Mas Alif?

13 3 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat Membaca💗🌷
.
.
.

🍒🍒🍒


Syifa merasakan sebuah sentuhan pada pipinya, seperti ada seseorang yang mengusap pipinya sesekali menepuknya pelan.

"Syifa, bangun ..." panggilnya seraya mengguncang pelan tubuh Syifa.

Syifa yang merasa tidurnya terganggu sontak mengerjapkan matanya beberapa kali. Hal pertama yang ia lihat saat ia membuka matanya yaitu, seorang pria mengenakan koko dengan rambut dan wajahnya yang masih basah. Seperti sehabis wudhu.

"Bangun, sudah masuk waktu Subuh," ucapnya ketika Syifa masih berusaha membuka matanya sempurna.

"Jam berapa, Pak?" tanya Syifa sambil menguap dan mengucek matanya.

"Pukul, empat lima belas menit," jawab Alif setelah ia melihat jam.

Syifa mendudukkan dirinya, menghadap Alif. Menatap objek di depannya dengan mata yang masih mengantuk.

"Sholat sendiri. Saya ke masjid," ucap Alif yang mendapat anggukkan dari Syifa.

"Iya, nggak apa-apa."

Syifa meraih tangan Alif ketika pria itu hendak bergegas, dan mencium punggung tangan itu.

Setelah Alif keluar dari kamarnya. Syifa, pun, bangkit dari kasurnya. Ia berjalan ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu dan bersiap untuk menunaikan sholat Subuh.

Pukul setengah enam, Syifa keluar dari kamarnya. Setelah ia selesai menunaikan sholat Subuhnya dan mengaji. Ia berjalan menuju dapur, masih mengenakan piyama serta hijab bergo-nya. Di saat yang bersamaan, suami, ayah, serta adiknya, baru saja pulang dari masjid. Bisa di pastikan, di masjid tadi ada kajian Subuh. Makanya suami, ayah, serta adiknya baru saja pulang di jam segini.

Syifa menghampiri mereka, menyalimi tangan Ayah dan suaminya. Kecuali Raffa yang sudah melenggang pergi.

"Ayah ke kamar dulu," pamit Dimas, memberi ruang untuk Syifa dan Alif.

"Ada kajian Subuh ya, Pak?"

Alif menganggukkan kepalanya. "Iya."

Setelahnya tidak ada obrolan lagi diantara keduanya, membuat keadaan menjadi canggung.

"Mau Syifa buatkan, teh?"

"Boleh. Saya ke kamar dulu, ganti baju."

"Pak Alif ..."

Alif yang hendak melangkahkan kaki menuju kamarnya, urung. Kala Syifa memanggilnya. Ia kembali menghadap istrinya, menatapnya dengan sorot tajam, lalu menghela nafas pelan. "Sudah berapa kali saya bilang? Saya bukan bapak kamu."

Syifa meringis mendengar nada tak suka Alif. "Maaf, saya bingung harus panggil bapak, apa?"

"Apa saja, asal jangan bapak."

"Pak Alif, ada request mau di panggil apa gitu?"

Alif menggelengkan kepalanya. "Tidak."

SYIFA UNTUK ALIF [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang