Denting lonceng yang terdengar janggal, bunyi derit pintu yang membuat sekujur tubuh merinding, wewangian aneh menyerupai dupa yang seakan melumpuhkan indera penciuman...
Sejak awal memasuki tempat ini, Uzui Tengen sudah merasa tidak nyaman.
Pria berumur 32 tahun itu melirik ke sana kemari, memperhatikan seisi ruangan yang dipenuhi barang-barang aneh. Seumur-umur, baru pertama kali ia mendatangi dukun. Kalau saja bukan karena dipaksa juniornya dan kalau saja ia tidak tertimpa masalah yang sulit diselesaikan dengan tangannya sendiri, ia tidak akan sudi datang ke sini.
Di saat Uzui menghela napas, seseorang menyembulkan kepalanya dari balik tirai. Menampakkan sosok lelaki beralis tebal dengan bola mata keemasan, juga rambut panjang bergaya half up berwarna mencolok. Lelaki itu menyambut Uzui dengan senyum sumringah di wajahnya dan nada antusias, "Selamat datang! ada yang bisa saya bantu?"
Kini ia keluar dari tempat persembunyian, secara utuh memperlihatkan seluruh tubuhnya. Uzui jadi memperhatikannya lagi dari atas sampai bawah, dari style rambut sampai cara berpakaian. Sama sekali tidak seperti dukun. Bisa dibilang, penampilan orang itu sangat kekinian seperti mahasiswa magang. Apa salah tempat, ya?
"Anda pasti bingung, ya, tapi benar kok saya orangnya." Bagai membaca pikiran Uzui, ia berkata demikian sembari tersenyum lebar, "Uzui-san, kan? Nama anda sudah terdaftar di sini. Silahkan duduk."
Si Tanjiro itu benar-benar....pantesan aja dia maksa terus. Uzui mengutuk di dalam hati. Ia tak tahu Sang Junior sampai mendaftarkan namanya tanpa bilang-bilang. Padahal belum tentu Uzui akan datang. Yah, walaupun akhirnya datang juga. Habisnya sudah tiga hari ia tidak bisa tidur gara-gara diganggu hantu, roh, atau apalah itu. Rasanya bagai terkena karma karena telah menyepelekan keberadaan makhluk tak kasat mata selama bertahun-tahun.
"Oke, langsung ke intinya," Tanpa basa-basi, ia menduduki bangku yang tersedia sembari melayangkan tatapan lesu, "Aku diganggu roh, tolong usir sekarang juga, bisa?"
"Bisa!" Di luar dugaan, orang ini menjawabnya tanpa ragu. Uzui pikir, ia akan bertanya-tanya dulu secara detail."Tapi sebelum itu..."
Sebuah buku berisi rincian harga dikeluarkan dari laci meja, "Untuk pengusiran secara instan, bisa dilihat harganya tertera di sini."
Seketika Uzui membulatkan mata, memandangi buku itu dengan tatapan horor, "Sepuluh ribu yen?!"
Maka tidak heran, si dukun muda langsung meng-iyakan. Selama uang yang didapatkan bernominal besar, sudah pasti ia setuju-setuju saja. Sebenarnya Uzui sanggup-sanggup saja membayar. Masalahnya, apa orang ini bisa dipercaya? apa orang ini profesional? apa dengan begini gangguan gaib yang ia alami akan hilang dalam sekejap? bagaimana kalau ternyata orang ini adalah penipu? kalau sampai ditipu, mau ditaruh di mana mukanya? Apalagi Uzui notabennya adalah seorang detektif dari keluarga terpandang.
Sekali lagi, ini bukan masalah uang, ini masalah harga diri.
"Yang benar saja kau--tunggu, sebutkan namamu!"
"Kyou."
"Yang benar saja, Kyou! memangnya kenapa bisa sampai semahal ini?"
"Karena melakukan ritual cukup menguras tenaga."
"Hah?"
"Atau mau dicicil dulu?"
"Enggak, aku bisa bayar sekarang." Orang bernama Kyou itu berucap 'wah'. Lalu berganti menjadi sorakan kecewa begitu Uzui berkata, "Tapi kau tidak bisa dipercaya."
Kyou berdeham panjang, "Berarti benar kata Tanjiro-san, Uzui-san itu tipe orang yang skeptis, apalagi berhubungan dengan hal-hal gaib. Ini pertama kalinya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Working with a Shaman to Investigate a Case
Fanfiction[Kimetsu no Yaiba fanfiction] Uzui Tengen, Si detektif swasta, yang tidak percaya hantu tiba-tiba saja terkena gangguan gaib. Ia diberi saran oleh juniornya, Kamado Tanjiro, untuk menemui seorang dukun. Namun, siapa sangka pertemuannya dengan Sang d...