Satu hari penebus dosa

10 2 1
                                    

Akhir pekan tanpa tugas dan laprak adalah surga bagi setiap mahasiswa, termasuk Celine. Hari ini ia manfaatkan untuk merapel waktu tidur yang tersita oleh tumpukan laprak dan modul untuk bahan mengajarnya. Memang salahnya sendiri, jika tahu menjadi asisten dosen di semester lima akan sesibuk ini, mungkin ia akan menolak tawaran dosennya kala itu.

Alarm dari ponsel yang berdering berkali-kali tidak mengoyahkannya. Celine tetap tertidur pulas dengan selimut yang sudah berantakan karena ditendangnya. Hingga suara bel unit apartemen miliknya berbunyi, barulah dirinya tersentak untuk bangun.

"Orgil mana sih bertamu pagi pagi gini?" Ujarnya berjalan menuju ruang tamu, saat jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas.

Celine membuka pintunya asal. Saat pintu itu terbuka, didapatinya seorang pria tinggi besar berkulit putih susu dengan dua lesung pipi yang terbentuk karena menertawainya. "Kamu baru bangun?" Tanya Jericho yang menertawai penampilan kusut gadis di depannya.

Sial. Siapa yang menyangka Jericho akan mendatanginya pagi pagi sekali? Ia bahkan belum pernah bercerita atau memberikan alamatnya sama sekali. Jelas, ini ulah Juan.

"Aku baru tahu dari juan kamu sekarang tinggal di apart." Jelas laki-laki itu melihat raut muka Celine yang kebingungan.

"Masuk-masuk." Jericho masuk ke dalam setelah dipersilahkan. Matanya mengedar mengamati setiap sudut apartemen Celine. Minimalis dan rapi. Ada beberapa buku kesukaan mereka berdua yang tertata di rak ruang tamu, poster idola favoritnya, dan masih ada figura foto mereka berdua saat semasa SMA.

"Ga nyangka, sekarang kamu berani tinggal sendirian. Biasanya kamu apa apa kan sama mama. Beneran udah gede ya!" Ujar Jericho mengusap-usap kepala Celine. Namun setelah itu gadis itu memundurkan tubuhnya untuk menghindar.

Yap. Sudah sepatutnya Jericho sadar bahwa hubungan mereka sudah tidak seperti dulu. Jericho sudah bertunangan dengan wanita lain, dan Celine? Lelaki pemilik cafe itu kemarin telah memperkenalkan diri sebagai kekasihnya. Yah.. memang sudah serharusnya mereka menarik batas.

"Emm... anu.. jangan deket-deket. Aku belum mandi." Ujar gadis itu yang kemudian berlari menuju kamar mandi. Jericho hanya terkekeh. Di matanya, Celine tetaplah Celine yang dulu.

Tak lama kemudian Celine kembali dengan baju yang rapi dan handuk yang masih terbalut di kepalanya. Ia menghampiri Jericho yang duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

"Jadi, kamu tadi ada perlu apa ke sini?" Tanya gadis itu sambil mengeringkan rambut dengan handuknya.

Jericho menyimpan kembali ponselnya di saku, menatap gadis yang sudah dua setengah tahun ini tidak ditemuinya. Entah sejak kapan Celine menjadi secantik ini. Mata monolidnya membuat tatapan gadis itu sayu namun menyejukkan. Rambutnya yang setengah basah tidak mengurangi kecantikannya, justru semakin memperlihatkan cantik naturalnya.

"Oh.. itu, mau ngajak jalan aja sih." Jawab Jericho setelah satu menit terpesona akan kecantikan mantan kekasihnya itu.

"Selama aku di Perancis, banyak momen momen kita yang kelewat. Aku tahu itu gak bakalan balikin semuanya, tapi seengaknya aku mau nebus semua itu hari ini. Jadi kamu mau apapun pun, hari ini aku turutin." Tambah Jericho, memperjelas.

Tangan Celine yang sibuk mengeringkan rambut kini terhenti sejenak,'"Apapun?"

"Apapun."

"Mau es krim gelato 3 scoop boleh?"

"Boleh."

"1 jam main di Time zone?"

"Boleh."

"Mau liat unta."

"Boleh."

"Hmm apa lagi ya... album NCT, boleh?"

"Boleh."

"Mau peluk kamu boleh?" Pertanyaan kali ini spontan saja keluar dari mulut Celine. Ia bahkan menutup mulutnya sendiri setelah pertanyaan itu tiba tiba terlontar.

"Boleh. Today, I'm all yours." Jawab Jericho sambil merentangkan ke dua tangannya. Celine dengan cepat mengambur ke pelukannya. Ia benar-benar merindukan Jericho. Dipeluknya erat laki-laki itu hingga tubuhnya terjembab ke sandaran sofa.

"I miss you, Jer." Ujar Celine sesenggukan. Kali ini ia bisa mengucapkan kalimat itu langsung di depan sang pemilik nama dengan kesadaran penuh dan tidak mabuk.

Lelaki itu menjawab dengan bisikan lirih di antara pelukan mereka,"That's what I wanna hear from you, since the day we met again, at the cafe."

Saat ini dua muda-mudi itu sudah di atas bus transjakarta, memulai satu hari penebus dosa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini dua muda-mudi itu sudah di atas bus transjakarta, memulai satu hari penebus dosa. Sebenarnya bukan niat mereka untuk jalan-jalan naik bus begini. Ini semua salah Jericho yang lupa bahwa ia ke Indonesia tidak membawa mobil. Alhasil di sini lah mereka berdua, di dalam bus transjakarta yang sedang ramai ramainya.

"Kamu sih." Omel Celine menyalahan Jericho.

"Gapapa, Cel. Ini tuh itung itung mengenang jaman kita SMA, ya nggak?" Jericho mencoba menghibur.

"Mana ada kamu SMA naik bus? Kamu kan anak motor."

"Wah, kamu lupa waktu itu aku basah kuyup di halte nungguin kamu?" Ujar Jericho memegang pangkal hidungnya, memulai drama, berakting seolah olah mau menangis.

"Ih itu kan kamu nggak naik busnya!"

"Iyaa sih, tapi tetep aja. Emang kamu ga liat perjuanganku?" Ujarnya mulai berakting lagi.

Celine tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Jericho, "Apasih kamu, malu diliatin orang ih. Ntar dikira aku bikin kamu nangis"

Jericho dengan cepat kembali memasang raut datarnya lagi. Ia melirik Celine yang menertawainya. Rautnya tampak cerah dan gembira. Hanya dengan melihatnya pun hati Jericho membesar. Garis bibirnya tertarik untuk ikut tertawa bersamanya.

"Janji ya Cel, setelah ini, kamu harus lebih bahagia walaupun nggak sama aku."

Baby I just need some coffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang