Reuni

18 2 0
                                    

Celine terburu-buru merapikan buku-bukunya. Setelah mendapat telepon, Celine tampak panik dan hampir meninggalkan Saskia sendirian di kelas.
"Mau ke mana, Cel?" Tanya Saskia, menahan tangan Celine yang terburu-buru bangkit dari tempat duduknya.

"Ngasdos njirr.. lupa gue kalo adek tingkat ada jadwal praktikum," Jawabnya panik.

"Yaah elu mah, katanya mau ngopi ke JCoffee?"

"Lo duluan deh... udah gue pesenenin tadi ke Arkana, bilang aja pesenan Celine gitu."

"Beneran nih? Udah lo bayar belom?"

"UDAAHH, buruan cepeett!" Usir Celine yang terburu buru ngibrit keluar kelas.

Saskia sebenarnya bingung. Kan ini ceritanya mau ngopi sama dia ya? Kenapa jadi disuruh duluan? Entahlah, asalkan gratis, tetep GAAAAAS.

Sampai di JCoffee, aroma kopi yang Arkana seduh sudah menusuk ke hidungnya. Laki-laki manis itu tampak sibuk membuatkan pesanannya.
"Sendirian, Sas? Celinenya mana?" Sapa Arkana basa basi.

"Tau tuh, ngajakin gue nongkrong taunya ditinggal ngasdos" Gerutu Saskia mengadu.

"Gue kira gara gara kejadian semalem." Gumam Arkana yang masih berkutik dengan mesin kopinya.

"Hah apaan tuh? Semalem emang ada apa? Celine gak cerita apa apa tuh."

"Duduk dulu sini gue ceritain," ajak Arkana sambil membawa 4 cup kopi yang telah dibuatnya di atas nampan. Saskia mengekor di belakang Arkana sambil terus menatapi cup kopi yang di bawanya. Meskipun ia tahu Celine sangat tergila-gila dengan caffeine, menurutnya 4 cup kopi cukup berlebihan untuk diminum berdua.

Saskia tidak ada firasat apa pun hingga mereka berhenti di meja berisi 2 orang lelaki yang tidak asing di matanya. Juan dan seseorang di sebelahnya dengan kulit sawo matang, kaos hitam polos dan rambut yang agak acak-acakan. Saskia menahan otot otot rahangnya agar tidak menganga saat lelaki itu menyibakkan rambut yang menutupi dahinya, sehingga kini parasnya nampak jelas.

"Chandra?" sapa Saskia memastikan. Tapi dalam hatinya berdoa semoga saja bukan. Bisa bisanya dia bertemu mantan kekasihnya semasa mereka masih bau matahari dulu. Laki-laki itu tampak sama kagetnya dengan dirinya, sementara Juan yang duduk di sebelahnya malah cekikikan.

"Kia?" Sapa lelaki itu.

"Oh panggilan sayangnya dulu, Kia." Ledek Juan cekikian.

"Duduk dulu kali ah," seru Arkan yang mulai pegel megangin nampan. Saskia hanya menurut. Setelah dia duduk, ia langsung menagih cerita bersambung yang tadi ia janjikan.

"Lanjut dong, Na ceritanya? Gimana tadi Celine semalem kenapa emang?" Saskia memecah kecanggungan di antara mereka.

"Oh iyaa! Lo pada pasti gak percaya yang gue lihat semalem!" Seru Arkan membuka ceritanya

"Kalo gak seru awas lu!" Timpal Chandra yang akhirnya buka suara setelah terdiam karena canggung.

"Seru ini suer! Hot news! Jadi kemaren kan gue malem malem balik ke cafe ya. Niatnya mau ngunci cafe, soalnya lo tau kan si Jevano biasanya lupa ngunci."

"Iyaa terus?" Saskia tampak sudah habis kesabaran melihat Arkana yang sengaja memenggal-menggal kalimatnya.

"Terus gue lihat Celine duduk di kursi gitu kan. Jevanonya nunduk di depannya gitu, tangannya dia numpu ke meja, jadi Celine ada di antara tangannya Jevano gitu. Sampe sini lo pada paham kan?"

"Anjirrr anjirrr, gue bisa nebak adegan selanjutnya biasanya sih ciuman." Ujar Saskia asal ceplos, membuatnya mendapat lirikan dari ketiga lelaki itu.

"Nah, gue juga mikir gitu, Sas. Makanya abis itu gue langsung puter balik, gajadi ngunci cafe." Seru Arkan setuju.

Baby I just need some coffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang