Terima atau Tolak?

122 39 129
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Absen yukk guys, dengan komen emot buah nanas 🥭🥭
Selamat Membaca💗🌷
.
.
.


🍒🍒🍒

"Loh! Bapak?!"

Syifa berjengit kaget, tanpa sadar ia pun bangkit dari duduknya sambil menunjuk ke arah seseorang yang berada di pintu masuk rumahnya, di sana berdiri seorang pria tampan dengan perawakan tegas dan berwibawa.

Orang yang menjadi alasan Syifa kaget pun sama kagetnya. Namun, Alif sangat pandai menyembunyikannya, sehingga ia terlihat biasa saja.

"Pelanin suara kamu Kak, nggak sopan," bisik Rianti ditelinga Syifa, ketika syifa sudah terduduk di sofa kembali.

Syifa yang tersadar akan kesalahannya hanya tersenyum kikuk dan meminta maaf.

"Silahkan duduk, Nak. Jangan berdiri terus," Rianti mempersilahkan dua orang lelaki yang sedang berdiri itu untuk duduk di sofa yang kosong, tepatnya berada di depan Syifa.

Laki-laki yang berada di pintu masuk itu menghampiri kedua orang tua Syifa. Menyalami tangan Dimas dan menangkupkan tangan di depan dada kearah Rianti.

"Ngomong-ngomong, Syifa tau, Al?"

Syifa menggelengkan kepala. "Syifa tadi nggak sengaja ketemu Bapak ini di kedai, Ummi."

"Saya bukan Bapak, kamu." ucap seseorang yang sedari tadi hanya diam, menyimak obrolan gadis itu dengan Umminya. Ia mempertegas kata Bapak  dalam kalimatnya.

"Oh, yaa? Wah, dunia memang sempit."

Syifa menatap sengit ke arah pria itu, sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah datar, seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antara keduanya.

Semua yang berada di ruangan itu menatap dua insan di hadapannya dengan tersenyum geli.

"Laki-laki yang kamu panggil dengan sebutan Bapak itu namanya, Alif. Kalau yang disamping Alif itu Kakaknya namanya, Alan. Mereka anak Ummi sayang,"

Syifa mengangguk kikuk dan tersenyum simpul menatap orang di depannya dan menatap sengit dengan muka datar kearah pria yang beberapa jam tadi sempat membuat Syifa naik pitam di Gelatochips.

"Mumpung sudah kumpul semua, langsung saja makan malam. Baru, acara inti nanti sesudah makan malam saja," ucap Dimas mengajak mereka semua yang ada di ruangan itu untuk menuju ruang makan.

"Mari Yusuf, Ningrum, Alan, Alif. Kita makan malam bersama dulu, Aku udah masak banyak lho," ajak rianti antusias, dengan mengapit lengan Ningrum dan di bawanya ke ruang makan di ikuti Dimas, Yusuf dan anak-anak mereka.

Makan malam yang khidmat dan damai, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Sesekali tamu di keluarga Dimas pun memuji nikmatnya masakan Rianti, kadang juga dua sejoli yang beberapa jam lalu di takdirkan untuk bertemu itu saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam.

"Alhamdulillah."

Serempak semua yang ada di ruang makan itu mengucapkan hamdalah ketika makan malam mereka sudah selesai.

SYIFA UNTUK ALIF [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang