Muhammad Agam Falendra

10 5 1
                                    

"Kita tidak bisa memilih mau jatuh cinta kapan dan kepada siapa"

(Destiny untuk Arser)

"Abang mau punya istri sholeha bun"

"Iya abang pasti dapat istri yang cantik dan sholeha"

Seorang laki-laki tampan terseyum menelisik kenangan nya, bersama sang bunda yang telah berpulang kepangkuan Tuhan 5 tahun yang lalu.

"Bunda sama ayah udah bahagia disana ya" bangkit sembari melipat sajadah nya rapi, lantas beranjak mengambil benda pipih hendak menghubungi seseorang.

"Hallo, assalamu'alaikum gam" terdengar suara dari seberang

"Waalaikumsalam abi, maaf agam ganggu waktu abi istirahat" merasa sungkan karna telah menelpon tengah malam

"Enggak ganggu sama sekali gam, abi senang kamu menghubungi abi, ada apa nak"

"Begini bi, soal tawaran abi kemarin agam setuju bi, besok pagi agam rencananya berangkat ke rumah abi"

"Alhamdulillah, yaudah abi kasih tau umi ya, biar bisa menyiapkan acara penyambutan kamu"

"Iya abi, ini agam siap siap biar pagi bisa berangkat cepat"

"Yasudah, assalamu'alaikum nak"

"Wa'alaikumussalam abi"

Perlahan agam bangkit meraih foto berbingkai usang, mengelus nya dengan mata berkaca kaca

"Bunda, ayah, abang sudah terlalu lelah jika harus menangis lagi.Abang tau tidak ada kehidupan yang kekal dan abadi didunia ini, tapi abang melihat ada banyak keluarga yang utuh diluaran sana.Kata ayah keluarga itu juga titipan, lantas kenapa kita tidak bisa hidup bersama seperti orang orang diluaran sana. Abang ikhlas jika Allah menyayangi ayah dan bunda, tapi abang masih sangat butuh kalian.
Setelah ini pintu mana yang harus abang ketuk untuk bisa melihat kalian"

Diseka nya wajahnya dari bulir-bulir bening yang mengalir sejak tadi, sebelum memasukkan foto di tangannya diantara lipatan baju pada koper yang hendak ia bawa kerumah Uwais.

Di kediaman Uwais semuanya tengah heboh karna keantusiasan Arser dan Fatimah mengenai kabar kedatangan agam

"Abi, arser seneng banget bisa jumpa mas agam lagi"
Arser mengeluarkan beberapa barang dari dalam kamar yang telah lama terkunci

"Jadi selama ini gitar gitarnya kamu taruh disitu?"
Uwais tampak kaget melihat semua gitar arser yang ternyata di simpan di kamar agam.

Kamar itu memanglah milik agam, di buat juga khusus untuk nya.

Dulu agam sempat tinggal dengan Uwais saat SMA hingga kuliah, namun ketika ayah dan bunda nya meninggal dunia, agam memilih kembali kerumah orang tuanya, katanya dia ingin hidup bersama ayah bunda walaupun yang tersisa hanyalah kenangan.

Sampai beberapa hari yang lalu Uwais menghubungi agam karna merasa butuh bantuan di perusahaan sedangkan dia telah sakit sakitan dan Arser tidaklah berminat membantunya di bidang bisnis.

Sebenarnya itu bukanlah alasan utama Uwais menghubungi agam, dia sengaja meminta agam kembali ke rumahnya karna khawatir terhadap anak almarhum sahabatnya itu yang sudah seperti anaknya sendiri.

Destiny Untuk ArserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang