasanya sangat membuat resah sendiri.
"SELI! NAK! SUDAH JAM 7!"
Aku tersadar dari lamunanku "ASTAGA MAMA KENAPA TIDAK MEMBANGUNKAN AKU!"
**
"Haaa... pak Gun lagi-lagi memarahiku..." aku menghela nafas panjang, temanku tertawa "lagian... apa yang kau lakukan semalam sampai telat bangun, heh?"
"Pasti menonton drakor lagi" temanku yang satu lagi menimpal.
Aku menyeringai cengengesan.
"Hei, kantin yuk? Denger-denger ada jajanan baru"
Aku beranjak berdiri semangat "ikut!"
Begitu keluar pintu kelas aku bersandar pada dinding lorong.
"Seli? Apa yang kau lakukan disitu?"
"Eh? Menunggu seseorang"
Kedua temanku saling pandang kebingungan "siapa?"
Aku terdiam "e-entah... maaf aku tidak fokus..." aku menunduk "aku... menunggu siapa?"
***
"Sel? Seli? HEH SEL!"
Aku tersentak, menatap wajah kesal Ali di depanku.
"Eh? Kenapa Ali?"
"Sedari tadi kamu melamun terus... kau baik baik saja?" Ily duduk ikut bergabung.
Ah iya... aku dan Ali sedang main ke rumah Ilo...
"Maaf..."
"Apa yang kau pikirkan, heh?" Ali merengut. Ily ikut menatapku penasaran.
"Tidak... hanya saja... ada yang menganggu pikiranku akhir-akhir ini... mungkin?"
Keduanya mengangkat alis tidak mengerti.
"Rasanya... aku seperti harus melakukan sesuatu... tapi aku tida bisa mengingatnya..."
Keduanya terdiam. Ily menepuk bahuku membesarkan hati.
"Ah lupakan saja! Kami bicara apa tadi, Ali?"
Ali beranjak dari tempat duduknya, pergi sebentar, dan kembali dengan tas ranselnya. Ransel itu selalu dibawa kemana-mana olehnya, entah apa isinya tidak ada yang tau.
"Aku mencari jepit rambut bulan sabit, sudah kubongkar isi ranselku, tapi nihil"
"Jepit rambut?"
"Yeah, aku beli itu di kota Archantum"
"Kenapa kau beli benda seperti itu?" Ily bertanya sambil ikut merogoh ransel Ali
Ali terdiam, terlihat sedang berpikir "entahlah, aku lupa" ia mengangkat bahu ringan.
"Heh" aku memelotot
"Benda itu seperti petunjuk diriku tentang sesuatu... tapi aku tidak ingat"
"Mungkin kapasitas otakmu sudah penuh, Tuan muda Ali. Jadilah pikun sejak dini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Oneshots
FanfictionOneshots Bumi Series dari novel bang Tere Liye. Penumpang kapal Rali dan Sely berbahagialah! Disini kapal mereka lancar jaya tanpa halangan! (Semoga) Bagi yang belom baca sampe Matahari minor hati-hati pada spoiler! Karakter milik bang Tere! E...