"Pikiran kamu bagaikan api yang perlu dinyalakan, bukan bencana yang menanti untuk diisi."
Alice Sandara, 1974
Orang misterius itu pun kemudian datang mendekat ke arah Raja Albert dan Valeria yang tengah kesakitan. Sambil membuka jubahnya, ia menatap tajam ke arah Valeria. Raja Albert terkejut ketika menyadari jika orang misterius itu adalah, Ratu Alice, istrinya sendiri.
"Kau sudah keterlaluan, Valeria! Setelah sadis kau memperbudak diriku, kini kau ingin menghabisi nyawa suamiku juga?"
"Alice ..." lirih Raja Albert.
Ratu Alice pun segera melihat kondisi suaminya yang tengah kesakitan itu. Ratu Alice berusaha mengangkat tubuh sang suami hingga kembali berdiri.
"Kau baik-baik saja? Ada yang terluka?" tanya Ratu Alice cemas.
"Tidak ada, aku hanya terhempas di bawah pohon ini. Sama sekali tidak luka." sahut Raja Albert.
Pandangan mata keduany pun langsung tertuju ke arah Valeria yang terus menjerit kesakitan karena tertusuk pedang milik Ratu Alice.
"Hanya segitu kekuatan sihirmu, Valeria? Sampai pedangku saja bisa menembus dadamu dan membuatmu menjerit tiada henti." Ratu Alice menarik paksa tubuh Valeria dan menyenderkannya di batang pohon.
"Kau benar-benar wanita gila! Tak habis-habis ulahmu itu untuk menghancurkan hidupku!"
Ratu Alice dan Raja Albert pun kemudian beranjak pergi meninggalkan Valeria sendirian dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
"Sialan!" Valeria berusaha menahan darah yang terus keluar dari luka tusuk di dadanya itu.
****Sesampainya di istana, Ratu Alice kemudian bertanya apa yang sebenarnya terjadi antara suaminya dengan Valeria. Raja Albert pun dengan lancar menceritakan seluruh masalahnya hingga sampai berujung penyerangan di tengah hutan. Mendengar hal itu, Ratu Alice pun memeluk erat suaminya.
"Aku tahu kau tidak terkalahkan, Albert. Namun, kau harus tetap berhati-hati dalam segala situasi. Bila perlu ajak aku untuk menemanimu, agar aku bisa membantumu." tutur Ratu Alice selagi terus memeluk erat tubuh sang raja.
"Ini hanya masalah kecil, Alice. Aku tidak mau merepotkanmu hanya dengan masalah yang bisa aku selesaikan sendiri." jawab Raja Albert.
Ratu Alice melepaskan pelukannya.
"Aku sudah berjanji padamu 'kan? Apapun yang terjadi, aku akan selalu menemanimu, bersamamu."
Raja Albert pun menghela napasnya dan kembali memeluk sang istri dengan erat.
"Terima kasih sudah selalu menjadi penyelamatku." ucap Raja Albert.
****"Yang Mulia Raja, ada seorang tabib datang ke istana dan ingin bertemu denganmu serta Ratu Alice." Salah satu pengawal kerajaan datang menghadap singgasana Ratu Alice dan Raja Albert.
"Bawa dia kemari!" perintah Raja Albert.
Dari kejauhan, terlihat seorang laki-laki paruh baya berjalan mendekat ke arah singgasana. Ia terlihat seperti sedang membawa sesuatu di tangannya.
Laki-laki tua itu pun tiba di hadapan singgasana dan bediri menghadap Raja Albert dan Ratu Alice.
"Yang Mulia, namaku Hamzah, hamba adalah salah satu tabib yang berhasil selamat saat perang Andora melawan sihir jahat dari keluarga hutan belantara itu."
Ratu Alice dan Raja Albert pun saling menoleh satu sama lain.
"Tabib? Ayahku juga seorang tabib, Hamzah. Apa kau mengenalnya?" tanya Ratu Alice kepada Hamzah.
"Karena Ayah dari Ratu Alice lah membuat saya kemari, Yang Mulia."
"Saya kenal dan dekat betul dengan Ayah Anda, ia seorang tabib tersakti di golongan kami pada masa itu, tak heran jika ia berhasil menghentikan rencana jahat dari sihir kegelapan." jelas Hamzah.
Ratu Alice pun terkejut ketika mendengar penjelasan dari Hamzah.
"Lalu apa alasanmu untuk bertemu kami?" tanya Ratu Alice.
Hamzah kemudian menyodorkan sebuah bungkusan kain putih dihadapan Ratu Alice dan Raja Albert. Raja Albert yang penasaran langsung mengambil bungkusan kain putih itu dari tangan Hamzah.
Raja Albert kemudian membuka isi dari dalam bungkusan tersebut.
"Ba-batu kristal?"
Mereka tercengang ketika melihat kilauan cahaya yang berasal dari batu kristal yang ada di dalam bungkusan kain putih itu.
"Batu kristal itu adalah titipan dari Ayah Ratu Alice. Ia sempat menitipkan baru kristal itu sesaat sebelum ia meninggal dunia dengan misterius."
"Batu kristal itu adalah satu-satunya peninggalan paling sakti milik Ayah Ratu Alice untuk kami para tabib. Batu kristal itu ia dapatkan dari hasil pengabdiannya kepada Dewa Surya." tutur Hamzah.
"Lalu ... kenapa kau memberikan ini pada kami? Dan kenapa baru memberikannya sekarang?" tanya Ratu Alice.
"Yang Mulia, hamba merasa sudah tidak sanggup untuk menjaga kesucian batu itu. Karena hamba merasa jika sisa umur hamba sudah tidak lama lagi, itu sebabnya hamba memberikan batu kristal ini untuk Yang Mulia."
"Yang Mulia adalah satu-satunya darah dagingngnya. Jadi, Yang Mulia Ratu adalah orang yang tepat untuk bisa menjaga batu kristal itu."
Raja Albert pun kemudian turun dari singgasananya bersama dengan Ratu Alice.
"Kesaktian apa yang dimiliki batu kristal ini, Hamzah?" tanya Raja Albert.
"Yang Mulia, batu kristal ini adalah benda suci yang diturunkan oleh Dewa. Kesaktian dan kegunaan batu ini hanya bisa digunakan oleh orang yang telah mendapat berkah dari Dewa Surya. Kegunaan batu kristal ini, bisa membuat ilmu siapa saja menjadi lebih kuat dan tak terkalahkan, hanya ada 1 hal yang bisa menghancurkan dan mengalahkannya."
"Apa itu?" tanya Raja Albert.
"Air, jika batu kristal ini sampai menyentuh setetes air, maka kekuatannya langsung sirna dan ia tidak akan mengeluarkan kilauan cahaya lagi."
"Jadi ... hamba mohon untuk menjaga baik-baik benda suci ini, Yang Mulia."
Raja Albert pun menyanggupi permintaan dari Hamzah serta mengambil alih batu kristal peninggalan dari ayah Ratu Alice. Hamzah kemudian pergi meninggalkan Kerajaan Andora.
Batu kristal yang diberikan oleh tabib itu terus menjadi bayang-bayang di benak Raja Albert. Ia bingung akan kesaktian yang sesungguhnya dari batu kristal itu.
"Apa kau mau mencoba kesaktiannya, Raja Albert?" tanya Ratu Alice.
"Hamzah bilang jika kekuatan batu ini hanya bisa digunakan oleh Ayahmu, yang dimana ia sudah mendapat anugerah dari Dewa Surya." jelas Raja Albert.
"Ayahku bukanlah seorang raja, namun ia bisa mendapat anugerah itu. Lalu ... kenapa kau tidak bisa?"
Jawaban dari Ratu Alice itu pun seketika mengetuk pintu hati sang raja untuk melakukan meditasi Dewa Surya. Ia ingin menguasai ilmu dari batu kristal ini seperti apa yang telah dilakukan oleh ayah dari istrinya sendiri.
"Maksudmu ... aku harus bermeditasi juga?" tanya Raja Albert.
"Aku percaya kau juga bisa mendapat anugerah itu, Sayang. Terlebih kau adalah seorang raja, seorang pemimpin. Dewa Surya tak akan membiarkan pemimpin hebat sepertimu kecewa." ujar Ratu Alice kepada suaminya.
Lagi-lagi ucapan istrinya itu menumbuhkan semangat baru di dalam diri sang raja. Raja Albert pun memutuskan untuk melakukan meditasi kepada Dewa Surya agar ia bisa mendapat anugerah untuk menguasai kekuatan dan kesaktian dari batu kristal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exciled Queen
Fantasy"Sudah ku bilang, dia bukanlah seorang ratu!" "Tidak ada seorang yang pantas disebut ratu jika ia berani membunuh suaminya sendiri!" "Kau pantasnya disebut ratu kegelapan!" teriakan kesal para rakyat Andora untuk Ratu Alice. Ratu Alice yang mental...