Yessica Tamara atau Chika, itulah namaku. Perempuan bersahaja, berambut gelap dan bermata coklat. Aku adalah seorang mahasiswi jurusan sastra Prancis di Universitas Bangsa. Aku hanyalah perempuan biasa, tidak cantik juga tidak pintar. Disaat teman-teman kuliahku memiliki tubuh tinggi langsing bak super model, aku masih bertahan dengan postur tubuhku sangat standar.
Tak ada yang istimewa dariku. Usiaku 21 tahun. Diusia ini sedikitpun aku tak pernah menikmati apa itu pacaran. Aku tak pernah menginginkan itu. Karena akupun juga tak ingin menikah.
Aku takut. Ya... aku takut. Aku takut seperti ibuku. Mati ditangan orang yang dicintainya. Ibuku meninggal akibat sering dianiaya ayah. Kepala ibu dibenturkan ketembok hingga retak ditengkorak kepala dan akhirnya meninggal dunia. Ayahku melakukan itu saat ia dibawah pengaruh iblis bernama alkohol.
Ibuku meninggal saat aku berusia enam tahun. Diusia yang begitu dini aku dipaksa untuk melihat dengan mata kepalaku sendiri aksi brutal ayah hingga ibu meninggal. Diusia yang begitu dini pula aku harus menerima kenyataan untuk hidup sebatang kara tanpa ada keluarga yang menampung.
Akhirnya aku dipungut oleh tetanggaku. Seorang nenek baik yang memiliki seorang cucu yang usianya tiga tahun lebih tua dariku. Nenek Saras dan Kak Aran.
Kujalani hidup ini dengan tegar dan gagah. Aku tak pernah mengetahui dimana ayah sekarang berada. Apakah ia masih hidup sampai sekarang pun, aku tak tahu.
Kalian percaya karma? Aku percaya. Dan itulah yang menyebabkan aku takut. Aku takut karma itu terjadi dan pada akhirnya hidupku akan sama seperti ibu. Sebenarnya aku ingin, sangat ingin memiliki seorang anak. Anak yang lahir dari rahimku sendiri. Namun aku enggan memiliki seorang suami. Aku takut suamiku nanti akan seperti ayah. Hidup dalam penderitaan seperti ibu. Dan pada akhirnya mati.
Tapi bukan berarti aku tidak memiliki orang yang aku sukai. Shani Natio namanya. Ia adalah seorang mahasiswa jurusan kedokteran di Universitas Bangsa. Ia cantik juga tampan, pandai, supel dan kaya. Idaman semua perempuan. Aku sangat menyukai dirinya yang pandai dan cerdas. Aku tak menyukai wajahnya yang tampan atau kekayaannya yang takkan habis. Yang penting adalah cerdas.
Aku menyimpulkan bahwa perasaanku padanya adalah perasaan kagum. Kagum pada keahlian dan kepandaian yang tak kupunya. Aku sangat ingin masuk jurusan kedokteran, namun apa daya nilai tes ku tak cukup untuk masuk jurusan itu.
Shani sendiri sudah memiliki orang yang ia sukai. Seorang gadis rupawan. Gracia Harlan, mahasiswi jurusan hukum. Gracia sangat cantik, pandai dan sexy. Ia juga idaman semua orang. Tak hanya cantik luar, tapi ia juga cantik didalamnya. Aku mengenal Gracia. Karena kami pernah satu SMA. Ia baik, ramah dan sopan.
Tak heran jika Shani menyukainya. Banyak gadis yang gigit jari setelah mengetahui bahwa Shani menyukai Gracia. Tapi mereka akan lebih gigit jari jika mengetahui bahwa aku seorang Yessica Tamara, mahasiswi jelek dan bodoh inilah yang akan menjadi nyonya Natio yang sesungguhnya.
Kalian heran? Kalian tak salah, semua orang juga akan memasang tampang heran ketika melihat undangan pernikahan kami.
Shani tak pernah mencintaiku sehingga ia tidak mungkin menikahiku karena ia menyukai Gracia. Aku pun begitu, walaupun tak bisa kupungkiri bahwa aku menyukainya, tapi aku tak ingin menikah dengannya karena dari awalpun aku memang tak ingin menikah.
Kuelus perutku yang masih rata, tapi aku yakin bahwa beberapa bulan kedepan perut ini akan membuncit. Kalian tahu apa maksudku?
Aku mengelus perutku, aku mengelus anakku. Yah... Anakku. Aku hamil. Aku hamil di luar nikah. Dan Shani lah tersangka dari semua ini. Aku mencintainya. Tapi ia tak mencintaiku. Lalu kenapa ia menghamiliku?
Jawabannya singkat saja. Orang mabuk pasti kehilangan akal kan? Itulah jawabannya. Hari itu aku mengambil kuliah jam malam. Aku memilih kuliah jam malam karena aku berniat membantu Kak Aran menopang kehidupan keluarga dengan bekerja part time disebuah cafe.
Saat sedang melewati salah satu lorong kampus yang sepi karena sudah malam memang, aku mendengar suara teriakan frustasi dari seorang laki-laki. Aku langsung mencari sumber suara dan keputusanku untuk mencari sumber suara itulah yang membawaku sampai seperti ini.
Aku melihat tubuh lunglai seorang yang kukenal. Dia Shani, ditangan kanannya ada sebuah botol yang kukenali itu adalah botol yang berisi minuman keras. Pandangan kami bertemu. Retina Hitam dan coklat. Saat itulah ia datang menghampiriku. Aku terdiam ditempatku semula. Aku ingin pergi dari sini, tapi entah kenapa kakiku sulit untuk digerakan. Kaku, seolah aku disihir oleh tatapan mata itu.
Saat jarak kami tinggal beberapa langkah lagi, aku sadar dan dapat kembali menggerakan kakiku. Segera saja aku mengambil langkah lari. Terlambat, ia telah menarik tanganku. Merengkuhku dengan paksa. Ia mencekokiku dengan minuman keras yang ada ditangannya. Diciumnya bibir ini dengan paksa dan kasar. Hingga pada akhirnya aku tak dapat merasakan apapun lagi, kepalaku melayang terasa gelap. Kesadaranku menipis dan akhirnya jatuh dalam pelukannya. Terakhir kali yang kudengar adalah suaranya yang berkata ' Kenapa kamu nolak aku Gracia?' hanya itu.
Aku tak merasakan apapun. Aku tak merasakan apapun saat itu. Bahkan aku tak merasakan apa-apa saat keperawanan yang kujaga selama ini telah direnggut paksa olehnya.
Aku menangis. Aku menangisi keadaanku. Tubuh telanjang dengan keadaan yang mengenaskan. Sakit, tubuhku terasa sakit semua. Seperti ada jarum kasat mata yang menusuk semua bagian tubuhku.
Aku menatap punggungnya nanar. Ia yang melakukan semua ini. Aku berteriak frustasi. Ia hanya menatapku dengan tatapan jijik.
Tepat dihari ulang tahunku, aku mendapat hadiah dari Tuhan. Aku hamil. Hasil dari pemerkosaan itu. Aku memberitahu semua ini padanya. Kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah kata 'gugurkan'. Aku tersentak kaget. Aku tak mungkin membunuh darah dagingku. Bagaimanapun bayi yang ada didalam kandungan ini adalah anakku, walaupun aku yakin ia tak menginginkannya. Ia melakukan ini karena sedang patah hati.
Ia ditolak cintanya oleh Gracia. Karena Gracia lebih memilih hidup dengan seorang pelukis muda bernama Ryan. Ia depresi dan akhirnya melakukan hal itu diluar kendali. Aku sangat mengutuk dirinya yang telah menjerumuskanku kedalam deritanya sendiri. Atau aku memang ditakdirkan untuk menderita? Aku tak tahu.
Karena seolah peristiwa yang dialami ibuku seolah terulang dalam diriku. Bedanya saat itu ayah menganiyaya ibu hingga tewas, sedangkan aku diperkosa oleh Shani. Kesamaannya mereka berdua, Ayah dan Shani sama-sama dalam pengaruh minuman keras. Aku mungkin beruntung tak berakhir seperti ibu.
Aku menceritakan hal ini pada Kak Aran. Karena aku berfikir percuma menutupi hal ini, karena akupun tak bisa menjalani hal ini sendirian. Karena aku bodoh, maka dari itu aku tak bisa menjalani ini sendirian.
Aran mendatangi Shani di kediaman Natio. Ia memintanya untuk menikahiku. Ini bukan kemauanku, karena aku berniat untuk membesarkan anak ini sendiri. Tapi Kak Aran berkata aku tak akan sanggup menjalani hidup sebagai orang tua tunggal. Kasihan anakku nanti jika terlahir tanpa seorang ayah, dan yang terburuk adalah aku dan anakku takkan sanggup menahan cibiran negatif dari orang lain tentang statusku yang melahirkan tanpa ada surat menikah dan status anakku yang lahir tanpa nama ayah di akta kelahirannya.
Harry Natio, ayah Shani menyanggupi hal itu dengan alasan karena tak kuat menahan malu jika orang-orang tahu anaknya menghamili gadis lain karena mabuk.
Pernikahan pun digelar. Dan disinilah aku berdiri. Berdiri diatas pelaminan. Berdiri dengan gaun indah berwarna putih yang menutupi tubuh yang sudah kuanggap kotor ini. Kotor karena telah terjamah oleh tangan laki-laki sebelum aku menikah. Sedangkan Shani sendiri berdiri tanpa ekspresi dengan tuxedo hitamnya. Apakah ia tampan? Tidak sama sekali. Tampangnya kusut, dan semakin kusut saja wajahnya ketika melihat Gracia hadir bersama Ryan di pesta ini.
Kami menyalami para tamu undangan yang datang. Para tamu menggumamkan kata selamat berbahagia. Tapi entah kenapa sugesti dalam hatiku mereka seolah berkata selamat menderita. Tak ada binar bahagia dari aku maupun Shani. Karena memang pernikahan ini hanya dilandasi dengan malu dan bukan cinta.
Dan inilah cerita hidupku berasal. Hidup yang selama ini kujalani ternyata akan berakhir seperti ini. Aku akan hidup sebagai seorang istri yang tak pernah diinginkan. Aku juga akan hidup bersama dengan anakku yang selalu dianggap sebagai buah kesalahan oleh Shani.
Tapi aku akan berjuang untuk hidup ini. Aku akan hidup untuk anakku dan bukan untuk suamiku. Karena memang aku tak pernah menginginkannya..
-&-
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Tanpa Nama
FanfictionAku mengelus perutku, aku mengelus anakku. Ya.. anakku. Aku hamil. Aku hamil di luar nikah. Dan Shani lah tersangka dari semua ini. Aku mencintainya. Tapi ia tak mencintaiku. Lalu kenapa ia menghamiliku?