chimut07 || Forever Futago

170 18 0
                                    

Servant of Evil ~ Gero
• • • • • • • • • • • • • • • • • •

Kimi wa oujou boku wa meshitsukai
Unmei wakatsu awarena futago
Kimi o mamoru sono saki naraba
Boku wa aku ni datte natte yaru

Aku hanya bisa menatapnya dengan kagum. Saudara kembarku terlihat begitu cantik dan beribawa dalam mempertahankan posisinya sebagai pemimpin di kerajaan ini. Walau aku tau, dia bisa dibilang gagal memimpin kerajaan karena kesemena-menaannya akibat faktor umurnya yang masih kelewat muda yang bahkan belum kepala dua, dia tetap begitu hebat dimataku.

"Sein... kenapa kau menatapku seperti itu?"

Kontan lamunanku buyar. Aku menggeleng kepada saudara kembarku yang sekarang adalah majikanku itu. Saat ini kami sedang berdiri di beranda, menatap pemandangan kota disiang hari sembari menyantap snack.

"Gak ada kok Nona Yue. Hehehe..." kataku menyodorkan penganan kecil buatnya.

"Lagi-lagi kau memanggilku Nona. Aku kan kembaranmu Sein. Panggil Yue saja" katanya dengan pipi merah dan mulut mengerucut. Lucu sekali.

Aku hanya bisa tersenyum.

"Aku hanya pelayanmu sekarang Nona Yue. Walau kita kembar, kutukan anak kembar itu tak mengizinkan kita untuk berdiri di posisi yang sama" kataku menatap adik perempuanku dalam. "Tapi apapun yang terjadi, aku akan terus mengikuti dan melindungimu. Selamanya, sampai mati" tambahku memegang kedua tangannya dan mengangkatnya sejajar dengan dadaku.

"Karena kau adalah setengah dari hidupku"

************

Dakedo oujo ga ano ko no koto
Keshite hoshii to negau nara
Boku wa sore ni kotaeyou
Doushite, namida ga tomara nai.

Anak kembar berbeda jenis kelamin akan membawa kutukan besar bagi kerajaan.

Aku sama sekali tak mengerti bagian mananya takdir kami jadi kutukan bagi kerajaan. Sampai suatu hari sebuah surat perintah datang kepadaku melalui salah satu menteri kerajaan.

Surat perintah membunuh lagi. Aku memang sering dapat surat perintah seperti itu dari kembaranku. Terutama membunuh petinggi yang menentangnya. Memang, semua pekerjaan kotor yang terjadi di kerajaan semuanya aku yang melakukannya. Tapi untuk kali ini entah kenapa aku begitu berat hati melakukannya.

Karena kalau aku menjalankan perintah ini, berarti aku akan membunuh gadis itu. gadis yang akhir-akhir ini menjadi cinta pertamaku.

"Sein... tumben kemari malam-malam. Ada apa?" gadis berambut hijau itu menatapku heran. Kami biasanya bertemu di taman dekat perbatasan kerajaan. Tapi kali ini aku didepan rumahnya.

"Sebelumnya aku minta maaf, Lica" kataku menggigit bibirku. Berusaha menahan perasaanku sendiri.

"Minta maaf? Kena.." kata-katanya terpotong, karena aku telah menikam dadanya dengan pisau. Sekejap Lica terjatuh dalam dekapanku.

"Maaf Lica... maaf. Tapi ini demi adikku" kataku tanpa bisa menghentikan tangisanku lagi. Butiran air mataku jatuh ke pipi Lica yang sama sekali tak kuduga malah tersenyum begitu manis kepadaku ditengah kesakitannya. Dengan tangannya yang berlumuran darah, dia malah mengusap pipiku.

"Gak papa...Sein. Jangan... menangis" itu kata terakhirnya sebelum tangannya jatuh dan tubuhnya mulai mendingin. Aku menangis sejadi-jadinya. Merasa bersalah karena membunuh orang yang menjadi satu-satunya yang bisa memahamiku selain adikku. Membunuh satu-satunya orang yang menerima keberadaanku apa adanya.

Aku pun segera meninggalkan kediamannya dan melanjutkan pekerjaanku dengan air mata yang masih saja tak bisa berhenti. Aku harus membakar desanya untuk menghilangkan bukti. Tapi justru pekerjaan ini yang memicu badai besar pada kerajaan dan mewujudkan ramalan itu. Ramalan runtuhnya kerajaan ditangan anak kembar.

*************

Mou sugu kono kuni wa owaru daro
Ikareru kokumin taichi no te de
Kore ga mukui dato iuno naraba
Boku wa aete sore ni sakarao

"Akhirnya terjadi juga..."gumamku menatap ke kerumunan masyarakat yang mencoba menerobos istana. Akhirnya kudeta yang selama ini ditakutkan adikku benar-benar terjadi. Akhirnya ramalan menyakitkan itu mencoba berubah wujud menjadi kenyataan.

"Bunuh sang ratu... hukum mati sang ratu..." Aku bisa mendengar teriakan rakyat yang ingin menggulingkan posisi adikku. Memang dimata mereka adikku sudah seharusnya dihukum mati. Tapi sesungguhnya akulah yang pantas mengalami hal itu. karena selama ini akulah yang menjalankan perintah kotor itu. dengan berlumuran darah dan bau kematian.

"Bagaimana ini Sein? Aku takut..."

Melihat Yue yang mulai ketakutan, aku tak bisa untuk tetap memikirkan posisi pelayan dan majikan diantara kami berdua. Tanpa pikir panjang, aku memeluknya erat.

"Tenang saja Yue. Serahkan padaku" kataku melepas pelukannya. Kemudian aku mengambil baju adikku dan mengenakannya.

"Sein..." Yue hanya bisa menatapku dengan wajah panik. Sepertinya ia paham maksudku.

Aku tersenyum. Kemudian mengangkat Yue yang kemudian berteriak panik. Aku pun dengan setengah berlari menuju menara jam, kemudian menyuruh Yue untuk bersembunyi di sana.

Tatoe sekai no subete ga
Kimi no teki ni narou tomo
Boku ga kimi o mamoru kara
Kimi wa dokoka de waratte ite

"Biar aku yang menggantikan posisimu. Tenang saja, takkan ketahuan kok" kataku berusaha tersenyum.

"Tapi Sein..." kata-katanya kontan terpotong karena aku lagi-lagi memeluknya dengan sangat erat. Jujur, aku tak ingin berpisah dengannya lagi. Tapi sepertinya takdir memang menginginkan kami berpisah dengan cara tragis lagi.

"Tak apa Yue" kataku melepaskan pelukanku."Kalaupun aku harus mati, aku berharap di kehidupan selanjutnya aku bisa tetap bersamamu lagi"

"Tidak Sein. Jangan bercanda... " katanya. Tapi aku segera menutup ruang persembunyian di dalam menara jam. Kemudian meninggalkannya.

Baru beberapa langkah aku meninggalkan menara jam, tiba-tiba saja aku memuntahkan darah. Kulihat sebilah pedang menembus jantungku. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhku. Baju bangsawan yang kupakai jadi penuh darah. Mataku mulai berkunang-kunang takkala melihat siapa yang mencoba membunuhku.

Salah seorang jenderal kepercayaan Yue sepertinya ikut berpartisipasi dalam kudeta ini. Ah... tak hanya dia. Aku bisa melihat seluruh rakyat tengah mengelilingi kami dan bersorak-sorak untuk menghukum mati sang ratu.

Aku hanya bisa tersenyum pernuh arti. Bersamaan dengan pandanganku yang mulai menggelap dan aku tak bisa merasakan tubuhku lagi.

************

Sein... Sein....

Eh? Apa aku masih hidup? Kenapa aku masih bisa mendengar suara adikku?

"Senri."

Kontan aku terbangun. Mendapati seorang gadis berkuncir dua yang berwajah sama denganku tengah asik meminum sekantong cairan merah darah tengah menatapku dengan sorot mata jahil.

"Bangun juga akhirnya. Yuk kita sekolah" katanya kemudian meletakkan kantong bekas darah itu diatas meja dan memangkul tasnya. "Chika dan Heiji sudah nunggu." Tambahnya.

Aku terdiam. Berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Kemudian aku tersenyum amat lebar kepada adikku. Sedetik kemudian senyum pun berubah menjadi tawa lebar. Aku mengacak-acak rambutnya .

"Lho? Kau baik-baik saja Senri?" Tanyanya heran.

Aku menggeleng. "Gak kok Yura. Yuk kita pergi" kataku kemudian juga memangkul tasku. Bersiap menjalani kehidupan baruku. Kehidupan baru dengan bahagia bersama saudara kembarku.
• • • • • • • • •
THE END

[2] Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang