Arser, yang namanya hidup itu sarat akan makna
kalau tidak "hilang" ya "kehilangan"
tapi jika itu kamu maka jangan hilang agar aku tidak kehilangan"(Nafisa Aghisti Danera)"
"Selamat datang hari buruk yang kesekian
kalau boleh hari ini aku ingin sedikit kebaikan"Nafisa bermonolog sendiri dalam hatinya
Hari ini rumah sepi karna orang tua dan adik nya tidak ada dirumah
Katanya pergi menghadiri acara keluarga
Lalu Nafisa itu siapa??
Ahh sudahlah ini bukan yang pertama baginya
Dijadikan asing dirumahnya sendiri itu adalah hal yang sudah biasaSetelah meregang kan otot dan sendi sendinya yang terkadang sakit akibat kekejaman ayah dan ibunya
Katanya itu bentuk kasih sayang
Nafisa bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya sebelum berangkat ke sekolah hari ini
Nafisa itu masih duduk di bangku 3 SMA
Meski terbilang hidup berkecukupan Nafisa tidak pernah di biayai oleh orang tua nyaMelainkan dia harus berusaha sendiri untuk uang saku, mengenai biaya sekolah lain nya dia mendapatkan beasiswa karna memiliki otak yang jenius
Kalau kata orang tua nya
"Sudah di kasi makan saja sudah syukur"Tidaklah butuh waktu lama untuk Nafisa selsai mandi
Setelah itu dia langsung bergegas ke sekolah dengan perut kosong karna memang setiap saat orang tua nya pergi ibunya akan menyimpan semua makanan yang ada di rumah
Pergi ke sekolah dengan angkutan umum adalah kebiasaan yang setiap pagi Nafisa lakukan karna itu dia harus cepat agar tidak ketinggalan dan harus terlambat ke sekolah
Pagi ini suasana nya cukup cerah dan angkutan umum yang di tumpangi Nafisa juga tidak terlalu penuh sehingga perjalanan ke sekolah kali ini nafisa tidak perlu berdesak desakan dengan ibuk ibuk yang mau belanja ke pasar
"Bang di halte depan situ ya!!"
Nafisa sedikit berteriak karna keadaan jalan yang ramai dan bising karna suara dari para pemotor dengan kenalpot racing yang tidak lain juga siswa di SMA tempat Nafisa bersekolah.
Setelah angkot berhenti Nafisa menuju ke Kelas nya selepas memberikan uang pada Abang sopir angkot yang selalu tersenyum setiap mendapatkan bayaran.Walaupun tidak seberapa tapi senyum yang terbit di wajah nya seperti mengatakan bahwa uang yang tidak seberapa itu sangatlah berarti dalam hidup nya.
Sembari tersenyum hangat Nafisa melangkah ke gerbang sekolah untuk segera menuju ke Kelas nya di kls XII MIPA¹
"Eh Fisa udah dateng, Napa fis kok lu senyum senyum kesem Sem gitu kesambet lu"? Seorang laki laki dengan Surai jahilnya menatap Nafisa penuh pertanyaan sembari melipat kedua tangannya di depan dada
"Sa ae lu kaleng wiski, kenapa emang kalo gw senyum yang penting gak ngurangin stok beras di rumah lu hmm?"
Nafisa sedikit berteriak dan tertawa mengejek ke arah Denish"Yaallah gw kan nanya Fisa kok nge gas" Danis terlihat memanyunkan bibirnya dengan mata yang sok sendu
"Ya gw kan jawab Abang Danishan xevier yang terhormat" Nafisa tersenyum sambil menepuk pipi Danish yang menggembung karna bibir nya yang sengaja di manyun manyunkan sebelum berlari menuju kelas nya
"FISAANJENG!!!!!! Masi pagi juga lu udah dzolimi anak orang yang polos kayak gue" sembari menghentak hentakan kaki nya Danish berlari mengejar Nafisa yang sudah tak terlihat lagi di depan matanya
Sampai masuk kedalam Kelas,niat hati Danish adalah mengejutkan Nafisa yang tiba tiba mematung di depan mejanya
Namun setelah berada di samping Nafisa Danish juga malah ikut melongo sambil menatap Nafisa yang mulai berkaca-kaca
"Haii sayang, kangen yaa? "
Dia yang dirindukan setiap orang, kembali dengan memamerkan senyuman terbaik diseluruh semesta.
Arser Bramatya wicaksa, bentuk nyata dari kesempurnaan. Dia kembali.Tak butuh waktu lama Arser langsung merasakan tubuhnya dihamburi dengan pelukan penuh air mata.
"Perginya terlalu lama Arser" Nafisa sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat surai manusia kesayangannya. Dia sempurna.
Sembari menepuk pundak gadisnya, Arser menghirup harum yang telah lama ia rindukan. Wangi bayi yang selalu menjadi wangi favoritnya.
"Kalian kangen kangenan dulu deh, gua sih ogah jadi nyamuk"
Tak ingin mengganggu atau menjadi penonton Danish memutuskan meninggalkan mereka dalam keheningan.Arser tau selama kepergiannya Nafisa banyak melaui hal hal menyakitkan sendirian. Kepergiannya keluar kota nyatanya adalah hal yang juga ia hindari, mengingat hanya dialah yang biasanya menemani Nafisa dalam hal dan keadaan apapun.
"Maaf, maaf perginya terlalu lama sayang"
Nafisa enggan menjawab perkataan Arser dia masih menghirup dalam dalam wangi pundak yang selama ini selalu menguatkan nya. Tapi meninggalkan 6 bulan terberat tanpa kehadirannya.
"Arser gak akan pernah pergi dan ninggalin Fisa lagi"masih dengan usaha yang sama,demi apapun tangisan Nafisa adalah hal yang paling menyakiti hatinya.
" Fisa rindu Arser, ada banyak sakit disini tapi Fisa gabisa peluk Arser"
Diamatinya wajah Nafisa sedalam mungkin, ada banyak sekali memar yang hampir memudar disana. Bahkan ada yang masih kentara lukanya. Remuk hatinya membayangkan Nafisa tertidur sembari meringis menahan perih pada lukanya.
"Sayang, kita obatin memar di pipinya ya"Mengambil tangan Arser dan menggenggamnya erat, Nafisa tersenyum penuh hangat.
"Ini luka 2 hari yang lalu Arser, udah ga terlalu sakit. Gausah di obatin Fisa udah sembuh"Mendengarnya tentu saja Arser tidak Terima dengan pernyataan tidak sakit dari Nafisa
"Sembuh apanya, Arser tau ini sakit ayok kita obatin sekarang " Arser berjalan dan menggenggam tangan Nafisa ke UKSSesekali melihat tanganya yang digenggam erat, Nafisa menatap belakang pundak Arser sembari tersenyum hangat.
"Arser, makasih udah pulang"
Tanpa menghentikan langkahnya Arser memberikan jawaban yang menghangatkan hati Nafisa, bahkan sakit pada lukanya jadi tidak berarti apa apa
"Kamu tau, aku bakal selalu pulang. Kamu juga tau aku sayang kamu lebih dari apapun, aku gak akan pernah ninggalin kamu sendirian aku selalu disini. Kamu punya hatiku"
"Kamu selalu menjadi yang terbaik Arser"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Untuk Arser
General FictionArser Bramatya wicaksa" Kutulis ini untuk mengabadikan mu disini memberi tau pada waktu bahwa hidup dengan kenangan mu adalah pilihan ku Arser kutulis sesuatu di buku diary mu yang tertinggal katamu itu hal yang istimewa karna aku membelinya saat...