Seseorang di Sisimu

115 5 1
                                    


"Ayo, masuk!"

"Tidak perlu, Eonnie ingin langsung istirahat. Kau juga, 'kan?"

Seohyun mengecek jam tangan, pukul 20:15, waktu yang tanggung baik untuk bercengkerama atau tidur. "Baiklah, Eonnie hati-hati di jalan dan kabari kalau sudah sampai."

"Tentu, Eonnie selalu melakukan itu, 'kan?" goda Chung Ah menyandarkan kening menghadap ke Seohyun, merasa nyaman di detik-detik perpisahan. Malah tampak dia belum siap bila harus berpisah.

"Arraseo, hanya mengingatkan saja, siapa tahu Eonnie lupa."

Chung Ah sekadar memanggut lemah sambil sedikit menyondongkan kepala, membuat Seohyun ikut reflek bersandar seraya mendekatkan pundak. Kening Chung Ah sontak mendarat di ujung pundak Seohyun.

"Eonnie lelah?"

"Ani, Eonnie nyaman di sisimu... tapi tidak bisa memilikimu," tutur Chung Ah tiba-tiba.

Sudah bukan kabar burung lagi di divisi mereka kalau Chung Ah memiliki perasaan terhadap Seohyun tapi hubungan mereka tak pernah lebih dari atasan dan bawahan. Chung Ah bergerak lembut cenderung lambat, Seohyun memilih menutup hati meski seseorang di dalam hatinya juga tidak bisa dia miliki.

"Eonnie, apa yang Eonnie katakan?"

"Kau tidak mungkin tidak tahu perasaanku. Tapi... hatimu milik orang lain."

"Eonnie, kita bisa memiliki dengan cara yang berbeda, 'kan? Menjadi kakak-adik, kapan saja Eonnie butuh aku selalu ada."

"Mengapa kau mencintai seseorang yang tidak bisa dimiliki dan membiarkan orang yang mencintaimu tidak bisa memilikimu? Mungkinkah aku terlihat lemah dalam menunjukkan perasaanku?"

Seohyun menarik pundak sembari ikut menyandarkan kening dan meraih jemari Chung Ah, diusap-usap jemari lentik itu dan berkata, "Eonnie, aku lebih bahagia menjadi rekan, teman, sahabat, dan adikmu. Ayo, kita berbahagia dengan jalan lain!"

"Apa akan ada orang yang mampu membuatmu lebih bahagia sebagai pasangan?"

"Sejatinya bahagia diciptakan oleh diri sendiri. Bertahun-tahun tanpa pasangan tidak akan mengurangi kadar kebahagiaan."

"Kalau bertahun-tahun kelak belum ada yang menautkan jemarimu, datanglah padaku! Siapa tahu aku juga masih sendiri, mungkin Langit sengaja mematahkan hatiku sekarang untuk bersamamu nantinya."

"Ugghhh, Eonnie, ini terlalu manis, aku tidak pantas mendapatkannya." Seohyun meraih kepala Chung Ah dalam dekapan, membelai helai-helai rambut yang menyeruakkan wewangian. "Aku akan menjaga Eonnie dari siapapun yang datang sekadar singgah, tidak ada yang boleh melukaimu."

"Gomawo, kita akan saling menjaga," gumam Chung Ah menyeka titik air mata lalu bangkit berganti memeluk Seohyun, pelukan perpisahan atas perasaan yang tak sampai. Juga pelukan sambutan untuk sebuah hubungan yang lebih baik. "Kalau tidak ada yang sebaik Eonnie, jangan jatuh cinta! Hahahaha."

*

Yoona tiba di depan rumah Seohyun pukul 10:30 KST, dia tidak segugup kemarin saat meminta kontak Seohyun. Takut ahjumma Seo berpikir tidak-tidak tapi tentu beliau sangat menerima kedatangan Yoona seperti biasa.

"Eh Yoong, hampir saja Ahjumma mengunci rumah. Ahjumma mau pergi dulu, Seohyun masih tidur. Kau kunci dari dalam saja ya," ujar wanita sebaya ahjumma Im tidak jadi mengunci pagar. Beliau justru membuka pagar membiarkan Yoona masuk lalu menyerahkan kunci, menaruh seluruh kepercayaan pada sahabat putrinya.

"Hati-hati, Ahjumma."

"Ne, ne, sarapanlah!"

Yoona langsung masuk berjalan menuju kamar Seohyun, sebelum buka dia mengetuk lebih dulu. Tak ada sahuan, Yoona memutar knop pintu dan mendorong pintu perlahan, dilihat Seohyun benar-benar masih terlelap memunggungi. Dia akhirnya masuk ikut berebah di sisi si pemilik kamar.

Forex In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang