Chapter 40

4.4K 269 25
                                    

"Atur semuanya! Lakukan serapih mungkin.Pastikan tidak akan ada yang mengetahui!"

"Baik tuan"

Seorang pria dewasa menelpon seseorang dengan memandangi pemandangan diatas gedung perusahaannya.

Tutt

Memasukan kedua tangannya di kedua saku celana. Matanya menghunus dingin kedepan sana.

"Ini hanya pelajaran kecil untukmu", desis pria itu tajam.

•••

"Gavin"

Tubuh Andin sedikit bergetar kala melihat senyuman Gavin yang terlihat menyeramkan.

"Ada apa?", Tanya Andin dengan takut .

Gavin masih mempertahankan senyumnya,dengan perlahan langkahnya mendekat ke arah Andin. Tangan besar beruratnya menyentuh rahang Andin membuat sang empu merinding.

"Gua cuma mau main sama Lo", Gavin berbisik dan meniup telinga Andin dengan erotis.

Ketakutan dalam diri Andin musnah tergantikan dengan senyuman manis. Andin mengira pasti Gavin sudah mulai membuka hati terhadapnya.

Dengan senang hati Andin mengalungkan kedua tangannya ke leher Gavin.

"Lo udah mulai suka kan sama gue?", ucap Andin dengan percaya diri.

Gavin mendekatkan wajahnya lalu berbisik, "Ya Lo tau itu.Gue mulai tertarik sama kecantikan Lo"

Tanpa curiga sedikitpun Andin dengan mudah percaya dengan perkataan Gavin dan mempersilahkan Gavin untuk masuk kedalam apartemennya.

Andin berdehem gugup kala Gavin semakin mengikis jarak diantara keduanya. Mata Andin melebar kala merasakan sesuatu yang basah ditelinga nya. Gavin menjilat telinga nya membuat Andin menegang dengan jantung yang berdegup kencang.

"Ga-vin"

"Gua mau Lo. Boleh hm?",dengan suara deep nya Gavin berucap dengan erotis .

Dengan sedikit ragu Andin mengangguk. Tidak mungkin Andin melewatkan kesempatan emas.

Gavin tersenyum miring. Tangannya menarik pinggang Andin membuat sang empu semakin berdebar.

"Kita Mulai dari mana?", Bisiknya.

"E-h terserah Lo"

"Baiklah gue mau pemanasan dulu"

Andin mengangguk dengan senyum yang mengembang. Ternyata usaha nya tidak sia-sia.

Matanya mulai terpejam kala Gavin mendekatkan wajah mereka. Andin sudah bersiap menerima ciuman.

"Let's start the game haha", desis Gavin dengan tawa yang menguar pelan.

Andin melebarkan kedua matanya kala bukan ciuman yang ia dapatnya melainkan sebuah rasa sakit pada perutnya. Rasanya sungguh luar biasa. Perutnya seperti tertusuk sesuatu. Dengan perlahan Andin melirik kebawah dan mematung melihat sebuah pisau tertancam diperutnya.

Andin menatap Gavin yang berdiri didepannya dengan senyum miring. Tangannya memegang perutnya yang sudah bersimbah darah.

"Uhuk Ga-vin lo_" , Andin berusaha mati Matian menahan sakit diperutnya. Hatinya seperti diremas kala ia merasa dibodohi.

"Teg-a uhuk"

Gavin mengelus rambut Andin yang sedang mengerang dengan senyuman yang menyeramkan.

"Ini baru mulai sayang. Setelah ini Lo bakal ngerasain yang lebih menyenangkan"

"So!jangan mati dulu!!",Gavin menarik rambut panjang Andin membuat sang empu berteriak kesakitan.

"AKHH SAKIT"

"Mari kita bermain sayang".

•••

"Daddy?"

Adipati membalikan badannya dan mendapati sang putri berdiri diambang pintu dengan piama yang membungkus badan mungil Ila.

"Ngapain berdiri disitu? Sini sayang", ucap Adipati dengan kekehan kecil.

"No no no! Ila cuman mau tanya bang Anggra",

"Ila mau ajak Abang main PS",

Akhir akhir ini ila sedang gemar bermain PS bersama para abangnya. Setiap hari pasti ada waktu ia bermain PS . Entah itu bersama Geo, Jason maupun Anggra.

Adipati tersenyum tipis, mendekati putrinya dan memeluk singkat tubuh mungil itu.

"Abang lagi bantuin Daddy kerja", jari besar Adipati mengusap pinggir bibir ila yang terdapat noda coklat.

"Ila makan coklat hm?"

Ila mengangguk Pelan dengan jari menaut lucu. "Mulut ila Asem jadi ila butuh yang manis manis"

Adipati sontak tertawa mendengar celetukan putrinya. "Besok gak ada makan coklat lagi. Oke?"

Ila cemberut "Daddy ila mau main PS. Kenapa Daddy suruh Abang kerja", rengeknya.

"Daddy gak suruh kerja. Daddy hanya meminta bantuan sayang. Nanti lusa Abang mu pulang"

"Lama! Terus siapa yang mau temenin ila main PS?!", Ila menggerutu.

Adipati tersenyum, putrinya merajuk dan tugas ia sekarang adalah membujuk sang tuan putri agar mood nya kembali baik.

Adipati membawa putrinya untuk duduk di sofa . "Abang yang lain kemana?"

"Kerjaa!!", Ila berucap dengan pekikan karena terlanjur kesal tidak ada yang bisa diajak bermain.

"Sutt... Tidak boleh meninggikan suara pada orang yang lebih tua",  nasehat Adipati dengan lembut namun tegas.

"Huh..emang Daddy orang?!"

Bukannya marah Adipati malah merasa geli dan gemas melihat mata ila yang bulat mendelik kearahnya.

"Jika Daddy bukan orang terus kamu ini siapa hm?", Adipati mencolek hidung bengir putrinya yang kembang kempis .

"Ila kan bidadari",

Sekali lagi Adipati tertawa mendengar kepercayaan diri anaknya. Humornya menjadi receh ketika bersama putrinya ini.

"Baiklah...Baiklah jadi bidadari ini sekarang ingin apa?"

"Main PS"

"Permintaan diterima. Daddy akan menemani sang bidadari cantik bermain PS "

Senyum ila mengembang. " Yes! Ayo Daddy"

Ila menarik tangan sang Daddy dengan penuh semangat.

TBC


Tidak terasa cerita ini sudah mencapai 40 chapter

Komen disini dong siapa Karakter Favorit kalian??

Kalian lebih suka momen ila bersama siapa?

Jangan lupa vote ya temen temen thank you..

See the next chapter:)

SYAQUILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang