2

1.4K 175 16
                                    

Sunghoon baru ingat, kalau dia lupa menanyakan nama si manis.

Ah harusnya dia meneriakkan namanya agar si manis tak lupa padanya.

"Hoon Tante Mina tadi nelpon, lo disuruh pulang ke rumah nanti malam"

Jay hadir dengan 2 cangkir kopi di tangannya. Memberikan 1 cangkir untuk boss nya kemudian meminum cangkir yang lain.

"Hahh, palingan ngomongin calon-calon istri ghoib"

Bukan tanpa sebab sunghoon bilang ghoib. Karna mamanya selalu mencarikan calon istri yang tidak pernah bisa hadir secara tatap muka jika diminta untuk bertemu.

"Itu kan karna tante mina perfect bngt nyariin calon istri buat lo, palingan udah ketolak duluan sebelum lo liat"

Pikiran sunghoon kini berlari ke arah si manis, apa mamanya mau ya kalau dia bawa pulang si manis untuk dijadikan calon pendamping hidup nya?

Tunggu dulu, selain mata indah dan senyum manis apa lagi ya yang sunghoon tau tentang nya?

Sunghoon tiba-tiba bangun dari sofa dan jalan ke arah kursi kerjanya. Mengambil selembar kertas dan menulis sesuatu.

Daftar yang gw tau tentang si manis
1. Matanya indah berkilau
2. Kulit putih bersih
3. Senyum nya cantik
4. Suaranya halus
5. Punya adik

Cuma ini yang dia tau, bahkan namanya aja dia g tau. Minuman atau makanan favorit nya apalagi.

Ok sudah sunghoom putuskan. Sebelum membawa manis nya ke mama, dia harus cari tau dulu semua hal tentang si manis.

Sunghoon melihat ke arah pergelangan tangannya, masih jam 10 pagi.

"Ah masih lama!"

"Apanya?" Jawab jay

Setau jay, hari ini lebih banyak free nya, tidak se sibuk kemarin yang meeting nya pindah-pindah tempat.

"Sorenya, lama bngt sih sore, perasaan kemarin cepet"

"kalo lo tungguin ya lama lah jadinya, mending lo baca ulang tuh berkas-berkas kali aja ada yang salah atau belum lo tanda tangan"ucap jay sambil berdiri membereskan cangkir kopi yang ia dan sunghoon gunakan, lalu pergi keluar ruangan.

Ketika pintu tertutup, sunghoon tak bisa untuk tidak frustasi. Dia rindu, rindu bagaimana senja mengecup kulit si manis, rindu bagaimana senyum manis itu terpatri ketika senja menyapanya.

"Tunggu gw, hari ini gw pasti tau nama lo"

.
.
.
.
.
.
.
.

"Inget ya! Kakak jangan keluyuran! Capek aku cariin terus. Kalau kaka ilang lagi gimana?"

"Iya yuun, aku diem kok. Lagian kan aku keluarnya cuma sampe danau itu doang"

"Tetep aja! Males aku jemput kakak, yaudah aku pergi dulu. Kakak jaga rumah"

Setelah itu yuna terlihat menaiki motor teman kampusnya.

"Yun, kakak lo manis bngt ya, tapi sayang matanya buta"

"Congor lo!"

"Hehe sorry, tp sia sia aja gitu cantiknya kalau cacat"

.
.
.
.
.
.
.
.

"Jay gw pergi dulu ya!"

Sunghoon melihat jam di pergelangan tangannya. Jam setengah 6 sore, duh dia telat setengah jam.

Sambil merapikan dasi dan rambut, tak lupa menyemprotkan parfum mahal pilihan mama nya. Sunghoon berjalan tergesa gesa keluar ruangannya menuju lift.

Di lift, sunghoon kembali berkaca tak membiarkan sedikitpun celah agar bisa tampil sempurna di depan si manis.

Dasi rapi, rambut rapi, badan wangi, muka fresh walau udah sore. Ok sunghoon siap ketemu pujaan hati.

Kertas "pengetahuan tentang si manis" yang tadi pagi sempat ia tulis pun masih ia pegang, lengkap dengan pulpen.

Rencananya hari ini, sunghoon harus tau namanya. Kalau bisa makanan dan minuman favorit nya juga.

Mata sunghoon tak henti mencari dimana Manis nya berada. Namun nihil, hanya ada beberapa pasangan dan keluarga kecil di sekitar taman dan danau.

"Apa mungkin belum datang ya?"

Dengan perasaan yang aneh, sunghoon berjalan pelan menuju bangku taman yang selalu ia duduki.

Harusnya si manis sedang duduk sambil menatap langit dan bergumam menyanyikan lagu yang sunghoon tidak tau itu lagu apa. Namun sunghoon akan tetap mendengar gumaman si manis sampai selesai.

Harusnya hari ini seperti biasanya.
Akan ada si manis yang menunggu nya di ujung bangku taman.

Harusnya hari ini juga seperti hari kemarin, akan ada si manis yang tersenyum ketika senja mengakhiri hari.

Lama terlarut dalam pikiran, sampai sunghoon tak sadar malam telah datang.

Untuk pertama kalinya, sunghoon merasakan perasaan hampa dalam hidupnya.

Sebesar itukah pengaruh si manis padanya?

Sebesar itukah pengaruh si manis pada hatinya?

Sunghoon menunduk sambil meremat kertas yang sedari tadi ia genggam.

Kini sepatunya lebih menarik dari pada gemerlap bintang, bahkan senja tadi tak ia  nikmati.

Drtt Drrtt

"Halo mah?"

"Sunghoon kamu dimana nak? Jadi ke rumah kan?"

Sunghoon menghela nafas, terlihat sekali bahwa suasana hatinya sedang tidak baik.

"Aku ga bisa mah, g enak badan"

"Loh? Mau di anter aja pake supir?"

"Ga, maaf mah g bisa. Lain kali aja"

"Yaudah kamu jangan lupa minum obat, kapan - kapan mama ke sana nengokin kamu"

"Hm"

"Oke mama tutup, love you boy"

"Love you too mom"

Rasanya sunghoon tak ingin bertemu siapapun sekarang, berbohong pada sang mama adalah opsi terbaiknya untuk saat ini.

Malam ini Sunghoon hanya ingin menikmati galau di apartemennya sendirian.









End

sparks [SungSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang