Kembalinya Valeria

2 2 0
                                    

"Bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih? Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak, sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang."

Alice Sandara, 1974.



"Rupanya si raja itu tengah bertapa selama 90 hari, ya. Hm ... kesempatan yang bagus!"

"Tunggu kedatanganku, Alice Sandara."

Valeria kembali berambisi untuk membalaskan dendamnya pada Alice, ditambah lagi ia mengetahui jika Raja Albert tengah menjalankan meditasi 90 hari di bawah bukit. Valeria pun menyusun rencana dengan matang untuk segera menghancurkan hidup Alice beserta kerajaannya. Dengan kekuatan sihir yang ia punya, Valeria pun berencana untuk merubah wujudnya sebagai salah satu pelayan di istana lalu menculik sang ratu. Setelah berhasil menculik Ratu Alice, maka ia akan kembali menyiksa dan memperbudak Alice bahkan lebih kejam lagi.

"Sebentar lagi kau akan kembali menjadi budak sisksaanku, Alice. Setelah ini aku tak akan membiarkan satu orang pun berhasil menyelamatkanmu dari jeratanku." ujar Valeria. ****

    Ratu Alice tengah sibuk mengobati serta menolong para rakyat yang terkena wabah penyakit aneh bersama dengan tabibnya, Hamzah. Satu demi satu rakyat yang mulanya merintih kesakitan pun mulai merasakan keajaiban dari ramuan sakti yang dibawa oleh Alice dan Hamzah dari Edayon.

"Sudah semuanya, Hamzah?"

"Sepertinya sudah, Yang Mulia."

Alice dan Hamzah kembali memastikan keadaan dan situasi para rakyat Andora.

"Terima kasih, Yang Mulia. Kau telah menolong kami semua." ucap salah satu rakyat Andora.

"Tidak perlu berterima kasih, ini sudah menjadi kewajibanku menjadi seorang ratu."

Ratu Alice pun beranjak kembali ke dalam istana. Perasaannya lega setelah melihat sinaran manis dari senyum para rakyatnya. Namun, itu semua belum cukup baginya dalam menjalankan kewajiban, Alice menyadari jika banyak hal yang menuntutnya dalam gelar sebagai seorang ratu.

"Yang Mulia ..." Terlihat salah satu pelayan istana datang menghadap Ratu Alice.

"Ada apa?"

"Makanan sudah hamba siapkan, Yang Mulia. Kau bisa menikmatinya sekarang." ujar si pelayan.

'Aneh ... tidak seperti biasanya ada pelayan yang mengingatkanku soal makan.' pikir Alice.

Namun, Alice mencoba untuk menghiraukan pikirannya itu. Ia pun segera beranjak ke ruang makan istana bersama dengan para petinggi istana lainnya. Suasana saat itu terlihat lancar seperti biasanya, hanya rasa yang berbeda dirasakan oleh Alice karena ketiadaan Raja Albert di sisinya. ****

"Kena kau, Alice! Kau memang mudah dibodohi."

Rupanya pelayan yang menghadap Ratu Alice tadi itu adalah sosok perwujudan dari Valeria. Ia memutuskan untuk tidak terlalu buru-buru dalam melakukan rencana jahatnya, semua skenarionya sudah ia siapkan matang-matang.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Saat tengah berkhayal, tiba-tiba Alice datang menegur Valeria atau si pelayan jadi-jadian itu, dari belakang. Alice pun sontak membuat si pelayan itu terkejut.

"E-eh tidak ada, Yang Mulia. Hanya memperhatikan pelayan lain saja." jawab Valeria (pelayan jadi-jadian).

"Memperhatikan? Apa maksudmu? Pelayan lain sedang berkerja dan kau hanya memperhatikannya? Cepat berniat atau aku yang akan memaksamu!" Ratu Alice terlihat kesal akan pernyataan dari si pelayan jadi-jadian itu.

Pelayan itu pun segera menuruti perintah Alice dan melakukan pekerjaannya.

'Keparat! Berani sekali dia menyuruhku, lihat saja nanti. Aku biarkan kau mengaturku sekarang, namun sebentar lagi kau lah yang akan aku atur.'
****

  Waktu pun berlalu, hari berganti hari, masalah demi masalah pun telah terlewati. Kini tepat 80 hari sang raja tak menampakkan diri di Andora. Semua merindukannya, termasuk Alice sang pujaan hatinya.

Saat di dalam kamar, Alice pun kembali merindukan sosok Raja Albert.

"Albert ... sudah sejauh ini aku pun belum bisa terbiasa tanpa ada sosokmu di sampingku."

"10 hari lagi, aku yakin aku bisa teguh hati menunggumu."

Tiba-tiba ...

Zrak ...
Zrak ...

Sebuah tebasan pedang pun menyayat punggung Alice dengan sangat brutal.

"Akh ..." Ratu Alice merintih kesakitan.

Saat tengah merintih, Alice tiba-tiba melirik ke samping kanan lalu betapa terkejutnya ia saat melihat Valeria yang tengah berdiri tegak sembari membawa sebuah pedang yang sudah bersimbah darah di tangannya.

"Ka-kau ... " 

Kedua mata Alice langsung tertutup dan ia sudah tak berdaya lagi untuk memanggil nama si penyihir itu.

"Hahaha ... darahmu ini akan menjadi awal kemenanganku, Alice."

Rupanya dengan menggunakan sihir saktinya, Valeria pun bisa berpindah tempat serta memasuki segala ruangan hanya dalam sekejap mata. Dengan bangganya Valeria melihat Alice yang sudah lemas bersimbah darah di bawah lantai. Dengan kekuatan sihirnya, Valeria dan Alice pun langsung menghilang dalam sekejap mata. Valeria menculik serta mendiamkan tubuh Alice yang masih terkapar lemas itu di dalam rumah sihirnya.

Valeria mendekati tubuh Alice dan mengelus-elus pipinya.

"Alice yang malang ..."

"Selamat datang kembali di dunia siksaanku."

   Setelah puas hati berbangga diri di depan Alice, kini kembali dengan kekuatan sihirnya, Valeria pun menyembuhkan luka yang dirasakan oleh Alice. Perlahan-lahan Alice mulai sadarkan diri dan tercengang saat melihat dirinya kembali berada di rumah sihir itu bersama Valeria.

"Apa-apaan ini! Kenapa aku ada di sini? Sialan!"

"Alasannya karena kau ditakdirkan kembali menjadi budak sisksaanku, Alice Sandara." Valeria menegaskan kesombongannya kepada Alice.

"Tolong! Tolong kembalikan aku ke istana, Valeria. Rakyatku membutuhkanku!" Alice berusaha untuk membujuk Valeria agar ia bisa dilepaskan.

"Kau pikir aku akan menurutimu? Di depanku kau bukanlah seorang ratu yang punya kuasa tinggi, Alice! Kini kau harus terima nasibmu untuk kembali menjadi budakku! Bukan menjadi seorang ratu!" bentak Valeria kepada Alice.

Alice seketika membisu dan terpaku, hatinya hancur berkeping-keping karena merasa dirinya akan mengkhianati Andora serta Raja Albert, suami tercintanya.

"Kau tidak akan bisa lepas lagi dari jeratanku, seluruh ilmu sakti yang kau dapatkan dari Raja Albert sudah ku hapus bersih. Benar-benar kini kau kembali menjadi gadis yatim piatu yang malang, hahaha ..."

"Sialan kau, Valeria! Lihat saja nanti, aku percaya jika takdirku tak seburuk yang kau katakan! Mungkin kau lah yang akan dapat nasib buruk itu." ujar Alice kesal.

"Kenyataannya? Kau kini telah kembali di rumah ini, itu artinya kau kembali menjadi seorang budak bukan ratu. Tolong sadar diri, Alice." sahut Valeria.

Alice pun hanya bisa diam dan menerima kenyataan pahit yang menimpanya kembali. Kesedihan menyelimuti isi hatinya, ia pun berharap Raja Albert akan kembali menolongnya dari jeratan si penyihir jahat ini.

"10 hari lagi, aku harap kau akan datang untuk menyelamatkan istrimu ini. Andora, maafkan aku. Aku tidak lagi bisa memimpinmu, semoga kau baik-baik saja tanpa adanya raja dan ratu yang duduk di singgasanamu."

"Albert ... tolong aku."

Jiwa raga serta mental Alice benar-benar dihajar mulai saat itu. Kehidupan mewah sebagai seorang ratu kini seketika berbanding terbalik hanya karena ulah dendam dari seorang penyihir jahat. Apa jadinya Andora tanpa kedua pemimpinnya? Siapa yang akan memimpin menggantikan raja dan ratu mereka? Itu masih menjadi satu-satunya harapan bagi Alice untuk Andora.

"Andora ... tunggu aku kembali."

"Albert ... aku menunggumu kembali, pulang lah. Aku membutuhkanmu."

The Exciled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang