胡蝶しのぶ: Kochou Shinobu (2)

77 7 10
                                    

Tok, tok

Suara ketukan pada pintu ruko menghentikan Kyou dari kegiatannya. Jari yang menyentuh papan ketik terangkat, pandangan yang semula tertuju hanya pada laptop kini teralihkan, berujung menatap pintu, mengecek jam, dan tersadar. Oh iya, kunjungan klien. Lantas Kyou berdiri sekalian meregangkan tubuh, meninggalkan pekerjaan kampus untuk sementara waktu. 

Terima kasih kepada orang yang telah mengetuk pintu, berkatnya tubuh tegang ini bisa istirahat juga. Meski selanjutnya akan kembali tegang, mengurusi persoalan gaib. 

"Selamat datang! Nona Shinobu, ya? Silahkan masuk." Melayani Sang tamu, tumpukan rasa penat hilang entah ke mana, tergantikan oleh senyuman ramah. 

"Siang...saya ingin menemui Tuan Kyou, apakah ada?" Yang berdiri di sana tersenyum canggung, melangkah masuk dengan gerak kaki tak kalah canggung. 

"Um, saya orangnya."

"Eh...? anda?"

"Kurang terlihat seperti dukun, ya?" Pria itu sempat-sempatnya berkaca, baru menjawab, "Benar kok, saya orangnya."

Shinobu terkejut, menelaah penampilannya sekali lagi, "Wah, masih muda sekali."

"Sudah tua, kok. Tahun depan jadi dua puluh satu."

"Toshi shita (umurmu di bawahku). Tua apanya?" Kecanggungan yang membungkus seolah lumer. Diawali rasa kaget yang berubah menjadi rasa lega, Shinobu tertawa seperti melepas semua beban di pundak. Gaya bicaranya berubah santai, mengetahui umur Kyou lebih muda darinya, "Syukurlah, kamu berbeda dari bayanganku."

"Pasti mengira saya om-om beruban?"

Wanita itu mengangguk, tanpa berpikir dua kali, juga tanpa jeda. Yah, ia tidak salah, sih. Kyou sendiri pun tak bisa menyangkal, suara beratnya memang menyerupai bapak-bapak. Wajar jika orang yang cuma mendengar suaranya lewat telepon akan langsung salah sangka. Terkadang Kyou iri dengan Tanjiro-san, meski umur pria itu lima tahun di atasnya, ia punya suara yang lebih mewakili generasi muda.

"Belakangan ini, cukup banyak, lho, anak-anak muda yang mendalami pekerjaan ini. Saya salah satunya."

"Aku baru tahu, ternyata dukun zaman sekarang masih muda-muda." Sebuah kursi kayu disodorkan padanya, terlihat kosong dan kesepian seakan butuh dihuni. Tak lama, rok putih panjang milik Shinobu menyelimuti kursi itu. Sekarang, Sang klien telah duduk manis layaknya permaisuri, tinggal mengucap permintaan.

"Nah, ada keluhan apa?"

"Ah, ya." Shinobu melegakan tenggorokan sebelum memulai sesi curhat, "Aku sepertinya ketempelan."

Siapa sangka, malah dibuka dengan diagnosa mandiri.

"...mu?"

"Kamu...nggak merasakan apa-apa? Umumnya, dukun bisa merasakan energi, kan?"

Pria berambut nyentrik itu berdeham panjang.

Ya, memang, secara gamblang ia sudah tau, rata-rata orang yang mendatangi tempat ini sudah pasti gara-gara fenomena gaib dan kasus yang paling sering terjadi adalah 'ketempelan'. Hanya saja, roh macam apa? dari mana asalnya? Kyou perlu mengetahuinya karena hal itu sangat mempengaruhi langkah penanganan yang akan ia ambil.

Dari kasus 'Kyougai' Kyou belajar banyak, ritual pengusiran bukanlah perkara sepele, bukan pula bebas dilakukan tanpa riset apa-apa. Selama ini ia salah besar atau lebih tepatnya, ia terlalu mentaati aturan Sang bibi. Demi keamanan, katanya. Plus, ia hanya dianggap sebagai anak magang yang cuma dipekerjakan sampai periode tertentu. Oleh sebab itu, kemampuannya selalu mentok di situ-situ saja. 

Working with a Shaman to Investigate a CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang