1.3 [END]

39 8 3
                                    

"Aku pulang..."

"Selamat datang, sayang. Gimana tadi? Seru?"

"Biasa saja"

Akhirnya aku pulang juga, energi sosialku sudah habis. Saking lemas nya aku malas menaiki tangga untuk ke kamarku, jadi aku membanting tubuhku ke sofa ruang TV. Wahh... rumahku memang sangat nyaman

"Kamu laper gak, Rai?"

"Nggak"

"Yaudah kalo laper nanti masak sendiri ya, ibu beli mie instan. Ibu mau ke kamar---"

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu yang secara tiba-tiba itu memotong ucapan ibuku. Perlahan ibuku ke depan pintu untuk melihat siapa yang bertamu di dini hari seperti ini. Merepotkan! Untung ibuku gak menyuruhku membukanya

"Halo, bu"

"Kana? Ayo masuk, sayang. Ada apa?"

"Mamah dibawa ke rumah sakit, mau melahirkan, tapi aku gak boleh ikut jadi aku disuruh menginap dulu disini, bu"

Kana? Hah?! Aku dengan cepat bangkit dari tidurku. Dan benar! Kana disini berjalan menghampiriku bersama ibu. Tunggu! Aku baru sadar jika Kana memanggil ibuku dengan 'ibu', rasanya seperti...

Aneh! Ah! Ada kupu-kupu yang menggelitik perutku!

"Kana mau tidur dimana?"

"Dimana aja, bu"

"Dikamar Rai aja ya, eh Rai! Kamu tidur di ruang TV aja, biar Kana yang dikamar kamu"

"Ya, bu" ucapku singkat, aku mengalihkan pandanganku pada Kana "Langsung ke atas aja, Kana. Kamu tau kamarku, kan?" Bukannya menjawab Kana malah mendekatiku dan duduk di sampingku

"Kana mau nonton TV dulu ya, bu"

"Oh gitu, yaudah ibu tinggal ya. Besok pagi kita jenguk mamah kamu bareng-bareng ya" ucap ibuku yang mendapat anggukan dari Kana "Dah~ kalian berdua jangan malem-malem tidurnya. Selamat malam"

"Selamat malam, bu"/"Malam"

Aku dan Kana berucap bersamaan. Kami bertatapan sesaat. Lalu...hening seketika. Kami berdua hanya diam menatap TV yang menampilkan film horror misteri. Kurasa aku dan dia belum terlalu dekat seperti dulu

"Tadi Risa nembak lo?"

"Eh?!"

Aku menoleh cepat pada Kana, dan ternyata dia juga sedang menatapku.

"Bener ya? Dia nembak lo?"

"Mmm...iya"

"Oh. Selamat"

Hening kembali. Aku gak mengerti kenapa wajah Kana kini berubah muram, walaupun memang wajahnya jutek, tapi dia biasanya tidak muram seperti ini. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

"Tapi aku nolak dia"

"Hah?!

"Ssttt..!" Aku menempelkan telunjukku di bibirnya agar dia tidak berisik, karena sekarang pasti ibuku sudah tidur, dan gak enak juga didengar tetangga sebelah jika berisik jam segini "Jangan berisik, Kana"

"Kenapa lo nolak dia? Gila lo, padahal Risa tuh udah cantik, baik, ramah, dia juga kaya. Cuma kurang pinter doang sih. Tapi dia hampir sempurna"

"Kesempurnaan seseorang tidak menjamin perasaan orang terhadapnya, kami lebih baik menjadi teman aja" aku mengalihkan pandanganku ke TV "Dan aku udah suka sama seseorang"

"Siapa? Kok lo gak kasih tau gue?"

Karena kamu orangnya, Kana!

"Udahlah, gak usah dibahas"

"Yeh! Siapa?! Jawab gak!"

"Sssttt..." Aku kembali menatapnya, kali ini fokus pada matanya "Aku menyukaimu, Kana" dapat kulihat mata itu melebar, ya dia terkejut. Itu wajar, karena aku seperti gak pernah menunjukkan rasa sukaku padanya

"Hah?"

"Aku suka kamu"

"Jangan bercanda woy!"

"Siapa yang bercanda? Aku serius"

Dia terdiam. Lalu dia mengalihkan pandangannya, tapi aku tetap menatapnya. Sial! Kenapa aku mengatakan itu sih?! Suasananya jadi makin canggung. Mati aku kalo dia menjauhiku lagi. Aargh!!!

"Dari kapan? Kenapa?"

"Eh...?" Aku menggaruk belakang leherku yang sebenarnya gak gatal. Aku hanya bingung "Dari dulu, dari kita kecil" jawabku, ya aku baru sadar aku menyukainya sejak dulu "Kalo ditanya kenapa sih... aku juga gak tau"

"Tapi... Risa lebih baik. Kenapa---Argh! Terus waktu lo tau gue suka sama Ken gimana?"

"Kesal. Banget. Tapi aku gak nunjukin itu" aku mengulurkan tanganku pada Kana, membuat dia menatapku lagi "Maaf aku bilang perasaan aku, tapi jangan jauhi aku lagi. Gak masalah kalo kamu suka sama Ken"

"Tapi lo gak nunjukin kecemburuan lo"

"Kan aku nutupin itu. Tapi, waktu aku nolak awal pertemuan kita jadi awal pemecahan misteri karena kamu mau ikut waktu diajak Ken, itu udah nunjukin kalo aku cemburu, dan kesal. Terus waktu ke patung..."

Padahal aku udah lihat patung itu sebelumnya, tapi aku ikut lihat lagi, karena aku cemburu kamu bakal berduaan sama Ken.

Aku yang marah sama Ken karena dia mengatakan seseorang yang disukai didepan kamu, karena aku gak suka liat kamu sedih.

Aku juga selalu nurutin kamu.

Aku yang langsung pergi dari depan mading karena waktu itu kamu meluk Ken. Rasanya sakit melihat itu

Dan banyak lagi yang aku lakukan tanpa sadar menunjukkan perasaanku padamu, Kana

"Dan mungkin banyak... gak bisa aku sebutin" ucapku yang gak mau menyebutkan apa saja yang selama ini aku lakukan tanpa sadar "Udahlah, Kana. Kamu ke kamarku aja, udah malem..."

Ucapan ku terhenti saat merasakan tangan Kana yang menyentuh tanganku

"Gue juga suka lo, Rai." Dia tersenyum "Lo pikir gue beneran ditolak Ken waktu itu? Waktu itu Ken bilang 'jangan membohongi perasaan kamu sendiri'. Dia tau gue sebenernya suka sama lo, bukan suka dia."

Ah! Iya kah? Si indigo itu tahu? Ini bukan mimpi, kan? Kana menyukaiku juga? Ini pasti mimpi. Gak mungkin!

"Awalnya juga gue nyangkal perasaan gue, dan gue mencoba suka sama Ken. Eh dia malah bilang gitu... jadi gue perlahan jauhin lo. Setelah SMA gue ngerasa perasaan gue udah hilang, gue seneng lo sama Risa..."

"Jadi kamu---"

"Diem dulu! Karena Risa baik, dan siapa sih yang gak suka dia? Jadi gue pikir bakal lebih baik lo sama dia, dan ternyata setelah beberapa bulan ini gue sadar kalo gue cemburu liat lo sama dia. Perasaan gue belum hilang"

"Kana, kamu juga baik cuma ya... galak doang"

"Hahahaha"

Kami tertawa bersama. Benar-benar rasanya seperti mimpi, tapi saat merasakan tanganku dan Kana saling menggenggam... aku yakin ini bukan mimpi. Kana menyukaiku juga... dia kini bersamaku

.

.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
School Mystery✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang