Lean on me

23 2 1
                                    

Jevano merasakan lengannya mulai keram. Meski ia terbiasa mengangkat beban 30 hingga 50 kilogram, namun posisi Celine saat ini membuat bahunya serasa lagi ketempelan. Bahkan, untuk meraih ponsel yang sejak tadi tidak berhenti bergetar, ia harus sangat berhati hati agar Celine tidak terbangun.

"4 unread message"
Juan
Emang iya Jericho tadi ke cafe lo?
Celine gimana cuy?
Gue cari di bar gaada cuy. Jangan sampe mabok lagi tuh anak
Bang plis help bantuin gue cari Celine

Jevano
Ada di apart gue

Juan
Buseeeet baru dibales
Ngapain tuh di apart? 🫣

Jevano
Melakukan kegiatan orang dewasa

Juan
?????

Jevano
Nangis

Juan
Anjir gue kira apaan

Jevano
Gausah suudzon dulu makanya. Mending lo kesini bawain makanan. Temen lo nangis mulu sampe belum makan nih.

Juan
Ogah banget liat lo berdua pelukan

Jevano
Wan.... lo cenanyang?

Juan
Oh jadi beneran pelukan?🫣
Gue cuman asal ngetik loh padahal

Sayup sayup Celine terbangun mendengar suara ketikan keyboard dari ponsel Jevano. Nyawanya yang masih 50% terkumpul itu tidak membuat ketampanan Jevano memudar dari pengelihatannya. Apalagi dilihat dari sedekat ini, ia dapat melihat manik mata Jevano yang kecoklatan. Indah....

"Kesurupan lo?" Tanya Jevano melihat Celine memandanginya sambil senyum-senyum sendiri.

Nyawa Celine langsung terkumpul 100% dan sadar laki-laki tampan di depannya itu memiliki sikap sedingin kulkas.

"Makan dulu tuh, dipesenin Juan toast." Suruh laki laki itu sambil menunjuk kresek yg masih bertengger di gagang pintu. Dengan sumringah gadis itu mengambilnya dan mengintip isinya.

"Kopinya mana?" Tanya gadis itu, karena biasanya Juan membelikan toast beserta kopinya.

"Lo mau melek sampe jam berapa minum kopi jam segini?" Jevano justru bertanya sarkas. Celine melirik jam dinding yang tergantung di ruang tamu apartemen Jevano. Jarumnya menunjukkan pukul 12 malam. Celine tidak menyangka ia menangis dan tertidur selama itu. Seharusnya kini ia sedang melanjutkan tugas essaynya dan kembali ke apartemen miliknya. Ah kacau! Semua ini gara gara Jericho!

"Buruan makan, abis itu gue anter balik."

Celine berpikir sejenak, "Eeehh nggak usah, gue bisa balik sendiri, Jev."

"Udah malem. Gak baik cewek pulang sendiri jam segini."

"Aduh, justru gue takut jadi bahan omongan kalo baliknya sama lo." Jawabnya sambil mengigiti kuku jarinya.

"Gak gue anter juga udah jadi omongan si Juan tuh."

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

Sore itu sepulang kuliah, seperti biasa Celine menyempatkan untuk mampir ke Cafe milik Jevano untuk sekadar membeli ice americano sambil mereivew beberapa materi yang tadi hanya ia foto dan belum sempat ia catat. Saat baru saja kakinya melangkah memasuki pintu, sesorang yang duduk di dekat jendela kaca segera bangkit dari duduknya —hendak menghampirinya— namun Celine menghampirinya lebih dulu.

Celine mengela nafas dalam dalam, sebelum ia duduk dan mengawali perbincangan, "Mau apa?"

"We need to talk, Cel." Ucap laki-laki yang sejak tadi menunggu Celine, memperkirakan Celine akan ke cafe itu lagi setelah pertemuan mereka kemarin sore.

"I miss you cel. I'm sorry for abandoning you for the past two years. I don't mean that." Lanjut Jericho, lelaki berlesung pipi manis yang duduk di depannya itu.

"But you never contact me, even you said you will. Then, now you say you miss me?" Pekik gadis itu membuang muka.

This day, two and a half years ago was Celine happiest day. Hari itu adalah wisuda kelulusan Celine dari sekolah menengah atas. Seperti wisuda kelulusan anak SMA pada umumnya, Celine berfoto-foto bersama teman temannya, termasuk Juan. Mereka saling mengintip nilai mereka satu sama lain, sambil meneriaki ketika salah satu dari mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi.

Di tengah kegiatan seru mereka, Celine mendapatkan sebuah buket bunga yang diantarkan oleh security gedung di mana acara wisuda itu dilaksanakan. Titipan dari sesorang katanya. Senyum Celine merekah menghirup aroma manis bunga anyelir merah muda yang dipegangnya. Sementara Juan di sampingnya mengintip ingin tahu ketika Celine membaca sepucuk surat yang terselip di dalam buket bunga itu. Dari Jericho rupanya. Juan menggangguk paham sahabatnya itu sedang bucin bucinnya dengan kakak kelasnya yang kini berkuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta.

"Nggak libur ya cowok lo?" Tanya juan kepo.
Celine hanya menggeleng, masih fokus membaca surat dari kekasihnya itu. Hingga ia selesai pada baris terakhir, ia langsung menggeret Juan ke luar. Juan yang bertubuh kecil dengan mudah terseret mengikuti langkahnya ke luar gedung sambil terus protes, "Mau kemana sih, Cel?"

"Soetta" Jawab Celine singkat sambil terus mempercepat langkahnya menuju parkiran.

"Ngapain?" Tanya Juan kewalahan mengimbangi langkah Celine.

Celine menghentikan langkahnya sejenak untuk menatap Juan, "Jericho ke paris buat ngelanjutin bisnis bokapnya waaaaan" Rengek Celine menitihkan air mata.

"ANJING" reflek Juan mengumpat. Dengan cepat ia mengecek jadwal penerbangan dari Soekarno Hatta ke Charles De Gaulle Airport, kebetulan hari itu hanya ada satu jadwal penerbangan dan itu sudah berangkat setengah jam yang lalu.

"Gak usah ke sana Cel, udah berangkat." Katanya menunjukkan tracking pesawat satu satunya yang hari itu terbang ke Charles De Gaulle Airport.

Celine berjongkok sambil menangis, ia tidak tahu harus berbuat apa. Di pikirannya kembali terputar kalimat terakhir pada sepucuk surat itu,

"Pink carnation is a symbol
of never forgetting someone. I don't know when will I back but hopefully you will be the pink carnation who never forgetting me. I'll text you soon when I've arrived. Don't worry. I love you."

____________________________________

Dua setengah tahun berlalu, nyatanya tidak satupun pesan Celine dapatkan. Hingga saat ini lelaki itu kembali berada di depannya.

"I don't mean to make excuses, tapi pas sampe di Paris hp aku ditahan papa. He ordered me to attend his arranged business date to expand his company. You know kan cel perusahaan papa waktu itu lagi down." Jelas laki laki itu.

Celine tetap menjaga imagenya untuk tidak mudah luluh, "So how's the date? Is it success? Tanyanya sinis.

"We're engaged already, but I still
Love you Cel." Jawaban Jericho membuat Celine menganga.

"Aku udah coba hubungin kamu sembunyi sembunyi pake telpon kantor. Tapi aku lupa kalo Paris - Jakarta beda 6 Jam. I think you we're sleeping at that time." Mata Celine berkaca-kaca. Jadi malam itu saat Celine praktikum, Jericho benar benar menelponnya. Ia masih ingat betapa kacau pikirannya saat itu karena sangat merindukannya, sampai berharap panggilan masuk tidak dikenal itu adalah Jericho.

"I love you, Cel. I really do." Ujar lelaki itu menggenggam tangan kanan Celine dengan dua tangannya. Sementara Celine hanya bisa memijat dahinya dengan ibu jari dan telunjuk tangan kirinya saking pusingnya.

"I can't love someone's fiance." Sebuah jawaban tegas yang mengundang air mata bagi keduanya.

Baby I just need some coffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang