Dia yang tak biasa

73 4 0
                                    

Suara motor dan klaskon memenuhi jalanan pagi ini. Sebuah pemandangan yang umum di Senin pagi. Hiruk pikuk jalanan baru saja di mulai, saat laki-laki bertubuh tinggi besar itu sibuk dengan mesin penggiling kopinya yang tidak kalah berisik. Jevano, dengan hobi barunya, bikin kopi.

Bagi Jevano cafe miliknya ini bukan hanya sebagai bisnis semata, tetapi juga tempat ia melepas penat kala ia lelah dengan kehidupan perkuliahan. Yah.. alasan klasik karena jenuh dengan skripsi sih.

"Muka lo jangan jutek jutek kali Jev, masih pagi, ntar pelanggan pada kabur," itu tadi Arkana–teman Jevano yang juga ikut mengelola cafe yang mereka namai JCoffee.

Jevano hanya tersenyum tipis dengan matanya yang berbentuk bulan sabit untuk menanggapi candaan Arkana. Mau bagaimana lagi, pembawaan wajahnya yang tegas membuat Jevano terlihat jutek, meskipun sejujurnya ia tetap tampan dengan wajah garangnya itu.

Pagi ini sepertinya dewi fortuna sedang berpihak pada JCoffee. Sebab, baru saja cafe dibuka, pelanggan sudah ramai berdatangan. Jevano sampai harus turun tangan untuk menghandle orderan agar antrian tidak semakin panjang.

"Ya silakan, mau pesan apa?" Ujarnya mencoba terdengar ramah, meski ekspresinya tetap datar.

"Mau ambil pesenan atas nama Juan, Mas. Tadi udah order via aplikasi." Kata gadis berambut panjang itu.

"Ok tunggu sebentar ya, masih dibuatin." Jawab Jevano tanpa menoleh ke gadis itu, sebab sibuk mencari orderan atas nama Juan di layar tabletnya.

Gadis itu masih berdiri di depannya seperti sedang menunggu sesuatu. "Mas ini udah dibayar kan sama temen saya?" Tanya gadis itu ragu.

"Sudah kak, bisa ditunggu sambil duduk aja."

Namun justru kebalikannya, gadis itu tetap berdiri di sana memperhatikan Jevano yang kini membantu Arkana memproses kopi pesanannya. Merasa diperhatikan, Jevano akhirnya menghampiri kembali gadis itu dan bertanya,
"Ada yang bisa dibantu lagi, Kak?"

"Tolong miscall-in hp saya, boleh Mas?"

Dengan sedikit bingung, Jevano mengeluarkan ponselnya kemudian menekan nomor ponsel yang didiktekan satu persatu oleh gadis di depannya itu. Selang beberapa saat, terdengar bunyi nada dering dari dalam tas gadis itu.

Jevano semakin bingung. Ia pikir ponsel pelanggannya itu hilang, namun gadis itu justru dengan santai mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.

Gadis itu tersenyum tipis dan bertanya, "Mau dinamain apa ini kontaknya, Mas?"

Gadis itu tersenyum tipis dan bertanya, "Mau dinamain apa ini kontaknya, Mas?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

"Kenapa muka lo cengar-cengir?" tanya Juan karena selepas dari cafe depan kampusnya, Celine tampak sumringah.

Bukannya menjawab, Celine malah cengar cengir.

"Idih, ati ati lo kerasukan. Masih pagi udah gak waras." Rutuk Juan.

"Eh lo pernah liat Mas Barista Cafe depan senyum gak sih wan?" Tanya Celine mengawali ceritanya.

"Barista yang mana? Lu kata barista cafe depan cuman satu."

"Ihh yang mukanya jutek, rambutnya blonde."

"Oohh.. Jevano?"

"Lah lu kenal? Ternyata cakep juga dia kalo senyum."

"Kenal lah, anak kampus sebelah tuh. Temen gue nongkrong. Kenapa? Mau minta nomernya? Sorry gak bisa"

"Idih... pelit lu. Lagian gue udah dapet nomernya wlee." Ejek Celine sambil menunjukkan layar ponselnya.

"Gercep juga lo."

Juan ikut senang pasalnya temannya sejak SMA itu akhirnya membuka hati untuk lelaki lain setelah pacar Celine hilang kabar entah kemana.

Layaknya remaja baru puber, sejak tadi Celine tampak sedang sibuk mengetik sesuatu di ruang obrolan whatsappnya, lalu dihapusnya lagi, begitu berulang ulang. Juan dibuat gemas melihatnya, diambil lah ponsel itu dan ia ketikan sesuatu di layarnya. Kemudian dengan segera ia tekan tombol "send".

Wajah Celine tampak kesal setelah Juan mengembalikan ponselnya. Matanya terbelalak melihat kalimat yang baru saja Juan kirimkan pada Jevano di ponselnya.

Celine
I actually have no friend, will you be my boyfriend?
Celine
*boy friend

Celine meralat kalimat Juan sesegera mungkin. Namun sayangnya Jevano membalasnya dengan cepat.

Jevano
Agresif banget, calm down girl

Mampus, hancur sudah citra Celine di mata Jevano.

Baby I just need some coffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang