chellemmanuella || Sekali Ini Saja

286 18 0
                                    

Sekali Ini Saja ~ Glenn Fredly
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Bersamamu
Kulewati
Lebih dari seribu malam

Bersamamu
Yang kumau
Namun kenyataannya tak sejalan

Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
Ijinkan aku untuk mencintanya
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biar cinta hidup s'kali ini saja

***

Ve memeluk bantal gulingnya di dalam balutan selimut. Erat, penuh emosi, ia tumpahkan segala perih dan air matanya ke dalam pelukannya pada bantal itu.

Ini pasti mimpi buruk, batin Ve. Ini mimpi buruk! Ini mimpi buruk! Ini mimpi buruk! Tuhan, bangunkanlah aku dari mimpi-mimpi burukku ini!

Tetes demi tetes air mata Ve membentuk lingkaran-lingkaran yang abstrak, membekas pada sarung bantal dan seprainya. Seperti hatinya yang kini berantakan, begitulah bentuknya.

Ia ingin tertidur. Menutup mata dan terlelap. Tolong, Tuhan... beri aku waktu satu kali lagi!

Ve mencoba untuk bangun. Bangun, Ve! Bangun! Ia terus memanggil dirinya, namun gagal. Ini bukan mimpi.

Ve tak kuat menerima semua tekanan batin dan kepedihan hati yang ia rasakan.

Ini bukan realita!

Ve meledak. Tangisannya berubah menjadi jeritan histeris tak terperi. Ia berteriak dalam dekapan bantal dan mengerutkan dahinya sekeras mungkin. TUHAN! SEKALI LAGI, BERI AKU WAKTU!! AKU MOHON! kira-kira begitulah terjemahan dari jeritannya kini.

Perlahan, tangisan Ve berubah jadi isakan dengan ritme berantakan. Bahunya berguncang tak karuan dan napasnya memburu. Ve tak tahu harus berbuat apa lagi. Kini ia terancam kehilangan pria yang ia cintai selama 3 tahun: Ray.

Sesal tak dapat lagi diperbaiki atau dihapus. Waktu tak dapat diulang kembali seperti semula.

Ia telah menyia-nyiakan segalanya. Ve membuang hal terindah yang bisa Ray berikan padanya. Membuangnya mentah-mentah. Pria tertulus yang pernah mencintainya.

Tuhan, seandainya ada satu kesempatan lagi untuk mencintainya..., Ve kembali berdoa untuk kesekian kalinya..

Ray adalah pria tertulus yang pernah hadir dalam kehidupan Ve. Pria yang sejak pertama bertemu dengannya waktu OSPEK dan selalu menjadi orang yang paling mencintai Ve.

Ray, yang begitu taat pada agama dan menolak pacaran, namun selalu menunjukkan ketulusan hatinya pada Ve lewat perhatian dan apapun yang bisa ia berikan.

Hati Ve seperti diremas. Dia, dia pria yang tulus... apa yang sudah kulakukan?

Ray bukanlah pria perlente yang bisa melenggang santai sambil memutar kunci BMW di jarinya dan menjadi pria pajangan yang selalu bisa dibanggakan seorang wanita. Ray hanya pria dengan tinggi 170 yang nampak lemah dan hidup sederhana. Ia hanya pria taat beribadah dengan prestasi dan masa depan cerah.

Pada malam hari ia rela membelikan Ve bubur saat Ve begadang mengetik makalah di indekosnya. Siang hari, ia rela memfotokopi tugas Ve berlembar-lembar saat Ve lupa memfotokipinya. Pagi hari, ia setia menjemput Ve ke kampus.

Tak ada yang lebih sempurna dari ketulusan hati Ray. Semua pasti berpikir begitu.

Tapi Ve, tidak.

Sekelabat ingatan itu kembali meremas otak Ve. Ngilu, rasa bersalah dan kepedihan saling menyerbu batin Ve. Pembunuh, begitulah bunyi bisikan mereka.

Aku pembunuh, Ve mengamini tuduhan itu.

Ve, yang lebih memilih Devon. Ve, yang lebih memilih pria kaya yang hidupnya tak jelas (satu-satunya yang jelas hanyalah ia pewaris perusahaan besar milik keluarganya, tanpa dirinya diperlengkapi kemampuan untuk memegang tanggung jawab besar itu).

[2] Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang