17. Misunderstanding

113 11 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah 3 minggu, pasca kematian ama. Keluarga papa Hadi dan ayah Eric pun kembali ke rumah mereka masing-masing. Rumah ama, memang tidak di tempati mereka. Namun, mereka berjanji pada diri mereka masing-masing. Akan mengadakan acara secara rutin, mengumpulkan para anggota keluarga setiap hari minggu sebisa mungkin. Tahlil dan menikmati waktu bersama. Agar rumah itu tak kosong dan sepi. Walaupun setiap hari rumah tersebut akan dibersihkan, oleh para pekerja ama. Memang sayang sekali kalau rumah tersebut tak dihuni.


Pagi hari ini, keluarga papa Hadi sedang berkumpul menikmati sarapan mereka bersama-sama. Disertai keributan yang ditimbulkan para bocah-bocahnya mama. Mama cuma bisa ngehela nafas, ngelihat anak-anaknya yang kelewat aktif itu. Malah sekarang putra mama bertambah 1 lagi, sehingga bertambahlah keributan di rumah ini. Untung mama masih punya 1 putra yang masih normal. Iya, Mekeel. Yang lainnya kelewat aktif.

"Papa denger orang tua kamu mau ke Paris?" Tanya papa Hadi pada menantunya, sekaligus keponakannya.

"Iya, pa. Ngurusin bisnis Ayah. Mama
mau nambah referensi model baju buat di butiknya juga kebetulan. Jadi, mama sekalian ikut Ayah deh. Sebelum ke kampus rencananya Jay mau ajak Ayu buat nganter mama sama ayah di bandara ntar" Papa ngangguk setelah denger penjelasan Jay.

Inilah alasan perkataan Jay, yang katanya orang tuanya lebih suka Jay nggak tinggal di rumah. Apalagi kalau udah bareng keluarga Papa Hadi. Soalnya kalau di rumah, Jay suka nggak keurusan. Ya itu, orang tuanya super sibuk ngurusin bisnis diluar kota, bahkan diluar negeri seperti saat ini. Kalau bersama keluarga Papa Hadi kan Jay jadi keurus. Makanya orang tuanya suka. Ya walaupun di rumah ada bibi Mimi sip buat ngurus Jay. Tapi, ya gitu deh. Apalagi Jay dari kecil emang udah tumbuh bareng di keluarga ini. Jadi, orang tua Jay merasa senang ada yang mengurus putra semata wayang mereka.

"Bang, kapan kita ke rumahnya wendy?" Ig cs yang tadinya sudah bersiap-siap berangkat kuliah dan sekolah, setelah denger ucapan papa. Semua langsung pada ngumpul lagi di meja makan. Kecuali, Mekeel sama Ayu yang nyuci piring di dapur. Tapi, mereka masih denger suara papa kok.

Bang Can yang ditanya papa, cuma bisa mesem-mesem ga jelas.

"Terserah papa sama mama deh. Candra ngikut. Aduh" Bang Can mengaduh setelah ditimpuk Ayu pakai sendok sayur dari belakang. Bang Can kaget ngeliat Ayu yang tiba-tiba berdiri si belakangnya.

"Terserah mulu lo kek cewek" Bang Can ngelihat Ayu sebal, setelah cewek itu berjalan seperti tidak berdosa melewatinya dan memberikan sendok sayur itu pada papa.

"Serah gue lah. Lo kapan ngisi?" Jay yang masih makan tiba-tiba kesedak mendengar pertanyaan Bang Can. Ayu dengan sigap memberikan segelas air pada suaminya.

"Nah loh. Kenapa tuch? Kok kayak pada kaget situ berdua?" Jay dan Ayu sama-sama gelagapan setelah dicurigai oleh Haikal.

"Lo ngapa si bahas gituan?" Amuk Ayu pada Haikal. Mana mereka semua pada ngumpul lagi.

"Mending kalian honeymoon. Kan belum tuh kalian. Kalian juga udah udah jalan tiga minggu, kan? " Saran Bang Can.

"Sibuk. Kuliah. Nggak kayak lo yang pengangguran" Sembur Ayu.

"Ettt dah, mulut. Lemes amat, neng" Balas Bang Can yang tidak terima dikira pengangguran. Sebenernya ga salah juga sih, kerjaannya cuma kontrol cafe sama mantau karyawannya papa doang si, di perusahaan.

"Cepetan dah. Gue udah ga sabar mau gendong ponakan nih" Ucap bang dio sambil memeragakan gerakan menimang bayi. Hal itu bikin Ayu tambah greget sama saudaranya itu. Segera Ayu mengambil box tisu yang berada di meja makan dan melemparkannya ke wajah kakaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diamond | CYNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang