"Uzui-san!"
Entah sejak kapan Tanjiro sudah berdiri di depan pintu, mengejutkan Uzui yang baru saja ingin melangkah ke luar dari ruko. Pria itu sekonyong-konyong menongolkan wajah seraya melompat seperti rakun, kemudian ia memeluk tubuh Sang senior dengan dramatis. Gerakan yang di luar prediksi itu membuat tubuh Uzui agak limbung ke belakang. Untung saja kakinya kuat menopang tubuh Tanjiro, "Oi, minggir! Kenapa kau ada di sini?"
"Barusan, kan...Uzui-san menelepon saya," lirihnya sekalian mengelap ingus, "Tentu saja saya ke sini untuk minta maaf."
Ia lalu berlutut, apalagi hampir bersujud. Tentu saja Uzui buru-buru menghentikannya, lagipula untuk apa ia melakukan hal semacam ini?
"Tanjiro, jangan seperti ini. Aku bukan patung buddha ataupun dewa yang harus disembah!"
"Saya harus melakukannya!" Memang dasar kepala batu, sekarang pria beranting hanafuda itu benar-benar berada di posisi sujud dengan dahi menyentuh aspal. "Uzui-san...saya betul-betul minta maaf. Seharusnya saya tidak memaksa anda untuk datang ke sini."
"Tanjiro, berdirilah--"
"Tapi, anda harus tau! niat saya baik! saya murni ingin membantu anda!" Tanjiro tetap melanjutkan celotehannya, mengabaikan perintah Uzui. "Ano, soal ritual itu...biar saya bantu jelaskan. Arwah yang mengganggu anda sedikit berbeda dengan arwah yang biasanya Kyou-kun tangani. Makanya, Kyou-kun juga kebingungan. Saya rasa anda pasti bisa memahaminya, kalau Kyou-kun bukanlah orang yang suka menipu. Dia cuma kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa. Jadi, tolong jangan marahi Kyou-kun! Dia tidak salah apa-apa. Kalau mau marah, marahi saya saja!"
Uzui membuang napas, tangan besarnya meraih pundak Tanjiro dan menarik paksa agar ia berdiri. Asal kalian tahu, aksi bodoh juniornya itu telah mengundang atensi warga setempat. Dari kejauhan, beberapa orang terlihat berkumpul hanya untuk menonton keributan antar pria dewasa yang tidak jelas meributkan soal apa, "Tanjiro, cepatlah berdiri, jangan membuatku malu! kita ditonton banyak orang!"
Baru tersadar bahwa dirinya mendatangkan kericuhan, Tanjiro berhenti berbicara kemudian berdiri sambil menahan deraian ingus yang turun dari lubang hidungnya. Uzui tak habis pikir, sebetulnya umur dia berapa, sih? Karena kebetulan ia menyimpan saputangan di sakunya, jadilah saputangan itu ia berikan kepada Sang junior.
"Sudah lebih tenang?"
Seraya membersitkan hidung dengan saputangan milik seniornya, Tanjiro mengangguk, "Sumimasen."
"Dasar." Uzui mendengus pelan, "Kau senang sekali membuang-buang energi, ya?"
"Bagaimanapun, saya kan harus meluruskannya."
Mulut Tanjiro kembali terbuka, hendak memberikan penjelasan. Langsung saja Uzui membungkamnya, "Iya, iya, aku tau. Anak itu sudah menjelaskannya padaku barusan."
"...Kyou dan anda sudah berbicara?" Jawaban yang ia dapatkan adalah sebuah anggukan, ekspresi Tanjiro pun berubah cerah seketika, "Berarti anda sudah memaafkannya?"
"Kalau itu sih, tergantung hasil akhirnya."
Sang junior memancarkan ekspresi bingung, "Hasil akhir?"
"Katanya, dia mau menyelesaikan semua ini," ucap Uzui. Ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah bawah, dilanjut menggerakkan-gerakkan tangan tepat di depan wajah, memberi gestur yang mengibaratkan, 'sekarang juga, tepat di depan mata-ku'.
"To iu koto wa (jangan bilang)...."
"Kita akan pergi ke daerah Miyama. Jika dia berhasil membuktikannya padaku, maka aku akan memaafkannya, tapi kalau yang terjadi malah sebaliknya..." Lagi-lagi jari telunjuknya teracung dan kali ini mendarat di kening Tanjiro, "Akan kuminta pertanggung jawaban kalian berdua, mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Working with a Shaman to Investigate a Case
Fanfiction[Kimetsu no Yaiba fanfiction] Uzui Tengen, Si detektif swasta, yang tidak percaya hantu tiba-tiba saja terkena gangguan gaib. Ia diberi saran oleh juniornya, Kamado Tanjiro, untuk menemui seorang dukun. Namun, siapa sangka pertemuannya dengan Sang d...