Ujian untuk Andora

12 8 0
                                    

   "Keyakinan merupakan suatu pengetahuan di dalam hati, jauh tak terjangkau oleh bukti."

Alice Sandara, 1974.


   Tibalah Raja Albert bersama Hamzah dan beberapa prajuritnya di sebuah bukit besar yang masih berada di kawasan Andora. Raja Albert mendongak dan menatap ke atas ujung bukit itu.

"Apakah ini tempat yang cocok, Hamzah?" tanya Raja Albert.

"Iya, Yang Mulia. Kau bisa bertapa di sini selama 90 hari ke depan." jawab Hamzah.

Hamzah pun kemudian menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Raja Albert selama ia melakukan meditasi 90 hari itu. Ia menjelaskan kepada Raja Albert, jika selama ia bertapa di bawah bukut, Raja Albert tak boleh membuka kedua matanya sebelum tepat 90 hari. Raja Albert juga tidak boleh mengalihkan perhatiannya apapun yang terjadi di sekitarnya, karena itu adalah ujian saat seseorang melakukan meditasi, akan banyak gangguan datang untuk berusaha mengalihkan perhatiannya saat itu.
****

Gundah hati yang dirasakan Alice pun semakin mengacaukan isi pikirannya. Ia terus saja memikirkan nasib suaminya selama 90 hari ke depan di bukit itu. Dalam hati, Alice sangat ingin menemani sang suami meskipun ia tak akan bisa mengganggunya selama meditasi. Namun, karena ia kini sudah menjadi seorang ratu, maka kewajiban memimpin kerajaan pun harus ia jalani. Saat tengah risau memikirkan Raja Albert, tiba-tiba Hamzah pun tiba di istana dan langsung menghadap Ratu Alice.

"Yang Mulia ..."

Alice sontak terkejut dan langsung saja menanyakan perihal Raja Albert.

"Hamzah! Bagaimana suamiku?" tanya Ratu Alice.

"Beliau akan aman, Yang Mulia Ratu. Raja Albert adalah seorang raja yang kesaktiannya sulit untuk dikalahkan. Jadi, hal seperti ini akan terasa kecil baginya." jawab Hamzah.

"Tapi ..."

"Aku tetap saja khawatir akan keadaannya, Hamzah. Bagaimana jika ada sesuatu yang akan menyakitinya di sana? Bagaimana jika ..." Ratu Alice risau dan cemas.

"Kau harus percaya pada suamimu, Yang Mulia. Kau harus ingat, dia bukan saja menjadi suamimu. Tapi, ia juga seorang raja." ucap Hamzah.

Ratu Alice pun berusaha untuk menenangkan isi pikirannya dan mencoba menghilangkan rasa risaunya terhadap Raja Albert. Hamzah pun saat itu diutus untuk tinggal dan menetap di Kerajaan Andora oleh Raja Albert. Ia diharapkan agar bisa ikut serta membantu dan menjaga Ratu Alice dalam memimpin kerajaan.
****

Sementara itu, Raja Albert pun sudah memulai melakukan meditasinya di sebuah goa yang ada di bawah bukit Andora. Ia benar-benar fokus dan khusyuk menjalani meditasi itu, hingga satu demi satu ujian pun datang menghampirinya. Saat tengah fokus melakukan meditasi, tiba-tiba ada suara harimau yang mengaum keras tepat di samping telinga Raja Albert. Ngauman harimau itu terdengar terus-menerus hingga akhirnya perlahan menghilang. Raja Albert pun cukup merasa lega, karena ujian pertamannya telah berhasil ia lewati. Namun, ujian-ujian berikutnya kembali muncul secara terus-menerus, dari hal yang biasa saja sampai ke hal yang menyeramkan. Ujian itu terus berusaha membuat perhatian sang raja teralihkan dan menggagalkan meditasinya. Tetapi, Raja Albert selalu mengingat pesan yang diberikan oleh Hamzah, jika ia tidak boleh berpaling dan teralihkan oleh apapun yang terjadi di sekitarnya. Selama 90 hari itu Raja Albert benar-benar berpuasa penuh sembari meditasi. Dari meditasi ini ia juga belajar menahan napsu apapun yang ada di dalam dirinya. ****

"Yang Mulia! Yang Mulia!" teriak salah satu prajurit kerajaan memanggil Ratu Alice.

"Ada apa ini? Kenapa kalian semua lari terbirit-birit seperti itu? Ada apa?" Sontak Alice pun ikut panik dan menanyakan apa yang telah terjadi.

"Yang Mulia, ada wabah penyakit serius yang timbul dan menyebar di istana. Wabah itu menyerang para anak-anak muda, Yang Mulia."

"Seluruh rakyat meminta pertolongan darimu." jelas si prajurit itu.

Mendengar penjelasan dari sang prajurit, Alice pun segera turun dari singgasananya dan datang langsung kepada rakyatnya yang terkena wabah penyakit itu bersama Hamzah. Saat tiba di pemukiman rakyatnya, terlihat beberapa anak muda merintih kesakitan sambil menggaruk-garuk tubuhnya. Ratu Alice pun kebingungan dengan apa yang terjadi dan dari mana asal dari wabah penyakit ini. Tak hanya Alice, Hamzah pun ikut kebingungan dengan penyakit itu. Hamzah pun segera untuk mencoba menyembuhkan beberapa anak muda yang terkena penyakit misterius.

"Mereka merasakan gatal di sekujur tubuhnya, Yang Mulia." ujar Hamzah.

"Apakah ini menular, Hamzah?" tanya Ratu Alice.

"Menular, tetapi ia akan cepat tertular kepada orang yang kesehatannya lemah." Hamzah pun mengeluarkan mantra-mantra saktinya untuk berusaha menyembuhkan salah satu rakyat yang terkena wabah.

Namun, mantra-mantra dari Hamzah itu hanya bisa meredakan penyakitnya sementara. Hamzah mulai kebingungan dan panik bersama Ratu Alice. Ratu Alice mencoba mendekat dan memegang serta memperhatikan tubuh dari salah satu rakyatnya.

"Tubuhnya panas dan memiliki bercak hitam, Hamzah." Alice memperhatikan tubuh salah satu rakyatnya.

"Tunggu ... aku akan mencoba mencari tahu tentang wabah ini, Yang Mulia." ucap Hamzah

"Sepertinya penyakit ini bukan penyakit biasa" sambungnya.

Ratu Alice pun menyuruh seluruh rakyatnya untuk tenang.

"Rakyatku! Tolong tenang lah! Aku dan Hamzah akan segera mencari tahu sumber dan obat dari penyakit misterius ini!" perintah Alice.

"Yang Mulia! Tolong cepat lah! Kau tidak bisa jika ingin menunda semua ini, atau satu persatu rakyatmu akan mati!" ujar salah satu rakyat Andora.

Mendengar ucapan dari rakyatnya itu, Alice pun terpacu untuk melindungi dan membantu para rakyatnya selamat dari wabah itu. Ia pun segera pergi ke istana dan membicarakan hal ini bersama Hamzah.

Saat tiba di istana.

"Ada satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan mereka dari wabah ini, Yang Mulia." ujar Hamzah.

"Obat itu hanya bisa kita dapatkan dari seorang tabib yang tinggal di Edayon, letaknya tepat di seberang Andora, obat itu berwujud ramuan berwarna hitam pekat, aku baru ingat jika hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya di Andora." sambung Hamzah.

"Seberang Andora? Aku akan pergi ke sana demi rakyatku." jawab Ratu Alice.

"Ta-tapi, Yang Mulia. Siapa yang akan berada di istana?"

"Hamzah, para petinggi kerajaan dan prajuritnya sudah benar-benar terlatih keras. Aku tidak akan khawatir jika harus meninggalkan kerajaan untuk sementara waktu dan menyerahkan tugasku kepada petinggi Kerajaan Andora." jelas Alice.

"Baiklah, Yang Mulia. Aku akan ikut serta denganmu ke Edayon dan mencari obat itu." jawab Hamzah.

"Terima kasih, Hamzah. Ini saatnya aku berkorban untuk rakyat Andora dan menjalankan perintah dari suamiku." sahut Ratu Alice.

Alice pun membulatkan tekadnya dan memberitahu para petinggi-petinggi kerajaan untuk menjaga Andora selama ia pergi ke Edayon untuk mencari ramuan wabah itu. Alice mempercayai seluruh awak istana termasuk juga memberikan sanksi berat kepada mereka jika lalai menjalankan tugasnya.

The Exciled QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang