Sang Ratu dan Penyiksaan

4 2 0
                                    

"Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya."

Alice Sandara, 1974.



  Hari ini kembali menjadi hari paling buruk yang dialami Alice Sandara. Saat membuka matanya, ia kembali mengenal tempat dan seseorang yang pernah menghancurkan kehidupannya. Sosok yang ia lihat itu adalah sosok penyihir kejam dan selalu haus akan penderitaan dari Alice. Alice benar-benar membenci dirinya saat itu karena tidak bisa berada lagi di Andora untuk menggantikan peran suami tercintanya. Tak bisa berbuat apa, lemah, semua kekuatannya hilang, hingga sebuah mahkota suci yang diberikan oleh Raja Albert padanya pun diambil  dan disembunyikan oleh Valeria.

"Apa? Kau mencari mahkotamu? Bodoh!Mahkota itu tidak pantas berada di atas kepala wanita miskin sepertimu, Alice Sandara."

"Diam! Kau yang tidak pantas memperlakukan aku seperti ini." Alice membentak Valeria karena ia merasa sudah direndahkan.

"Sialan! Beraninya kau membentakku, masih untung kau belum aku bunuh, aku lebih memilih menyiksamu secara perlahan." ujar Valeria.

'Albert ... tolong aku.'

Alice hanya bisa memanggil dan menyebut nama sang suami di dalam hatinya. Alice begitu percaya akan kesetiaan Raja Albert dan benar-benar yakin jika suatu saat suaminya akan datang untuk menyelamatkan dirinya kembali dari jeratan Valeria, si penyihir jahat.
****

Kepanikan pun terjadi di dalam istana Andora. Seluruh orang yang ada di istana juga para rakyat Andora terkejut ketika mendapati sang ratu yang telah diculik, apalagi ditemukannya simbahan darah dari kamar sang Ratu Alice. Tentu saja perasaan Hamzah saat itu benar-benar tercampur aduk, dan dengan sigapnya ia mengutus para prajurit untuk membantunya untuk menemukan keberadaan Ratu Alice serta mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang aku katakan pada Raja Albert nanti? Ahh!"

Hamzah diselimuti kekhawatiran dan kepanikan, ia bingung harus mengatakan apa saat Raja Albert telah kembali dari pertapaannya. Hamzah saat itu segera menyisir setiap sudut wilayah Andora untuk mencari keberadaan sang ratu, namun anehnya, tak ada satu pun petunjuk yang ia dapatkan. Hamzah tak menyerah, ia pun terus dan terus melakukan pencarian bersama awak kerajaan lainnya. Tak tanggung-tanggung Hamzah, ia juga meminta bantuan kepada Ramond si kepala suku di Edayon.

"Coba kau ingat-ingat, Hamzah. Apakah ada musuh dari Ratu Alice?" tanya Ramond

Sontak Hamzah pun langsung teringat akan masa lalu keluarga Alice dengan keluarga Valeria.

"Valeria! Ya! Pasti dia pelaku dari semua ini, aku harus mencarinya."

"Tapi ... bagaimana dengan Raja Albert?"

"Semasih ia melakukan meditasinya, aku akan tetap berusaha menyelamatkan sang ratu. Sudah janjiku untuk menjaganya selama raja tidak ada."

Diambang kepanikan, Hamzah langsung mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatannya untuk mencari keberadaan Valeria dan Alice.
****

"Bodoh! Bodoh sekali, mau sampai kau mati pun aku tidak akan bisa kau temukan."

Rupanya rencana Valeria benar-benar matang, Valeria menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuat tempat kediamannya tak bisa dilihat oleh siapapun meskipun ia sakti sekalipun. Valeria pun berencana akan membunuh Alice saat hari kepulangan Raja Albert dari meditasinya. Mengapa? Karena ia ingin membuat sakit hati sang raja dan membuatnya tak berdaya saat melihat istri tercintanya mati bersimbah darah di depan matanya sendiri.

"Valeria, tolong sekali lagi lepaskan aku dari sini." Alice memohon sangat kepada Valeria untuk dilepaskan.

"Kau pikir aku bodoh, Alice? Sudah ku bilang aku tak akan melepasmu!"

Plak! Plak! Plak!

Tamparan keras dari Valeria pun melayang di pipi Alice Sandara. Belum puas, Valeria lalu mengikat Alice yang malang kemudian memperlakukannya dengan sangat kasar dan keji tanpa ampun.

"Ampun ... ampun ..."

Alice benar-benar kehilangan seluruh kekuatannya untuk melawan Valeria. Ia merintih kesakitan, bahkan untuk mengangkat jari jemari pun sangat sulit ia lakukan.

"Rasakan itu! Jangan pikir aku bisa kalah dengan mudah, Alice. Aku Valeria! Aku tak akan kalah sebelum aku membunuhmu!" ancam Valeria.

Alice Sandara saat itu terkapar lemas dengan posisi tangan terikat dan tubuhnya yang sudah memar dimana-mana. Namun, Alice masih dibiarkan sadar oleh Valeria. Valeria berpikir jikalau Alice mati, hanya sedikit siksaan yang akan dirasakan oleh Alice nantinya. Dengan senang hati ia menyiksa sang ratu Andora itu, dan tak memberikan sebiji makanan pun padanya. Jelas, itu akan membunuh Alice secara perlahan.
****

"Sial! Sihir apa yang digunakan oleh Valeria? Sampai ilmu penerawangan milikku tak bisa berguna sama sekali."

Dengan kecewa hati, Hamzah tak bisa menggunakan seluruh kekuatannya untuk mencari tahu keberadaan Valeria. Namun, Hamzah tak kehabisan akal. Ia akan melakukan semua cara apapun untuk bisa menemukan dan menyelamatkan sang ratu meskipun itu akan membahayakan dirinya sendiri.

Hamzah bersama Ramond serta beberapa prajurit istana kini mencoba mencari petunjuk di dalam kamar sang ratu, tempat dimana sang ratu terakhir terlihat. Hamzah mempunyai ide untuk menyatukan kekuatannya bersama Ramond agar penerawangannya kali inu bisa berhasil. Di kamar itu terlihat bercakan darah segar milik Ratu Alice serta sebilah pedang tajam yang tergeletak di samping tempat tidurnya. Hamzah kemudian mengambil pedang itu serta jari telunjuknya itu mencolek bercakan darahnya Ratu Alice. Darah yang sudah menempel di tangan Hamzah itu kemudian kembali di terawang dengan kekuatan sakti milik Hamzah dan Ramond. Setelah beberapa saat, akhirnya penerawangan itu pun berhasil, kini terlihat jelas di bayangan mereka akan kejadian yang sebenarnya dari Valeria. Terlihat bagaimana saat Valeria memulai penyamarannya sebagai salah satu pelayan istana hingga saat ia menebas tubuh Ratu Alice dengan menggunakan sebilah pedang tajam. Di sana juga terlihat siksaan dan rintihan-rintihan dari Ratu Alice di dalam tempat tinggal Valeria. Mereka pun merasakan betapa kejamnya si penyihir itu memperlakukan Alice dengan segala tindakan dan ancaman-ancamannya.

"Iblis! Benar-benar iblis wanita itu." Dengan kesalnya Hamzah memaki Valeria..

"Hamzah, kita tak bisa berbuat apa kecuali menerawang dan melihat situasi Ratu Alice dari kejauhan dengan darahnya ini. Kita tunggu sampai hari kepulangan Raja Albert, ia adalah jalan satu-satunya dan penyelamat untuk Ratu Alice." ujar Ramond kepada Hamzah.

"Ya sudah, aku pun siap untuk bertanggung jawab kepada Raja Albert atas kelalaianku dalam menjaga sang ratu." jawab Hamzah.

"Ini bukan waktunya untuk menyalahkan, diri sendiri, Hamzah. Kini saatnya untuk menyatukan isi pikiran kita dan jangan sampai lengah." sahut Ramond.

Hamzah pun berlutut sembari menatap bercakan darah sang ratu. Ia mengeluarkan seluruh penyesalannya dalam hati. Meskipun anak dari sahabatny, namun Ratu Alice sudah dianggap seperti anak kandungnya sendiri. Kini ia tidak hanya melalaikan tugas dari Raja Albert, namun juga dari sahabat sejatinya, yakni ayah dari Alice Sandara.

"Hamzah ... kau tak perlu berlarut-larut dalam penyesalan itu. Kita tunggu sampai sang raja kembali ke istana."

Ramond pun mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu, meskipun sebenarnya ia juga tengah diselimuti rasa kekhawatiran.

The Exciled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang