Jari Jemari Tuhan

18 4 1
                                    

"Yatuhan, semuanya ternyata telah kau bawa. Kenapa aku tidak boleh ikut? "





___________________

Sebelum matahari lengser pada gulita. Sayangku, itu yang kita namakan senja. Kamu tau, itu adalah hal yang paling kucintai setelah dirimu.Tapi senja tidaklah seindah itu.

Terkadang senjaku terlalu buruk untuk dinikmati dengan coklat hangat pada cangkir cangkir cantik, tapi selalu lebih baik dalam hangat pelukmu.

Terkadang senja sampai fajar ku, hanya kuhabiskan dengan menatap dinding dinding bisu. Betapa mereka menertawakan penderitaan ku.

Tapi hanya dekapmu yang aku kenali,tidak ada yang lain. Sebab tidak semua orang sudi menyelami aku.

_______________________

Matahari telah benar benar lengser, jauh meninggalkan nirwana pada remang remang bulan.

Hening, semua mata tertuju padanya. Sejak tadi hanya menangis sembari menceritakan semua yang terjadi pada orang orang yang menatap dengan berkaca kaca.

Siapa yang tidak terpukul dengan fakta semenyakitkan ini. Arser mengerti sejauh apa Nafisa terjatuh dalam kesakitan nya. Di eratkan nya rengkuhan pada pundak ringkih yang sedari tadi terlihat luruh dengan air matanya.
"Arser, ternyata dunia sejahat itu"
tanpa sedikit pun melonggarkan tangannya Arser membawa Nafisa kedalam dekap yang lebih erat. Takut dia terjatuh lagi, takut dia merasa sendiri lagi, Arser takut Nafisa nya lebih menderita lagi.

"Heyy sayang... Dunia gak sejahat itu, Arser disini"


Uwais benci dengan keadaan ini, sehingga memutuskan untuk bersuara.Daripada terus menerus melihat perempuan yang sudah ia anggap sebagai putrinya itu menangis kehilangan arah.

"Nak,kamu boleh menangis sebanyak apapun yang kamu mau. Berteriak dan hancurkan barang barang di sekitarmu, tapi setelah itu tolong kembali lagi menjadi dirimu yang baik baik saja. Tidak akan terjadi apa apa, Tuhan memilih kamu karna menurutnya kamu sangatlah kuat untuk melewati semua. Boleh bertahan sedikit lagi? Bukan untuk orang orang yang kamu sayangi, tapi untuk kami,orang yang sangat menyanyangimu. Gak ada yang namanya sendirian, masih ada kami. Semuanya baik baik aja"

Hening tak ada jawaban hanya ada isakan isakan kecil. Setelahnya tangan lembut nan hangat menyentuh pundaknya.

Melihat kedatangan Fatimah, Nafisa segera menghamburkan diri dalam pelukannya.

Penuh isak dengan suara tertahan Nafisa menumpahkan semuanya pada pelukan wanita yang telah melahirkan malaikat dalam hidup nya.
"Umi, fisa gak bisa"

Mengelus sayang pundaknya,  Fatimah tidak sampai hati harus melihat Nafisa menangis
"Ayok ikut umi, kamu harus tau banyak hal".

Menuntun tangan Nafisa meninggalkan tempat dimana Arser, Uwais, Agam dan Danish yang hanya membisu tanpa sepatah kata pun.

_________

Pov:Nafisa






Pernah merasakan hangat hanya dengan melihat sebuah foto keluarga?

Disinilah aku sekarang, ditanganku ada sebuah foto keluarga, yah itu keluargaku.

Ada abang,mama dan papa yang memelukku penuh cinta, dan yang paling mencuri perhatian adalah senyuman diwajah kecilku. Kalian tau? Itu terlihat nyata tanpa paksaan. Aku bahagia melihat potret menyenangkan itu.

Setelah 19 tahun hidup di dunia ini,aku akhirnya melihat keluargaku yang benar benar mencintaiku.

