0.9

20 8 0
                                    

"Eh? Rai? Kamu ngapain disini? Ada perlu sama guru?"

Aku menoleh ke pintu ruang guru, dan mendapati wali kelasku disana... tapi kok dia kenal aku ya?! Keren ternyata meski aku pendiam aku diingat wali kelasku sendiri, ya syukurlah dia tahu aku hidup

"Nggak, pak. Lagi nunggu temen"

"Oh gitu, yaudah bapak duluan ya"

"Iya" ya! Kini aku dan Ken sedang berada diluar ruang guru, menunggu Risa dan Kana datang, tapi mereka gak datang juga dari tadi, apa mereka lupa ya? "Ken... gimana nih? Mereka lupa kali"

"Mana mungkin lup---Ituh Kana!"

Aku menoleh ke koridor, dan aku melihat Kana yang berlari menghampiri kami. Tapi dimana Risa? Terus... kenapa wajah Kana juga terlihat panik? Membuat perasaan aneh menyelimuti hatiku

"Woy! Gue kira Risa dah disini anjir! Dia gak ada dikelasnya, terus gue cari di toilet juga gak ada"

Hah? Risa gak ada? Gak mungkin dia hilang tiba-tiba seperti kasus Yuna, kan? Masalahnya ini disekolah hilangnya, berarti menguatkan fakta bahwa sekolah ini bermasalah. Berani banget mereka menculik disekolah

"Mungkin di perpus. Ikut aku!"

"Jujur gue juga bingung waktu lo nyuruh kita ke ruang guru, karena setau gue emang ruangan Erity Ito di perpustakaan" ucap Kana sembari mengikuti Ken dari belakang "Lo mau menyelidiki siapa?"

"Kamu gak ngerti, Kana"

"Ya kalo gitu jelasin!"

"Aku curiga bukan sama Erity! Tapi sama guru laki-laki yang deket sama kak Yuna"

Sudah aku duga, dia memang bukan ingin menyelidiki Erity Ito, tapi guru laki-laki itu. Dan kini entah apa yang dipikirkan Ken hingga dia membawa kami ke perpustakaan. Sekarang dia curiga pada Erity Ito, kah?

"Perpus ditutup! Sial! Coba dari awal kita ke perpus aja, Ken!" Sentak Kana yang kesal setelah kami berada didepan perpustakaan yang ternyata sudah dikunci "Kalo Risa sekarang dibawa sama Erity Ito gimana hah?!"

Untuk pertama kalinya aku melihat Kana yang marah pada Ken. Ya, memang sih... andai kami langsung saja menyelidiki Erity Ito mungkin semuanya akan lebih baik. Risa gak akan hilang

Karena memang Erity Ito adalah orang yang paling berpotensi menjadi dalang dari semua ini. Jadi kenapa Ken malah mencoba menyelidiki yang lain? Apa karena guru itu dekat dengan Yuna? Tapi firasat Ken...

"Ikut aku"

"Mau kemana lagi sih?! Gue cape sama permainan misteri ini! Dan sekarang temen gue hilang!"

"Aku mohon... Kalian percaya aku, kan?"

"Percaya" jawabku singkat, meskipun aku sering kesal pada Ken, tapi dia tetap teman terdekatku, aku percaya padanya, aku tahu firasat atau ramalannya gak pernah salah. Dia punya kelebihan... indigo mungkin

"Iya ayo"

Setelah Kana mengatakan itu, Ken tersenyum lalu dia berlari pergi, membuat aku dan Kana berlari untuk menyusulnya. Aku benar-benar gak mengerti. Ken... dia itu... argh! Aneh. Kenapa ya aku temenan sama dia?

Dia membawa kami keluar sekolah.

Dan disinilah kami. Parkiran

"Ada apa disini?"

"Liat plat nomor mobil itu"

Aku menatap plat mobil yang di tunjuk Ken. Btw, kami kini di balik tembok pagar khusus parkiran sepeda dan motor ya

Dan aku melihatnya! Melihat mobil yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Mataku melebar seketika. Bagaimana Ken bisa tahu ya? Aneh memang tuh orang. Plat nomor mobil itu memiliki inisial.... EI

Erity Ito

"Ayo kita ikutin!" Ucap Ken, dia berlari cepat menghampiri sepedanya, lalu dia langsung menaiki sepeda itu. Tadi dia bilang ikutin? Yang benar saja?! Kalo ke tempat yang jauh gimana? Kita cuma pake sepeda

"Hah? Serius ikutin mobil itu?" Tanya Kana yang mewakili pertanyaan ku

"Iya, ayo. Aku rasa disana ada Risa"

"Masa sih?! Woy tunggu! Ayo, Rai" Kana menatapku dulu yang baru mengeluarkan sepeda dan menaikinya, setelah itu kami berdua langsung mengayuh sepeda untuk mengejar Ken yang mengejar mobil

Perasaanku gak enak. Ini berbahaya.

.

.

.

.

.

Langit sudah mulai gelap, dan kami masih mengikuti mobil itu yang masuk ke gunung. Ya, gunung yang dekat dengan rumah Risa, kemungkinan mobil itu menuju ke rumah Emily Ito

"Dia berhenti!"

Kami berhenti cukup jauh dan dibalik pepohonan hutan saat melihat mobil itu berhenti didepan rumah besar tapi sudah sangat jelek, seperti gubuk besar. Seseorang keluar dari mobil itu... seorang laki-laki. Hah?! Guru itu

"Sudah aku duga! Aku minta kalian ikutin aku ke parkiran karena tadi guru itu baru keluar dari ruang guru. Aku juga kaget kenapa plat mobilnya pake inisial EI. Rai...? Dia---"

"Iya!" Ucapku cepat untuk memotong ucapan Ken. Aku tahu. Kemana saja aku ini? Aku baru sadar. Guru yang aku lihat diparkiran dengan Yuna adalah wali kelas ku "Pak Akito... aku baru sadar itu" ini mengejutkan

Aku gak percaya. Seperti... dibohongi

"Hah?! Terus Erity Ito kemana?" Tanya Kana dengan wajah bingung

"Mungkin Erity Ito bukan orang jahat. Itu lihat! Risa" Ken, Kana, dan aku melebarkan mata saat pak Akito mengeluarkan Risa dari mobil dalam keadaan pingsan "Kita harus gimana? Kalo kita balik buat hubungi polisi---"

"Dia keburu kabur! Kita harus selamatin Risa sekarang"

"Gimana caranya, Rai?! Gila lo! Lawan kita orang dewasa! Kita juga gak tau didalam rumah itu ada kawanannya atau nggak, dan dia bawa senjata atau nggak. Jangan idiot sekali aja, Rai!"

"Tapi gimana lagi, kan? Lagi beredar berita penculikan dan juga jual organ dalam manusia... Kalo Risa dijadiin kaya gitu gimana?" Aku hanya gak mau terjadi sesuatu pada Risa "Kita buat rencananya sekarang"

"Gue takut, Rai. Lo ngerti gak sih?" Tanya Kana, dia menatapku. Dapat kulihat matanya berkaca-kaca. Membuat aku ragu

"Aku yang buat rencananya"

Aku melebarkan mata saat Ken berbicara seperti itu. Agak terkejut sih. Jika tentang fisik dan firasat dia oke aja, tapi tentang otak? Bisa bisa dia bikin rencana yang buat kami mati di tangan guru itu

"Rai aja udah! Capek gue! Gue gak siap mati!"

"Yeh dengerin dulu. Secara fisik disini aku yang paling kuat, aku bakal jadi umpan, mungkin nanti aku bakal lari sejauh-jauhnya. Terus Rai sama Kana bawa Risa keluar dari sana. Kalo misal didalam ada orang lagi..."

"Aku bakal pancing mereka keluar, biar Kana yang bebasin Risa" ucapku dengan tegas dan yakin, "Tapi tempat persembunyiannya? Kita gak boleh sampe berpencar lho ya"

"Gimana kalo sawah tadi. Lumayan jauh dari sini, dan disana gelap, gak mungkin kita ketauan. Ken lo lari sampai sana. Nanti gue, Rai, dan Risa nyusul. Jangan pake sepeda ya" ucap Kana menambahkan

"Okey, kita bisa, guys..."

"Semoga hari ini bukan hari sial! Gue gak mau mati!"

"Ayo mulai!"

School Mystery✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang