Lelah

20 2 1
                                    

Garis simpul yang hadir di bibir gadis itu bukan tanpa alasan. Senyum adalah pilihan baginya. Jika harus mengeluh, mungkin seribu kata sumpah serapah tidak cukup untuk mewakili hari-harinya. Menjadi mahasiswa semester lima yang tinggal jauh dari keluarga, belum lagi menjadi asisten dosen yang menguras habis tenaga dan pikirannya terasa berat. Itu sebabnya setiap hari Celine membutuhkan asupan kopi pagi agar moodnya membaik. Terlebih setelah bertemu Jevano akhir akhir ini, senyumnya semakin merekah. Entahlah, 'Cowok cakep emang punya energi positif', batinnya.

"Sumpah gue ngeri lu sawan deh, Cel. Daritadi senyum senyum mulu," kata Saskia yang sedang mengerjakan tugas di apartemennya.

"Gue tersenyum biar semua ini tidak terasa berat," ujarnya nyengir.

"Njir, udah kayak quotes quotes di instagram," celetuk Saskia menanggapi.

"Apa beli kopi aja kali ya biar semangat?"

"Bagus juga ide lo, gojekin aja tapi,"

"Wait, kita coba pake cogan delivery," kata Celine cengengesan sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Saskia menatap Celine dengan raut bingung namun tidak bertanya apapun.

"Jevano maksud gue," Lanjut Celine menjelaskan. Mulut Saskia langsung membentuk huruf O.

Celine
Jev, kopi yang bikin melek apa ya?

Jevano
Kapal api item

Celine
Yeee... seriusan, gue mau nugas nih. Biar gak ngantuk

Jevano
Apa ya
Americano double shot sih

Celine
Triple Shot?

Jevano
Mata lo bisa kebuka sampe besok

Celine
WKWKWK yaudah mau pesen itu dong jev

Jevano
Udah tutup

Celine
Ganteng ganteng ngibul

Jevano
Makasih emang ganteng

Celine
Jev... please....

Jevano
Udah sold out serius

Celine
Yaudah yang belum sold out apaan?
Gue pesen apa aja deh yang ada
Yee... ni anak malah ngilang

Celine menutup ponselnya dengan raut cemberut. Membuat Saskia melontarkan ejekannya, "Mana senyum yang kau lukis untuk menghapus rasa lelahmu tadi kawan?"

"Ahelah Sas, kagak jadi ngopi nih. Mas gantengnya ngilang,"

Saskia menepuk-nepuk pundak Celine layaknya orang bijak yang sedang menasehati temannya, "Sudahlah kawan, mas gantengmu itu tidak bisa membantu kita nugas."

Celine menghembuskan nafasnya dengan berat dan kembali berkutik dengan lembaran lembaran lapraknya. Hingga sebuah panggilan masuk membuatnya terkejut. Ia mencoba menekan tombol hijau untuk mengangkatnya, namun ia semakin terkejut karena sadar bahwa panggilan itu adalah video call.

"Hai" Sapa lelaki yang ada di dalam ponsel itu.

"Lo ngapain, Jev?" tanya Celine panik menutupi wajahnya yang acak-acakan karena stress mengerjakan laprak.

"Katanya tadi lo nyari yang belum sold out," ujarnya menggoda Celine. Ia menunjuk kepada dirinya sendiri —yang belum sold out katanya.

Celine menganga tak percaya, "Anjirrr, iya sih. Aduh... tapi kalau gini gue jadi gak fokus nugas."

Melihat Celine salah tingkah, Jevano tertawa puas, "Tapi udah gak ngantuk kan?"

"Yaiya sih, tapi gak gini juga plis."

"Halo plis, ini gue pulang aja apa ya," teriak Saski yang duduk di pinggir Celine sudah seperti nyamuk.

Jevano terkekeh di seberang sana.

____________________________________

Jevano menutup video callnya sambil cengengesan. Rasanya aneh, bukan kayak Jevano banget. Mana Jevano yang cool itu? Ia mengecek beberapa notifikasi di ponselnya. Beberapa ucapan 'good night' tampak berjajar dari beberapa wanita yang berbeda. Dari beberapa notifikasi itu, hanya satu pesan yang dia balas.

Bunda
Boy, gimana hari ini? Skripsiannya lancar?

Jevano
Belum bimbingan bun, minggu depan kayaknya. Baru bab 1 doang aku ngerjainnya.

Bunda
Oalah... minggu ini pulang ke Bandung ya boy?
Kata ayahmu kamu disuruh ikut meeting kantor.

Jevano
Pulang dong bun
See you on Saturday

Jevano menggeletakkan ponselnya asal. Sebagai anak tunggal, orang tuanya sangat mengharapkan anaknya menjadi orang yang sukses, hingga segala sesuatunya sudah dipersiapkan sedini mungkin. Bahkan sebelum Jevano lulus, ayahnya sudah memperkenalkan dirinya dengan beberapa tugas di perushaan milik ayahnya yang nantinya akan dia pegang saat lulus. Melelahkan pasti. Tapi Jevano paham kalau ini demi kebaikannya.

Alih alih menolak rencana orang tuanya, Jevano memilih 'kabur' dengan caranya sendiri. Di sini, di Cafe yang ia dirikan sekarang. Selain menjadi hiburan saat ia jenuh dengan skripsinya, JCoffee menjadi salah satu alasan agar dia tidak pulang dan sebagai pembuktian bahwa dirinya tidak bergantung dengan perusahaan ayahnya.

"Huff" Jevano menghela nafasnya setelah usai mengunci pintu Cafe dan bersiap pulang.

Baru saja ia memakai helmnya, sebuah notifikasi baru dari ponselnya menghentikannya.

Celine
Aduh Jev, kenapa ya pulpen gue gabisa gerak? Kayak butuh sebuah mantra gitu. Lo tau gak sih?

JevanoSemangat ya pulpen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevano
Semangat ya pulpen

Celine
Wow ajaib

Jevano memasukkan kembali ponselnya ke saku jaketnya. Senyumnya refleks tersungging setelah membaca pesan itu. Entahlah, tingkah laku ajaib Celine selalu berhasil menghiburnya. Gawat, sepertinya gunung es dalam dirinya mulai mencair.

Baby I just need some coffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang