Kau Pikir Kau Siapa?

88 7 2
                                    

"Kupikir kau ada di Jeju atau bekerja di sana, atau malah rekan kerja Seohyun," tutur Yoona akhirnya menemukan jawaban jika pegawai CL dan teman Seohyun adalah satu sosok. Benar-benar kebetulan yang bisa jadi disengajakan oleh Langit.

"Aku hanya sementara di sana karena ada keperluan, sepenuhnya bekerja dengan CL eonnie."

Irene menarik ujung bibir sinis, masih terbesit air mata Seohyun di pagi cerah silam. Memang Seohyun membaik dan faktanya hampir selalu baik-baik saja meski sang sahabat dan Yoona sudah tidak saling berhubungan. Tapi tak dipungkiri tetap ada sisa kekesalan atas sikap tidak dewasa Yoona dan memutuskan hubungan persahabatan begitu saja.  

Yoona sendiri bisa melihat jelas ketidaksukaan Irene walau sebatas dari samping. Karena pada hakikatnya seseorang yang benar-benar sahabat tidak akan terima bila sahabatnya disakiti. Sial. Seperti menampar wajah sendiri, sadar dia bukan sosok sahabat sejati karena telah menyakiti Seohyun atas kesalahan yang tidak disengaja.

"Bagaimana kabar Seohyun di sana?"

"Lucu sekali," sindir Irene karena menurut dia seharusnya Yoona yang paling tahu. Oh, dia 'lupa' mereka sudah tidak saling berkomunikasi selama puluhan hari.

"Mian," lirih Yoona membuang muka merasa sesak. Dia tahu perasaannya akan dilibas oleh sikap dingin Irene tapi sepasang kaki sama sekali tidak mau pergi. Terlalu dini untuk beranjak apalagi dia sungguh ingin mengetahui keadaan Seohyun.

"Tapi kalau kau sungguh mau tahu, kabar Seohyun sangat baik. Dia punya work life balance, perusahaan bonafit, dan pastinya orang-orang yang menyayanginya. Kau tidak perlu khawatir terutama soal perasaan, akan ada orang hadir dan menjaga dia lebih dari siapapun."

Wajah Yoona reflek menoleh usai mendengar kalimat terakhir. Dan Irene bisa melihat jelas perbedaan air muka di meja makan tadi dan sekarang. Bahkan iris mata tampak bergetar.

"Ya, aku tidak bermaksud memberi tahu selengkap itu, kau tidak mungkin peduli. Intinya dia sungguh membaik, tidak perlu khawatir," sindir Irene lagi bak belum puas menghukum Yoona.

"Gomawo," lirih Yoona mengulum senyum, atau menahan isakan tepatnya. "Boleh kuminta kontaknya?" ujar dia lagi lirih agak tercekit.

Irene lagi-lagi terkekeh sinis, "Mengapa tidak pergi ke rumah Seohyun dan minta langsung pada ahjumma? Hitung-hitung kau kembali untuk memperbaiki caramu pergi."

Ingatan hari tahun baru lunar lalu Yoona pergi begitu saja dari rumah keluarga Seo dan sejak saat itu tidak pernah kembali lagi. Hanya sesekali bertegur-sapa dengan orang tua Seohyun ketika tak sengaja bertemu di luar dan bertepatan Seohyun tidak sedang di Seoul. Sebaliknya kala Seohyun di Seoul, Yoona masih di Incheon. Masing-masing punya alasan tidak saling bertandang.

"Irene, kalau aku sampai bertanya langsung pada ahjumma dan ahjussi, mereka akan berpikir-"

"Hei, kau pikir kau siapa?" potong Irene akhirnya berdiri menghadap Yoona. "Cukup membuka email kau punya banyak template manipulasi yang dibuat sendiri. Im Yoon Ah, seorang manipulator yang memanipulasi banyak data, membohongi banyak broker internasional, dan menggait banyak keuntungan. Seorang manipulator sepertimu tidak punya cara hanya untuk mendapatkan kontak Seohyun? Apa tidak ada yang lebih konyol dari ini?"

Ucapan Irene tidak berwujud dan hati Yoona dilindungi banyak lapisan, tapi serasa ada yang sedang menyalakan gergaji mesin dan mencoba mematahkan organ-organ di dalam. Yoona sontak mengepalkan kedua telapak, ingin sekali memberi satu tinju ke wajah Irene agar bisa mematikan gergaji yang masih menyala. Namun, di sisi lain semua ucapan sahabat Seohyun tidaklah salah. Setiap kali ada masalah dalam pekerjaan, Yoona selalu punya cara atau berusaha mencari jalan keluar. Sekarang menemukan satu kontak Seohyun saja dia tidak bisa dan mengutamakan opini orang lain.

Forex In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang