"Uzui-san!" Tanjiro berlari tergopoh-gopoh memasuki lahan parkir minimarket. Ia menghampiri mobil pajero yang jendelanya sudah terbuka lebar, menampakkan sosok lelaki berambut putih yang ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Uzui Tengen. Seakan sudah menunggu kedatangannya sedari tadi, pemilik kendaraan tersebut langsung memberikan sambutan berupa pelototan mata. Uwah, mengerikan! tak berani memandangi orang yang ada di hadapannya itu, ia jadi memandang ke arah lain. Namun di luar dugaan, Uzui malah menyodorkan sekaleng soda lewat kaca jendela.
"Minumlah, kau pasti lelah."
"Eh?" Tanjiro lantas menatap Uzui tanpa berkedip. Tumben, "...anda Uzui Tengen, kan?"
"Hah? apa tuh maksudnya?"
"Enggak, bukan apa-apa, kok." Kepalanya menggeleng cepat kemudian ia menjulurkan lengannya seolah ingin mengambil minuman itu dari tangan Uzui. Belum sempat mengambilnya, Uzui secepat kilat menempelkan kaleng sedingin es itu pada kening Tanjiro, "Akh!"
"Kau ini keras kepala sekali, ya, bahkan menggunakan motor khusus pesan antar demi mengejarku sampai sini. Aku jadi merasa kasihan karena adikmu itu, Si Takeo harus mengantar roti dengan berjalan kaki." Lidah yang tajam sangatlah cocok untuk menggambarkan seorang Uzui Tengen, bukan? Padahal Tanjiro sudah berharap setidaknya hari ini ia tidak akan terkena omelan. Ya, dipikir-pikir hal itu tidak akan mungkin juga sih, saat dimana seniornya berbaik hati. Justru Tanjiro semakin merinding memikirkan sosok Uzui yang cengar-cengir sambil bertutur lemah lembut, "Kenapa ekspresimu malah begitu?"
"Kepala saya habis dihantam kaleng soda, wajar dong." jawab Tanjiro mengusap-usap kening, "Dan lagipula, kami punya sepeda, jadi anda tidak usah mengkhawatirkan Take--"
"Ya, ya, apalah itu. Karena kau sudah terlanjur datang, kuberi waktu 10 menit untuk minum dan istirahat, lalu kita akan pulang," ucap Uzui, setelahnya ia menaikkan kaca mobil.
Tanjiro mengatupkan mulut. Orang ini bahkan tidak mau mendengarkan omonganku sampai selesai dan langsung mengalihkan topik seenak jidat...
Tunggu,
"Sudah mau pulang? Berarti anda barusan sudah ke sana?" Lelaki berambut rubi itu berseru kencang seiring dengan tangan yang menggedor-gedor kaca mobil, "Uzui-san...tempat itu berbahaya! kalau ketempelan lagi bagaimana?"
Gara-gara omongannya tersebut, kaca jendela kembali diturunkan, "Bukannya sudah diusir?"
"Ah..." Ia keceplosan, "S-sore wa maa...sou desu ne... (benar juga)"
"Kau ini...bagaimana sih? lagian jam segini sudah banyak orang datang buat lari pagi. Seharusnya aman, kan?"
Hampir saja aku membuat masalah, Kyou-kun maafkan aku...lain kali aku akan berhati-hati. Untunglah Uzui tidak terlalu memedulikan omongannya barusan. Sejak tadi juga tidak ada satupun protesan yang menyinggung soal fenomena gaib. Berarti, sejauh ini kondisinya memang aman-aman saja.
"Kubilang juga apa, sia-sia kau menyusulku ke sini. Lebih baik kerjakan saja tugasmu."
"Melindungi Uzui-san kan juga tugas saya hehehe..." Entah sejak kapan Tanjiro jadi pandai berkelit menutupi keresahan yang sempat ia rasakan, "Oh? Uzui-san? anda kelihatan tidak sehat."
Kalau yang ini sungguhan. Ia baru menyadari warna bibir Uzui sedikit pucat, berbeda dengan biasanya. Atas dasar itu, Tanjiro menjulurkan tangannya--ingin menyentuh kening Sang senior.
KAMU SEDANG MEMBACA
Working with a Shaman to Investigate a Case
Fanfiction[Kimetsu no Yaiba fanfiction] Uzui Tengen, Si detektif swasta, yang tidak percaya hantu tiba-tiba saja terkena gangguan gaib. Ia diberi saran oleh juniornya, Kamado Tanjiro, untuk menemui seorang dukun. Namun, siapa sangka pertemuannya dengan Sang d...