Happy Reading...
***
Rafa berlari tergesa gesa di koridor HSC, setelah mendapatkan telepon dari Zolin, Rafa langsung kejer ke HSC dan untungnya posisi Rafa tadi ada dikantor cabang perusahaan ayahnya yang jaraknya nggak terlalu jauh dari HSC.
Rafa memasuki kawasan kantin, matanya menyapu semua ruangan dan berhenti disatu titik, titik dimana semua orang mengerumuninya, Rafa berlari ke titik itu dan ia tahu bahwa Nia ada disana, kaki Rafa lagi lagi terasah lemas melihat adek kesayangannya sudah tergeletak tidak berdaya dipelukan Rindi.
"KANIAAAA!!!" teriakan Rafa membuat semua perhatian yang tadinya fokus ke Nia beralih menatap Rafa, tidak menghiraukan tatapan itu Rafa langsung membridal style tubuh Nia dan membawanya keparkiran sekolah untuk melarikan nya ke rumah sakit terdekat.
Begitupun dengan para sahabatnya juga ikut berlari menyusul Rafa, sebelum benar benar pergi Rindi sempat meneriaki Alba tepat didepan wajahnya.
"APA SEKARANG LO UDAH PUAS HAH, UDAH PUAS BIKIN NIA MENDERITA, DAN OHH YAHH SELAMET LO UDAH BERHASIL MENGGORES LUKA LAMA DIHATI NIA, DAN SATU LAGI GUE HARAP LO NGGAK BAKAL NYESEL DENGAN APA YANG UDAH LO LAKUIN TERHADAP NIA, BANCI." teriak Rindi menggebu gebu karena Nia sudah menceritakan siapa pria yang di maksud Alba pada tempo hari, sedangkan Alba hanya mengedik bahu acuh, ntah seberapa buatnya perasaan Alba sekarang sehingga tidak memiliki rasa kasian secuil pun.
"DAN SATU LAGI, KETIKA LO UDAH TAU KEBENARANNYA, GUE HARAP LO NGGAK AKAN NGEMIS NGEMIS CINTANYA NIA NANTI, KARENA APA?? GUE YANG AKAN JADI ORANG PERTAMA YANG AKAN MEMBUAT JARAK ANTARA LO DAN NIA SUATU SAAT NANTI, CAMKAN ITU!!" setelah mengucapkan kata kata itu Rindi berlari tergesa gesa mengikuti Rafa.
"Hahahahaha ini yang gue tunggu tunggu, cuma hanya satu video gue bisa menghancurkan segalanya, good Jilat Nugraha hahaha."
"Udah kak nggak usah didengerin, paling mereka cuma acting belaka." tutur Jilah, ntah kenapa rasa aneh kini menjalar ditubuh Alba, rasa yang seharusnya tidak bia lakukan pada gadis itu, namun apalah daya kecemburuan itu membuat Alba lebih sepihak pada Jilah dibanding gadisnya sendiri, apalagi tadi ia melihat bertapa khawatirnya pria itu terhadap gadisnya.
***
"Suster tolong adek saya sus, berikan dia penanganan yang terbaik." lirih Rafa ketika melihat adek nya didorong menuju ruangan laknat itu.
"Baik tuan, kami akan memberikannya penanganan yang terbaik." ruangan ICU ditutup rapat oleh suster, sedangkan Rafa sudah merosot ke lantai merenungi nasib adeknya.
"Ya tuhan kenapa selalu dia, dia adek ku panutan keluarga kami, apakah penderitanya dulu belum cukup tuhan."
Tetesan air mata Rafa turun begitu derasnya, Rafa menunduk dan memeluk erat kedua kakinya, hancur sudah pertahanannya.
"BANG RAFA, NIA GIMANA BANG?!!" teriak Zokin yang sudah memeluk erat tubuh Rafa begitupun dengan Rindi yang ikut memeluk tubuh Rafa, sedangkan dia pria itu menatap cengok Rindi dan Zolin.
"Kok mereka akrab??" batin mereka.
"Salah sweetheart apa hiks... Kenapa tuhan selalu membuatnya hiks... Menderita seperti ini." tangis pula Rafa membuat Zolin dan Rindi semakin kejer dengan tangisnya.
"Seharusnya bang Rafa, nggak biarin Nia sekolah tadi, abang seperti ala aku ini." ujarnya seraya memukul keras kepalanya.
"HAH ABANG?!!" koor Nafit dan Subuh, Rindi hanya mengangguk lemah.
"JADIIII." teriak mereka lagi.
"Iya Alba salah paham, pria yang bersama Nia waktu itu adalah bang Rafa, abang kandungnya Nia, Alba salah paham." jelas Zolin yang masih dengan tangisnya.
Ceklekkk...
Pintu ICU terbuka dan keluarlah seorang suster dan dokter disampingnya.
"Gimana keadaan adek saya dok??" sergah Rafa tidak sabar.
"Adek anda hanya terlalu banyak pikiran, dan demam yang menggerogoti tubuhnya yang membuat nya jatuh tidak sadarkan diri."
"Tapi dia nggak papa kan dok??"
"Pasien gapapa, hanya butuh istirahat ekstra, dan oh yah saya akan memindahkannya keruangan..."
"VVIP dok." potong Rafa cepat.
"Baiklah tuan, saya permisi kalian bisa menjenguknya jika pasien sudah dipindahkan ke ruangannya, ya sudah saya permisi."
"Baik dok, terima kasih."
Dan disinilah mereka diruangan khusus Nia dirawat, ruangan VVIP yang sudah Rafa perintahkan.
"Dek, jangan kaya gini lagi bang Rafa takut dek." yah Nia sudah siuman.
Nia tersenyum tipis a.k.a tersenyum fake seolah olah semuanya baik baik saja, lain dengan hatinya yang masih hancur karenanya.
"Nia gapapa kok bang, jadi bang Rafa nggak usah khawatir yah." Nia tersenyum lagi ke arah Rafa yang sedang menatapnya sendu.
"Bang Rafa sakit kalo ngeliat kamu tersenyum seperti itu dek, senyum yang menahan segala kepedihan yang ada."
"Apa bang Rafa harus memberinya pelajaran sayang??" Nia menggeleng pelan.
"Nggak usah bang, biarin aja semuanya sudah terjadi sesuai rencana gadis itu." yah Nia sudah tahu bahwa Jilah lah akar permasalahan semuanya.
"Abang jelasin semuanya ke Alba yah dek, biar kamu nggak sakit terus." lagi lagi Nia menggeleng lemah.
"Biarin aja bang, biarin aja semuanya mengalir seperti ini dan biarkan Alba sadar sendiri kalo disini aku nggak bersalah sama sekali, percuma bang Rafa mau ngejelasin semuanya, Alba nggak akan percaya dia sudah dibutakan oleh emosinya sendiri." hati mereka semua tereyah mendengar penuturan Nia yang begitu sabar menghadapinya.
"Aku kecewa ay, disaat seperti ini kamu nggak ada disamping aku, mana Alba yang selalu mengkhawatirkan Nia mana Alba yang selalu berada disisi Nia, mana??"
"Mana janji kamu yang akan selalu berjalan disamping aku apapun masalahnya, dan lihatlah sekarang justru kamu berjalan didepan ku bersama wanita lain, sakit ay aku sakit tapi aku berusaha terlihat tegar dihadapan mereka semua, karena apa?? Aku nggak mau membuat mereka juga ikut terluka, biarkan saja aku sendiri yang merasakannya, aku rela sakit menahannya asal kamu nggak di apa apain sama bang Rafa."
Nia tersenyum kecut menerima kenyataan yang ada, kenyataan yang selalu membuatnya benar benar dan terluka.
"Aku cinta kamu ay, walaupun kamu sudah memperlakukan ku seperti ini, tapi hati ini masih untuk kamu, bahkan untuk selamanya."
"Aku tahu kamu nggak akan seperti ini, jika tanpa sebab dan akibat, tapi kesalahan terbesar mu adalah tidak memberikan ku kesempatan untuk memperbaiki segalanya, andai saja kamu membiarkan ku sedikit saja waktu yang kamu miliki itu maka hubungan kita akan baik baik saja." gumam Nia.
"Dan aku minta sama kalian, jangan ada yang memberitahu Alba, aku hanya ingin dia tahu dengan sendirinya bukan dari orang lain."
***
Alooo guysss up lagi nih
Sabar banget sih kamu Nia🥺🥺
Mau next lagi gak nih??
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIA [On Going]
Teen Fiction[Budayakan follow, vote, and coment] - ‼️DILARANG BERSIH KERAS UNTUK PLAGIAT!!! - Penasaran dengan ceritanya? Jom baca di part nya - - "Perjalanan hidup itu seperti membaca buku, kau tak akan tau alurnya dan endingnya jika hanya membaca di awal saj...