Asahi berdiri dibelakang Seongmin yang lagi hadap tembok. Bukan gabut, Seongmin itu lagi komunikasi sama mereka yang bisa diajak tukar info
"Ini nih yang bikin dia diomongin anak kampus, ngomong sendiri" Asahi gak nyahut celetukan Yedam. Baginya gak penting
"Udah?" Asahi nanya waktu Seongmin jalan mendekati dia sama Yedam. Seongmin ngangguk, "Gimana?"
"Ngobrol diruang tengah aja, Bang"
Sekarang mereka udah kumpul diruang tengah. Seongmin natap satu persatu 12 pemuda disana, "Info yang gue dapat lumayan banyak, Bang. Jadi tolong dengerin baik baik ya—"
"—Sesuai dugaan gue di awal, rumah ini ada sesuatu nya. Untuk jelasnya, gue gak tau. Rumah ini penuh, jin, demit, arwah penasaran dan sejenisnya jadiin rumah ini sarangnya. Ada daya tarik yang bikin mereka disini, dan itu bersumber dirumah ini. Rumah ini sengaja ditutup sama yang melihara mereka, biar orang lain gak ada yang masuk kesini, entah apa sebabnya gue belum tau—"
"—Doyoung masih disini, dia gak jauh. Salah satu penunggu disini sempat ngasih tau gue kalo jiwa nya Doyoung ditahan sama mereka yang diperintah. Gue belum tau penyebab pastinya, tapi gue bisa bantu kalian cari tau semuanya. Mereka yang bisa gue ajak komunikasi juga bilang, harus ada tubuh yang dijadiin perantara biar apa yang dia tau bisa disampaikan dengan jelas"
Semuanya saling tatap, "Terus gimana? Jujur gue gak paham"
"Katanya pinter, gitu doang gak paham. Cih, lemah" Yedam melotot denger celetukan Jihoon. Mau melawan tapi gak berani
"Jadi gini, diantara kalian siapa yang mau minjamin badannya bentar buat media komunikasi sama mereka? Soalnya mereka mau ngasih tau kalian langsung, tanpa perantara gue. Katanya, kalian harus tau sesuatu"
"Gue aja" Semuanya noleh kearah Asahi, "Kenapa?"
"Yakin?" Asahi ngangguk santai
"Sekarang aja. Lebih cepat lebih baik. Gue udah muak sama setan disini"
.
.Udah masuk jam setengah dua. Gak ada diantara mereka yang bisa tidur. Ada yang natap sendu Doyoung, ada juga yang bengong
Tapi seenggaknya, apa yang mereka alami beberapa jam lalu udah cukup. Informasi yang mereka dapat lumayan, walaupun mereka juga gak yakin sama jin dan sejenisnya yang ngasih info
Gimana ya, kadang mereka tuh suka ngibul
Sesuai yang tadi, Asahi meminjamkan badannya buat dijadiin media komunikasi antar dua makhluk beda level, anjaayyy bahasanya😎
canda:)
Ada salah satu dari mereka yang masuk ke tubuh Asahi. Dan semua komunikasi yang mereka lakukan bikin manusia yang ada disitu melongo—kaget, gak percaya, marah, semuanya kacau pokoknya. Bahkan Asahi masih ingat jelas waktu Jeongwoo ngasih rekaman suara dia yang dirasuki, apa aja yang dia bicarakan
"Rumah ini sama seperti rumah yang lain. Tapi dia menjadikan rumah ini sarang untuk peliharaannya. Tidak semua orang dia izinkan untuk melihat rumah ini. Tapi kesialan bagi mereka yang dia pilih masuk kesini. Kalian, kalian semua termasuk orang orang yang dia pilih. Seharusnya kalian bernasib sama sepertiku dan yang lain, tapi salah satu dari kalian memiliki pendamping yang selalu melindungi. Itulah sebabnya kalian tidak ada yang mati disini, tapi sebagai gantinya jiwa kalian yang waras diambil olehnya. Perlahan kalian akan gila. Raga kalian akan kosong walaupun kalian masih bernyawa—"
"—Temanmu ada disini. Dia ditahan, dia kesakitan, dia lemah. Sebab temanmu itu berperilaku tidak sopan saat masuk kerumah ini. Disamping pagar, ada sesajen yang biasanya dia letakkan disana. Tapi di awal kalian datang, temanmu justru menendang sesajen. Sesajen itu makanan mereka, mereka marah. Itulah sebabnya jiwa temanmu ditahan, mereka ingin temanmu ikut bersama mereka, mereka suka dengan temanmu dan ingin menjadikannya budak—"
"—Salah satu temanmu, juga membuat kesalahan disini. Dia jorok disini, sering tidak sopan pada apapun yang ada dirumah. Kalian itu tamu, kalian orang asing disini. Mereka marah sebab kalian berlaku tidak ada adab—"
"—Temanmu itu, dia punya pendamping. Dia melindungi tuannya dan orang orang yang disekitar tuannya, dan itu kalian. Tapi, karena pendamping itu tua, energi nya juga kuat. Hal itu membuat para makhluk lain tertarik untuk mendekat. Mereka mengganggu kalian, mereka dimana mana. Mereka disini"
Asahi natap Junghwan yang bengong dari tadi. Ya, betul! Yang dia maksud temannya punya pendamping itu Junghwan
"Hwan.."
"Iya, Bang?"
Asahi agak ragu nanya tapi dia terlanjur kepo, "Lo beneran punya pendamping?"
"Gue juga gak tau sih, Bang. Tapi nyokap gue pernah bilang kalo keluarga ayah tuh ada pendamping yang turun temurun gitu. Pendampingnya udah tua katanya, soalnya udah ada dari zaman datuk gue. Gue sih percaya gak percaya yang begituan. Tapi waktu itu pas makrab Bang Seongmin sempat bilang katanya gue ada yang ngikutin, nenek tua pake kemben jawa katanya. Mungkin itu kali ya pendamping gue? Gak tau sih, gak lihat"
"Gue juga sempat lihat, Hwan" Jihoon tiba tiba nimbrung. Duduk bersila disamping Asahi, "Waktu itu kalo gak salah pas maghrib. Lo dibelakang angkat jemuran, gue sekilas sih liatnya. Tuh nenek nenek berdiri dibelakang lo, natap gue sambil senyum. Ngeri anjir!"
"Pantesan ya diantara kita yang paling parah tuh Jaehyuk sama Doyoung. Soalnya mereka yang bikin ulah" Junkyu melirik Jaehyuk yang ketiduran dekat Doyoung
"Iya, tapi kan mereka gak sengaja"
"Mau sengaja atau nggak, yang namanya menginjakkan kaki di tempat asing ya harus hati hati. Adab itu dijaga. Kalo udah gini gimana?"
"Gak ada gunanya juga kita saling salah salahan gini. Udah terjadi kan? Yang penting itu kita cari jalan keluarnya. Ini kita terjebak loh disini. Kita gak bisa keluar dari daerah ini kalo belum nuntasin masalahnya"
"Bener kata Mashiho. Sekarang kita pikirin gimana caranya biar masalah ini selesai"
"Maaf ya, Bang. Gue juga ikutan salah disini. Coba aja waktu itu gue sadar kalo itu sajen sama jimat pengikat, gue gak akan biarin Bang Jae sama Bang Doy---"
"Udah, Woo gakpapa. Udah terjadi"
Asahi sebenarnya kasihan sama Jeongwoo. Itu anak gak tau sama sekali sama hal supernatural dan semacamnya. Dari kecil anak itu gak dikenalkan sama hal hal semacam itu, jadi udah segede ini dia buta sama ilmu ilmu begitu. Maklum lah anak kota yang mencoba mandiri dari keluarga
Benar kok, Jeongwoo juga terlibat dalam masalah ini sebenarnya. Waktu awal datang kerumah ini, dia lihat Doyoung yang nendang sajen, tapi dia gak tau itu sajen apa bukan. Abis lihat Doyoung nendang, Jeongwoo naruh sajen yang udah rusak itu ke samping pagar biar gak ketendang yang lain
Terus waktu Jaehyuk yang buang jimat pengikat, Jeongwoo juga ada disana. Dia gak tau itu apa, Jeongwoo kira cuma sampah punya penghuni terdahulu. Alhasil, Jaehyuk yang awalnya cuma buang satu jimat, tapi dikasih tau Jeongwoo kalo ada benda serupa di pojok dapur, halaman belakang sama sudut ruang tengah
Jeongwoo ingat semuanya, tapi dia kira gak ada hal aneh disitu. Itulah kenapa dia kekeuh bilang orang rumah gak ada yang bikin ulah
"Berarti makhluk gede yang gue lihat waktu ke minimarket hari itu---"
"Kemungkinan itu peliharaan yang punya rumah ini, Yosh. Dia kan nyuruh peliharaannya buat ganggu kita. Mungkin makhluk itu ngikutin lo"
"Pantesan, gue yang bukan anak indigo kok bisa lihat begituan. Serem"
"Sama kaya gue" Asahi nyahut sambil nyeruput kopi susu nya, "Yang gue dihadang depan kamar mandi, itu kayanya makhluk peliharaan juga"
"Parah ya, kita dibikin bisa lihat mereka biar jiwa kita kosong. Jiwa asli kita yang waras mereka ambil buat dijadiin peliharaan baru atau tumbal. Terus nanti kita cuma jadi manusia bernyawa tapi kaya orang mati, kosong. Gila nggak waras nggak"
"Kita kaya dibunuh perlahan. Orang bakal ngiranya kita mati karena sakit, padahal kenyataannya jiwa kita yang diambil. Diperintah ini itu, dijadiin tumbal. Sampe badan kita gak kuat lagi dan akhirnya mati"
"Kok gue nangis ya, Bang mikirin nasib kita kedepannya nanti? Sekarang gue masih bisa lihat kita kumpul dalam keadaan kaya gini. Tapi kita gak tau kedepannya gimana? Masih hidup gak ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssstt! They're here! ✓
Novela JuvenilSemuanya berjalan normal, sebelum akhirnya menempati sebuah rumah yang direkomendasikan salah satu dari mereka. Keanehan dan gangguan terus mereka dapatkan. "Tidur aja, ya. Jangan noleh lagi sampe ada yang buka pintu." ... "Merinding gue, Shi. Peras...