Papa dan mama, mereka terlihat sangat bahagia. Dan benar benar terlihat mencintai aku. Aku dicintai.

Kubawa kenangan satu satunya ini kedalam dekapan terbaik yang aku punya. Sulit sekali menjelaskan apa yang aku rasakan.

Aku mencium gambar perempuan cantik dengan senyum yang paling indah diseluruh dunia, dia cantik sekali,dan yang terpenting dia memeluk aku yang juga tersenyum disana.

" ma, pa, fisa rindu sekali.kenapa harus fisa yang di tinggal sendirian, kenapa harus fisa yang merasakan sakit bertubi tubi dari takdir"

Ku peluk semakin erat bingkai usang nya. Sebelum peluk hangat kembali terasa di pundakku, dia sosok yang selalu memberi hangat cinta sehangat mama. Ribuan syukur ku ucapkan pada Tuhan sebab masih menyisakan cinta untukku

"Sayang, umi tau ini sakit sekali. Tuhan tau kamu kuat. Dan Tuhan percaya kamu mampu menghadapi semuanya. Umi disini, umi selalu ada untuk kamu"

Kubalas pelukannya se erat mungkin. Selalu hangat dan tulus, terimakasih Tuhan.

............







_______________

Sementara di ruang tamu, Arser dan Agam yang sedari tadi diam,kini mulai ditanyai ribuan persoalan dari Uwais yang bingung dengan kebetulan Arser yang mendapati Nafisa dalam keadaan begitu.

"Jelaskan sama abi semuanya"

Menghela nafas sejenak Arser menatap Uwais dan agam bergantian.
"Abi, sebenarnya om Andy yang menghubungi Arser. Dia bilang dia udah ninggalin fisa sendirian di rumah. Dia juga bilang udah jelasin semuanya ke Nafisa. Arser takut fisa kenapa napa,dan yang bener aja ternyata fisa udah kaya gitu waktu Arser sampe disitu. Abi, Nafisa gak sekuat itu, Arser takut dia nyelakain dirinya sendiri. "

Mendengar penjelasan Arser yang panjang lebar Uwais menyesap teh nya dan kembali meletakkan nya ke meja.

"Abi tanya untuk yang pertama kali dan yang terakhir, apa kamu siap mencintai Nafisa dan menerima dia seburuk apapun keadaannya? Apa kamu bisa berjanji Nafisa gak akan merasakan sakit lagi jika bersama kamu,dan apa kamu bisa menjaga putri sahabat abi?"

Sedikit terkejut dengan pertanyaan Uwais raut muka Agam yang sedari tampak tenang kini terlihat seperti meredam sesuatu. Dia tau kemana arah pembicaraan ini, terlebih mendengar jawaban Arser yang semakin membuatnya merasa sesuatu sedang menyayat hatinya.

"Nafisa itu anugrah terbaik dalam hidup Arser bi, Arser janji akan berusaha memberikan yang terbaik buat dia. Nafisa gak pantas dapat kesedihan lagi"

"Maaf abi jika agam menyela dan terkesan ikut campur, tapi menurut agam Nafisa dan Arser terlalu muda dan terlalu jauh mengambil keputusan ini" Akhirnya Agam membuka suara dan mengutarakan isi hatinya yang sedari tadi sudah meradang mendengar pernyataan Uwais

Arser yang melihat respon Agam langsung Menyerengitkan keningnya

"Maksud mas Agam menikah? Arser sudah besar kok mas dan Arser juga bisa menghidupi fisa. Dari pada fisa hidup sendirian pontang panting gak punya siapa siapa, Arser mau jadi orang yang selalu ada buat dia"

Uwais tersenyum mendengar jawaban dari putra semata wayang nya, dia tau Arser pasti bisa menjaga Nafisa.
"Arser siap menjaga Nafisa selagi Arser hidup? "



"InsyaAllah bi"








Destiny Untuk ArserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang