Dendam

10 13 0
                                    

  Udh di Bab 3 aja nih! Masa baca doang? Vote dong xixixi. Thank you all :)

"Bukanlah suatu kesabaran jika masih ada batasannya dan bukanlah keikhlasan jika di dalamnya masih ada rasa sakit".

Alice Sandara, 1974.

"Yang Mulia, apa yang harus lakukan di sini? Aku tidak mau diam saja, jadi pelayanmu saja aku mau." ujar Alice kepada Raja Albert.

Raja Albert pun memandang kedua mata indah Alice dengan penuh terkesima. Ia belum pernah bertemu dengan wanita secantik ini di dalam hidupnya.

"Bagaimana bisa auramu secerah ini, Alice? Kau terlalu rendah jika harus jadi pelayanku."

"Lalu ...?"

"Aku akan mengajarimu ilmu pedang serta perlahan akan menurunkan kesaktianku padamu." ucap sang raja.

"Be-benarkah? Yang Mulia, kau mengajakku kemari saja sudah cukup." Alice terharu dengan tawaran raja tampan itu.

"Aku pun tak memilih sembarang orang untuk bisa berlatih dan mendapat ilmu dariku, Alice." jawab Raja Alberr.

Alice pun tersenyum lebar dan lagi-lagi menerima tawaran dari sang raja itu. Keberuntungan yang kini ia dapatkan itu bebitu ia syukuri. Tidak sangka setelah diperbudak oleh penyihir jahat, ia kini akan mendapat ilmu sakti dari seorang raja besar, ia pun tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

"Tapi ingatlah, Alice. Ilmu yang aku berikan padamu itu bukanlah ilmu sembarangan. Kau tidak boleh mempergunakannya untuk kesenangan pribadi apalagi untuk hal yang negatif, mengerti?" ujar Raja Albert.

Alice pun menyanggupi hal itu dan menunjukkan raut wajah yang sumbringah. Rupanya Raja Albert semakin lama semakin terkesima dan jatuh hati pada Alice. Dirinya tak kuasa menahan tatapannya ketika melihat paras Alice bak bidadari yang sengaja diturunkan Tuhan untuknya.
****

Alice pun semakin lama semakin mahir akan ilmu yang telah diturunkan sang raja padanya. Ia juga tak melupakan nasihat dari Raja Albert untuk menggunakan ilmu itu hanya untuk membantu orang lain dan menjaga dirinya sendiri dari mara bahaya.

Saat malam tiba, Alice pun berbicara pada bintang-bintang yang menyinari malamnya.

"Wahai bintang, berikanlah salamku ini kepada ayahku. Beritahu dia jika putri kesayangannya kini telah tumbuh dewasa dan menjadi wanita yang kuat berkat pertolongan dan ilmu dari Raja Andora." ucapnya.

Alice tak henti-henti memanjatkan rasa terima kasihnya kepada sang ayah. Bagaimanapun, ayahnya tetap menjadi pedoman hidupnya selama ini. Namun sesekali ia juga mengingat akan rumah peninggalan ayahnya yang berada di tengah hutan belantara. Ia ingin berkunjung ke sana, namun takut akan kehadiran Valeria yang akan menemukannya kembali.

"Ayah ... aku berjanji akan menjaga rumah kita dari Valeria."

"Valeria ... sampai sekarang aku masih bingung, kenapa ia bisa tahu jika ayahku telah meninggal? Tapi dia penyihir 'kan? Tentu saja tahu segalanya!"

"Tapi ... ah! Sudahlah! Untuk apa memikirkan wanita itu lagi, dia menghancurkan masa mudaku."

Ucapan-ucapan Alice itu tak sengaja terdengar oleh Raja Albert yang sedari tadi tengah memperhatikannya.

"Alice ..."

Raja Albert kemudian menghampiri Alice yang tengah melamun di bawah sinaran bintang-bintang malam.

"Yang Mulia, ada apa?" tanya Alice.

"Apa kau berpikir jika ayahmu itu dibunuh oleh Valeria? Dia itu penyihir, bukan hanya tahu segalanya tapi bisa melakukan segalanya, Alice." ucap sang raja.

Mendengar ucapan Raja Albert itu, Alice kini menyadari akan kejanggalan ucapan Valeria terhadapnya saat itu. Apa mungkin benar, jika Valeria adalah penyebab kematian ayahnya? Jika iya, apa yang membuat Valeria bisa tega merenggut nyawa ayahnya lalu memperbudak Alice selama itu? Apa tujuan sebenarnya? Itu masih menjadi misteri dalam benak Alice hingga kini. Namun, cepat atau lambat Alice pasti akan mengetahui kebenaran itu, ditambah kini ia sudah berada di bawah naungan Raja Albert.
****
"Tunggu saja, Alice. Kau tidak akan bisa lepas dari sihirku, dendamku pada keluargamu belum cukup terselesaikan!"

Valeria menggerutu kesal setelah kehilangan Alice yang selama ini sudah diperbudaknya. Valeria memiliki dendam kepada keluarga Alice sejak lama, terutama dengan sang ayah. Rupanya waktu Valeria masih muda, ayah dari Alice sempat memiliki konflik besar dengan keluarga Valeria. Konflik itu mengarah kepada kompetisi kekuatan sihir pada jaman dulu. Keluarga Valeria adalah pemuja ilmu sihir jahat yang kekuatannya hanya bisa abadi jika ayah dari Valeria itu juga hidup abadi. Pada suatu saat, ayah dari Valeria melakukan meditasi selama 90 hari di sebuah gua besar di kawasa hutan. Meditasi itu dilakukannya untuk mencapai keabadian hidupnya serta kekuatan sihirnya. Namun, tanpa sengaja hal itu diketahui oleh ayah Alice. Ayah Alice dulunya adalah seorang tabib serta pembenci ilmu sihir jahat dari keluarga Valeria. Sihir jahat itu sempat menghancurkan seluruh kawasan Andora termasuk kediaman dari ayah Alice. Hal itu yang membuat ayah Alice juga menyimpan dendam, ia pun memiliki rencana untuk bisa menggagalkan meditasi 90 hari dari ayah Valeria. Jika meditasi itu berhasil, maka kekuatan sihir jahat itu akan abadi dan bisa kembali menghancurkan seluruh kawasan Andora bahkan bisa menguasai Andora. Sang ayah dari Alice itu pun segera datang ke sebuah gua dimana itu menjadi tempat meditasi dari ayah Valeria. Dengan tekad yang bulat ayah Alice pun menggunakan seluruh kekuatannya untuk menggagalkan hal itu. Saat tengah meditasi, ayah dari Valeria terkena serangan tombak sakti milik ayah Alice. Tombak sakti itu pun dengan cepat membuat tubuh siapapun merasakan sakit yang luar biasa hingga merenggut nyawa. Alhasil, meditasi 90 hari itu pun gagal terjadi dan ayah Valeria meninggal di tempat saat itu juga. Mengetahui hal itu, Valeria yang saat itu masih menjadi gadis kecil pun merasa marah dan berniat untuk membalaskan dendamnya terhadap keluarga Valeria, terutama ayahnya. Saat usianya menginjak remaja, ia pun mulai menguasai ilmu sihir gelap yang diturunkan oleh sang ayah. Karena usia ayah dari Alice tidak lagi muda dan kuat, maka dengan mudahnya Valeria untuk membunuh dan membalaskan dendam ayahnya. Tapi tidak berhenti sampai di situ, Valeria pun berniat akan menghancurkan hidup Alice untuk selamanya karena ia adalah darah daging dari seseorang yang telah membunuh ayah kandung dari Valeria.

"Ayah, kali ini aku tidak akan menyerah untukmu. Aku akan menghabisi seluruh keturunan dari manusia yang telah membunuhmu." ujar Valeria.
****

"Alice, kini kau perlahan sudah mulai menguasai ilmu kesaktianku. Aku ingin suatu saat nanti kau ikut turun tangan dalam peperangan istana suatu saat nanti." ujar Raja Albert kepada Alice.

Alice tercengang.

"Pe-perang? Perang apa?"

"Kerajaan Andora adalah kerajaan terbesar sekaligus diperebutkan oleh banyak orang dari seluruh penjuru dunia, sampai saat ini pun masih banyak orang yang mencoba segala cara agar bisa merebut dan menguasai Andora,"

"Jadi ... karena kau sudah di bawah naunganku, maka suatu saat nanti kau harus siap turun tangan ketika ada peperangan." Raja Albert pun menjelaskan tentang problematika dari Kerajaan Andora.

"A-aku? Pe-perang? Hmm ..."

The Exciled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang