響凱: kyogai (2)

102 16 7
                                    

Episode kali ini santai dulu gak sih😄☝ enjoy!

--------------------------------------

"Terima kasih..."

Wajahnya menengadah ketika mendengar ucapan terima kasih. Bertemu tatap dengan manik mata berwarna merah yang terlihat lebih melunak usai berkonsultasi selama satu setengah jam lamanya.

"Kalau begitu, permisi."

Pria bertubuh tinggi besar dengan rambut putih yang dikuncir kuda itu melangkah pergi ke luar, menyisakan denting lonceng yang bergema memenuhi ruangan. Sambil memperhatikan kepergiannya, Sang dukun muda terdiam di depan meja konsultasi, kemudian senyuman yang sedari tadi terpatri di wajahnya langsung memudar. Seraya mengetuk-ngetukkan jemari di atas meja, mulutnya berceloteh sendiri, "Uzui Tengen, ya...hm, ini lebih melelahkan dan lebih rumit dari yang kubayangkan."

Rasa lelah yang tersisa membuat nama pelanggan hari ini tak sengaja keluar dari belah bibirnya,

Uzui Tengen.

Sama seperti Kamado Tanjiro, orang ini bekerja sebagai detektif swasta. Namun entahlah...dari kesan pertama, ia sudah menduga kalau Uzui itu orang yang cukup merepotkan. Benar saja, setelah berbicara sepatah dua patah kata, semuanya langsung terbukti. Mulai dari tingkat skeptismenya yang terlalu tinggi, tidak percaya hal gaib, memancarkan sorot mata curiga, bahkan secara terang-terangan berkata, "kau tidak bisa dipercaya!"

Agak susah ya, untuk meyakini tipe orang yang begini. Untunglah Tanjiro datang tepat waktu dan dengan cepat 'menjinakkan' Sang senior. Oke, mari kita cukupkan sampai di sini karena bukan itu yang terpenting.

Perlu diketahui, semua orang yang datang ke tempat ini punya perkara serupa, "diganggu hantu"

Harusnya begitu...tapi,

Pria berambut half up itu menoleh ke arah bawah, lebih tepatnya, menatap tangan kanannya yang tengah digenggam erat oleh sesosok arwah anak kecil.

Yang ini situasinya cukup berbeda.

Sang dukun berdeham sejenak, sebelum memutuskan untuk mengusap puncak kepala anak itu, "Hei, namaku Kyou. Namamu siapa?"

Ia mencoba berkenalan, memperlakukan Si arwah layaknya anak kecil pada umumnya, lagipula ia tidak merasakan niat jahat dari arwah tersebut. Sekali lagi ia bertanya, "Kenapa kamu mengikuti Uzui-san? Dimana kalian bertemu?"

Pekerjaannya detektif swasta harusnya tidak berhubungan dengan kematian. Mengunjungi lokasi pembunuhan ataupun mendatangi tempat-tempat mengerikan bukanlah bagian dari job desk seorang detektif swasta. Beda halnya jika Uzui-san adalah seorang detektif kepolisian. Kyou ingin mengetahui jawabannya yang sangat disayangkan tidak dijawab, keheninganlah yang ia dapatkan.

Ia lantas mencoba mengganti pertanyaan, "Apa...yang bisa kubantu?"

Nihil, anak ini tetap bungkam dan tak kunjung membuka mulut.

Kyou paham, ia bukannya tak ingin menjawab. Sebaliknya, setiap kali ingin menggerakkan mulut, ia terlihat sangat kesulitan dan kondisi ini sudah berlangsung sejak ritual tadi. Bagai terjerat tali di lehernya, ia jadi tidak bisa berkomunikasi sebagaimana mestinya. Dada Kyou terasa nyeri setiap kali membaca gerak-gerik yang ditunjukkan Si arwah.

Aku harus apa?

Ia tidak bisa seenak jidat mengusirnya karena sama saja, ia seperti menyiksa anak itu. Kyou tidak tega. Berarti pilihan lainnya adalah dengan melakukan ritual pemurnian dan membimbing Si arwah agar dapat kembali 'pulang'. Namun, Kyou tidak bisa berbohong bahwasanya hal tersebut sangatlah rumit untuk dilakukan, berhubung ia tidak tau latar belakang beserta sumber masalahnya. Yang ia tahu cuma satu; anak ini dijerat dan dikendalikan entah oleh siapa. Jelas, orang itu berbahaya, salah sedikit bisa gawat.

Working with a Shaman to Investigate a CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang