SinfullPrince || Tanpa Judul

301 26 12
                                    

Clint Eastwood ~ Gorillaz
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan, rasanya aku bisa kehilangan kesadaranku kapan saja. Aku menghirup nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan keras. Kubentangkan tanganku di gang kecil ini. Sangat kecil, tanganku agak tertekuk. Kubiarkan tangan itu menyapu dinding keras yang tidak rata ini.

Kebahagiaan, kepuasan. Segalanya ada di ranselku ini. Aku ada di sebuah misi yang sepertinya tidak akan tercapai. Tapi biarlah, masih akan ada masa depan untukku.

Kau tau? Aku tidak senang, namun aku merasa lega. Kini kepalaku kubenturkan ke dinding gang. Aku berusaha untuk tersenyum, namun rasanya terlalu berat. Sisi lain diriku tengah berapi-api, membuat hatiku tidak nyaman. Ah, kubeberkan saja.

Aku langsung berlari, tidak melihat ke belakang. Bayangan-bayangan aneh tiba-tiba mengelilingiku. Rasanya ada yang salah, tapi apa?

Sisi gelap dunia akhir-akhir ini sering menghantuiku. Bukan hanya dari dunia maya, namun ternyata mereka satu atap denganku. Menyedihkan, menyedihkan.

Aku menutup mataku, lalu membukanya. Tanpa sadar aku sudah ada di depan pintu rumah. Aku mengernyitkan dahiku, ini sangat aneh. Rasanya ada sesuatu yang mengontrolku. Aku menggelengkan kepalaku lagi.

Langkahku berat. Rasanya otakku memberatkan tubuhku. Dengan paksa kupercepat langkahku, kututup kedua mataku. Kubanting pintu kamar, tidak terlalu peduli dengan akibatnya. Langsung kulempar ranselku ke atas kasur. Aku lalu duduk di sebelahnya, tersenyum kecil.

Haha, aku tidak senang... namun aku merasa lega.

Putung rokok berserakan di lantai. Ruangan kecil ini pengap, dan berantakan. Kertas-kertas bertuliskan prosa dibiarkan begitu saja di atas meja belajar. Lampu kamar agak redup, biarlah. Gorden jendela tertutup, seperti biasa. Suara ranjang yang bergerak-bergerak terdengar dari ruang sebelah. Aku mengacak-acak rambutku yang berminyak. Rasanya yang ada di dalam kepala ini adalah bola boling.

Kubiarkan kepalaku bertemu dengan bantal. Rasanya ada roket yang meluncur dari kepalaku.

Tidak, aku tidak bisa diam. Aku tau aku ini tidak berguna, tapi tidak akan lama. Maksudku, ayolah! Masa depan sedang datang.

Aku duduk di kursi meja belajarku. Tanganku bergetar tak karuan. Kuperhatikan kertas-kertas yang bertumpuk di hadapanku. Huruf-huruf membentuk kata, kata-kata membentuk kalimat, kalimat-kalimat membentuk sebuah makna. Aku menggigit bagian bawah bibirku.

Adikku tengah membunuh masa depan para perempuan di ruang sebelah. Sesaat aku baru sadar ada kemungkinan pacarku ada di sana juga. Tu-tunggu, apa!?

Ah....

Aku mengambil ranselku, mengeluarkan seluruh kertas putih yang penuh dengan tulisan. Kutempel kertas-kertas itu ke dinding dengan selotip, memperlihatkan tinta hitam yang kugoreskan dengan sengaja. Isinya indah. Pelangi, awan-awan, bunga, senyuman, udara segar, gairah, kebahagiaan, musik, segalanya! Tidak seperti yang ada di sekelilingku.

.... Brak!

Kupukul dinding dengan sangat kuat. Nafasku tersenggal-senggal, apa yang merasuki diriku? Aku menatap ke arah apa yang kupukul.

Kertas, hanya kertas yang berisi dengan harapanku.
• • • • • • • •
THE END

[2] Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang