Perjalanan Tentang Tempat pulang

23 5 1
                                    

Sayang, sejauh apapun nanti tuhan membawamu
Tempat mu pulang dan bersandar adalah bahu ku

°°°°°°°°°°


Arser Bramatya wicaksa

••••••••••••

______

Tring.............

"Oke anak anak kita sambung di pertemuan selanjutnya"

"Iya buk......!!!" Serentak semua murid menjawab sebelum perempuan paruh baya dengan kerudung panjang coklat tua itu keluar dari kelas XII¹Mipa menyisakan kesunyian yang menghampiri kelas sebab semua siswa sudah meninggalkan kelas dari tadi

Kini hanya Nafisa, Arser,dan Danish yang sedari tadi sibuk bercerita mengenai pengalaman mereka saat berjauhan

"Serius ser, Fisa nangis mulu pas gue tanya malah makin kejer ni anak nangis nya" Danish bercerita sambil menunjukkan mimik wajah kesalnya pada Arser

Sementara yang di ajak bicara dari tadi sibuk menyuapi gadis nya yang sedari tadi hanya membalas ucapan Danish dengan wajah masam karna merasa di permalukan

"Gapapa, Arser juga sering nangis gara gara kangen Fisa" Arser merapikan Surai rambut yang sedari tadi mengganggu aktivitas makan gadis tercinta nya itu

"Arser nangis?" Nafisa sedikit membulat kan matanya, bagaimana tidak Arser adalah laki laki yang keras mustahil sekali jika dia menangis

"Iyaa,kan Arser kangen"Arser mengembung kan pipinya

Tolong siapa pun selamat kan Nafisa sekarang
Ini terlalu menggemaskan

"Udah woy udah capek gue jadi nyamuk kalian mulu
Cepetan dong katanya mau ke pantai dulu sebelum pulang" Danish menatap Nafisa dan Arser dengan tatapan membunuh nya

"Ayok!!!!" Nafisa menarik tangan Arser dan meninggalkan Danish sendirian di Kelas

Danish yang melihat itu hanya menyunggingkan senyum yang sulit di jelaskan tapi ada sesuatu disana sangat pedih dan tulus

"Woy tungguin..!!!!" Danish setengah berteriak agar Nafisa dan Arser bisa mendengar ke kesalannya.



•••••••

Dibawah senja yang hampir saja tenggelam Nafisa dan Arser lebih memilih duduk menatap matahari yang sebentar lagi menghilang sambil melihat aktivitas konyol Danish yang sibuk berenang dengan anak laki-laki yang biasanya bermain di pantai

Keduanya diam,tak ada yang memulai pembicaraan

Nafisa sibuk dengan pikirannya tentang rumah atau apapun itu

Sedangkan Arser sedari tadi hanya menatap langit sesekali melihat ke arah Nafisa menerka nerka apalagi yang gadis itu pikirkan sekarang

"Coba liat banyak nelayan yang pulang" Nafisa menghela nafas nya sambil sesekali menggenggam pasir lalu melepas nya kembali

Arser seketika menoleh dan membiarkan Nafisa bercerita

"Arser, jika nanti aku juga harus pulang berjanjilah kamu yang pertama memeluk jasad ku"

"Arser gabisa janji" Arser menumpu wajahnya dengan kedua tangan

"Kenapa...?"

"Nafisa, apakah ada lakara yang tidak karam jika nelayan nya tenggelam? Aku tidak akan pernah memeluk jasad mu bagaimana bisa kau berpikir aku masih hidup saat nanti jasad mu terbaring di hadapan ku
jika pun nanti aku masih hidup sampai detik itu,aku akan tidur bersamamu.Biar saja orang orang mengubur jasad kita agar aku bisa tetap melihat Nafisa ku" Arser meneguk ludah sebelum kembali menatap ke laut lepas

"Arser, maaf telah hadir dalam hidup mu tapi aku mencintaimu jadi bolehkah aku tetap disini bersamamu"

"Kamu harus disini bersamaku,jika pulang kita akan pulang bersama"

Nafisa diam, dia semakin terhanyut dalam suasana ini sebelum lamunan nya buyar karna perkataan yang dilanjutkan Arser setelah nya

"Apakah tuan putri ku mulai lelah?"

Nafisa mengangguk dengan binar mata yang menyesakkan bagi Arser

" sayang, sejahat apapun dunia sama kamu kesayangan aku tetap gak boleh nyerah dulu ingat kamu masih punya Arser disini Danish juga sayang sama kamu ada umi sama Abi yang selalu sayang dan anggap kamu anak mereka "

"Terimakasih untuk keluarga Cemara nya Arser,andai aku punya rumah seindah itu"

"Apakah aku indah Fisa?"
Arser menunjukkan senyum termanis nya

"Arser Bramatya wicaksa kamu adalah anugerah yang paling indah pemberian Tuhan yang tidak ingin aku kembalikan"

"Kalau begitu jangan bersedih lagi kau juga punya rumah tempat bersandar yang indah" berhenti sejenak sebelum melanjutkan

"Aku ini rumahmu"

"Yah, terimakasih tuhan rumahnya indah sekali "






Destiny Untuk ArserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang