Austin Bentley

386 47 5
                                    


" Dan siapa yang ingin kau tantang Mr Weasley? ".

" Dia ". Weasley menunjuk seseorang yang duduk jauh darinya, orang yang menatapnya dengan mata terkejut dan geli.

" ya tentu saja apa kau menerima tantangannya Mr -".

" Pfft Austin, sepertinya kau yang akan mati lebih dulu ". Harry mengejek temannya.

" Diam lah Ignatius, sejujurnya menggelikan melihatnya penuh percaya diri seperti itu menantang ku ". Ucap Austin wajahnya menunjukkan perasaan geli dan tidak melepas pandangannya kepada Weasley.

" Yah entah bagaimana perasaan mu sebaiknya kau segera menjawab, mereka menunggu mu ". Chaiden berucap kesal, dia yang sangat menantikan turnamen ini dan bocah itu dengan se enak jidat maju dan menantang Austin.

" Bagaimana menurut mu Ignatius haruskah kuterima ? ". Austin menoleh dan bertanya pada Harry.

Harry yang ditanya mengarahkan pandangannya pada Weasley, atau Ron, yah begitulah ia mengenalnya dulu. Ia tidak tau apa motivasi Ron menantang Austin, tapi setidaknya ia masih punya akal untuk tidak menantangnya, tidak akan baik bila mereka menolak tantangan sekarang dan ia yakin Austin akan dengan mudah menghadapinya.

" Lakukan saja , lagipula tidak bagus bagi kita untuk menolak tantangan ". Jawabnya.

Austin melirik sebentar Ignatius dan berdiri mengangguk kepada Professor Riddle dan menjawab.

" Ya tentu saja Professor aku menerima tantangannya ". Jawabnya dengan mulus.

" baiklah kalau begitu kedua peserta harap turun dan berdiri di tengah lapangan ". Himbau Riddle.

" Semoga beruntung ". Viktor berucap pada Austin saat ia lewat di depannya, Austin yang mendengarnya melirik sebentar dan mengangguk singkat.

" Baiklah jadi duel apa yang kau putuskan Mr. Bentley karena kau yang menerima tantangan disini ". Tanya Riddle ketika mereka telah berdiri berhadapan di tengah lapangan itu.

" Pedang ". Ucapnya singkat sambil tersenyum sinis pada Weasley didepannya.

" Maaf bisa kau perjelas Mr Bentley? ". Ucap Riddle.

" Duel Pedang , tanpa sihir hanya pedang, dan hanya akan berakhir bila pedang salah satu dari kami terlepas dari tangan kami ". Jelasnya.

Bukan tanpa sebab Austin memilih duel pedang, ia masih ingat bagaimana Ignatius membantainya dengan duel ini ketika awal sekolah ,jadi akan ia tunjukkan apa yang ia pelajari semenjak kekalahannya terakhir kali, kepada Ignatius yang saat ini melihatnya dari bangku penonton bahwa ia memang pantas untuk berdiri di samping Ignatius.

Ia akui ia sangat bodoh dan sombong saat itu dengan ceroboh menantang putra Caldwell, dan dikalahkan dengan telak bahkan Ignatius tidak terlihat kepayahan dalam menghadapinya saat itu walaupun umur mereka baru 11 tahun dulu.

Ia yang babak belur saat duel itu hanya bisa terduduk dengan gemetaran ketika pedang Ignatius hampir memotong lehernya. Bahkan Ignatius hanya menderita luka kecil di pipinya, ia yang dulu merasa penuh kemenangan karena bisa duluan melukai lawannya harus dikejutkan karena Ignatius nyatanya menjadikan luka kecil yang di terimanya sebagai alasannya untuk menyerang Austin waktu itu.

" Apa maksudmu? Ini duel penyihir tentu saja kita harus menggunakan sihir ". Suara protes Weasley menariknya dari lamunannya.

" Nyatanya Mr Weasley ini adalah duel bebas yang dilakukan antara dua penyihir bukan duel penyihir ". Jelas Riddle.

' ck akan lebih mudah jika Weasley ini menyerah dengan itu aku tak perlu menyia-nyiakan tenagaku melawannya '. Pikir Austin, ia melirik ke tribun ke arah pasti Ignatius berada.

Harry Potter And Ignatius CaldwellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang