"Kebanggaan kita yang terbesar bukan ketika kita tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh."
Alice Sandara, 1974.
Hari ini adalah hari pertama Alice dengan gelar barunya sebagai seorang ratu di Kerajaan Andora. Rupanya Alice masih belum terbiasa dengan gelarnya dan seskali masih menunjukkan sikap sebagai wanita biasa saat tengah membantu para pelayan menyiapkan makanan untuk seluruh awak kerajaan.
"Ratu Alice, kau tidak perlu repot-repot membantu kami seperti ini. Kau diam saja di singgasanamu, biar kami yang melayanimu." ucap salah satu pelayan kerajaan.
"Aku tidak bisa hanya diam saja, aku ingin membantu kalian di sini." jawab Ratu Alice.
"Bagaimana jika kau menemani Raja Albert di taman istana, Yang Mulia Ratu? Aku lihat ia tengah sibuk melatih para prajuritnya bermain pedang."
Alice pun tersenyum kepada pelayan itu dan pergi menghampiri suaminya di taman istana. Saat tiba di taman, terlihat ribuan prajurit istana tengah berkumpul di hadapan Raja Albert dan beberapa orang penting lainnya dari istana. Ratu Alice pun duduk dan memandangi suaminya yang tengah melatih para prajurit. Tubuh gagah sang raja seakan memanah hati Ratu Alice, ia terkesima saat melihat Raja Albert memainkan pedangnya di hadapan ribuan prajurit. Para prajurit istana itu sangat patuh akan seluruh perintah rajanya, mereka juga berjanji akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjaga Kerajaan Andora.
Saat tengah sibuk bermain pedang, Raja Albert pun tanpa sengaja melihat istrinya yang sedari tadi tengah memperhatikannya. Seketika permainan pedangnya terhenti, ia pun menyuruh para prajurit untuk terus berlatih, lalu ia beranjak menghampiri Ratu Alice.
"Kenapa diam di sini? Mau ikut bermain pedang?" tanya Raja Albert kepada Ratu Alice.
"Hmm ... kau mencoba melawan keahlian pedangku, Raja Albert?"
Alice pun berjalan dan mengambil sebuah pedang. Ia menganggukkan kepalanya ke arah Raja Albert mengisyaratkan bahwa ia menerima tantangan bermain pedang bersama.
"Prajurit! Berhenti! Kini giliranku bermain pedang dengan Ratu Alice." perintah Raja Albert.
Semua orang yang berada di sana pun seketika terdiam dan memperhatikan kedua pemimpinnya bermain pedang.
"Aku akan mengalahkanmu, Raja Albert."
"Jangan sombong dulu."
Keduanya pun saling bermain pedang di taman istana. Permainan pedang Ratu Alice pun memukau semura orang yang melihatnya, ditambah paras anggunnya yang begitu mempesona.
"Kau pun akan terpesona melihatku." ucap Alice kepada Raja Albert.
Kibaran gaun indah Alice saat bermain pedang, serta helaian rambut panjang Rayu Alice yang terhempas angin pun semakin mendukung pesonanya saat memainkan pedang. Tatapannya yang tajam, jari tangan yang lentik serta senyum seorang pendekar pedang terpancar dari diri Ratu Alice.
"Cukup! Aku mengakui kekalahanku, aku tak kuasa melihatmu secantik ini." ucap Raja Albert.
"Ah! Tidak adil! Kau mengakui kekalahan karena kecantikanku bukan karena permainan pedangku, Raja Albert."
Raja Albert pun tertawa dan memeluk istrinya itu dihadapan semua orang yang ada di sana. Hal itu membuat semua orang menjadi iri melihat kemesraan serta kedamaian dari kedua pemimpin mereka.
****Valeria kini tengah sibuk menyempurnakan ilmu sihir jahatnya. Ia masih tetap berambisi akan dendamnya yang belum sepenuhnya terbalaskan kepada Ratu Alice. Ilmu sihirnya kali ini disempurnakan untuk menjadi yang terkuat dan taj tertandingi oleh siapapun. Mengetahui jika Raja Albert itu tak terkalahkan, Valeria pun terus berusaha untuk menjunjung niat jahatnya menghancurkan serta merebut kekuasaan di Kerjaan Andora.
"Suatu saat, seluruh rakyat Andora akan patuh dengan perintahku. Aku akan menjadikan Kerajaan Andora menjadi sebuah kerjaan kegelapan terbesar! Tunggu pembalasan dendamku, Andora!" ujar Valeria.
Tekad bulat Valeria itu semakin menjadi-jadi dan mendarah daging. Sesekali ia menyiksa para hewan yang ada di sekitarnya tanpa ampun untuk melampiaskan emosi dendamnya. Tak heran, jika rumah kediaman Valeria dipenuhi darah serta bangkai hewan-hewan mati yang membusuk serta mengeluarkan bau yang menjijikkan. Namun, hal itu sama sekali tidak dipedulikannya, justru bau serta bangkai-bangkai hewan itu menambah dan membangkitkan jiwa pendendamnya.
Hingga suatu ketika, banyaknya hewan-hewan yang mati di dalam hutan pun diketahui Raja Albert. Ia murka akan hal itu dan mencari sumber penyebabnya. Dengan cepat, Valeria langsung muncul dibenak sang raja, tanpa basa-basi Raja Albert dan beberapa pasukannya datang menghampiri Valeria di kediamannya.
"Valeria! Keluar kau!" Teriakan Raja Albert itu mengagetkan Valeria yang tengah menyiksa seekor rusa di dalam rumahnya. Ia lalu bergegas ke luar rumah menghadap sang raja.
"Ada apa kau kemari, Raja Andora?" tanya Valeria.
"Aku ingin kau bertanggung jawab atas kematian hewan-hewan di dalam hutan ini. Apa kau belum cukup puas dengan membunuh manusia? Sampai kini kau harus menyakiti para binatang juga? Manusia macam apa kau ini?" dengan tegas Raja Albert membentak Valeria.
"Jangan berani kau menginjakkan kakimu ke rumahku, Albert! Aku tidak takut padamu! Hewan-hewan ini menjadi pemuas napsu jahatku! Tapi karena kau datang kemari, maka kau lah yang akan aku jadikan kelinci percobaanku!" ancam Valeria.
Sedikit pun tidak ada rasa takut yang muncul dalam benak Raja Albert setlah mendengar ancaman dari Valeria itu.
"Lebih baik kau ikut perintahku, atau kau akan ku habisi?" ucap Raja Albert.
"Berani sekali kau berkata begitu, Albert! Kau lupa siapa aku? Aku adalah penyihir kegelapan yang tak bisa kau kalahkan!" Sambil menatap tajam sang raja, Valeria pun mengeluarkan jurus sihirnya untuk melawan Raja Albert serta seluruh pasukan yang dibawanya.
Seketika seluruh prajurit pun tersungkur dan terhempas jauh dari tempat itu. Raja Albert yang kesal karena ulah Valeria pun akhirnya memutuskan untuk melawan balik serangan dari Valeria. Mereka pun saling beradu ilmu di tengah hutan belantara. Melihat kejadian mencengkam itu, salah satu prajurit Andora memutuskan untuk pergi ke istana dan melaporkannya kepada Ratu Alice.
"Valeriaaa!"
Teriakan Ratu Alice pun mengejutkan semua orang yang berada di istana. Ratu Alice marah besar ketika mendapat kabar buruk itu dari prajuritnya. Dengan sigap ia pun langsung bergegas datang ke dalam hutan untuk membantu suami tercintanya itu.
"Ah!"
Raja Albert tersungkur dan terbentur di sebuah pohon besar yang kokoh karena sihir Valeria. Saat tengah menahan sakit, Valeria perlahan mendekati tubuh sang raja dan mencoba untuk menyerangnya lagi dengan kekuatan sihirnya, berharap Raja Albert akan mati ditangannya. Namun, hampir saja ia mengeluarkan sihir itu, tiba-tiba ...
"Sakkiiiiittt! Sakiiitt!"
Sebuah pedang menusuk dada Valeria dari arah belakang. Pedang itu sangat amat tajam sehingga bisa membuat luka robek di bagian dada Valeria dan membuatnya jatuh tak berdaya. Raja Albert pun terkejut mendapati hal itu terjadi, saat mengangkat kepalanya ia terkejut ketika melihat seseorang misterius yang berada tak jauh dari tempat ia tersungkur.
"Siapa orang itu?" ucap Raja Albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exciled Queen
Fantasy"Sudah ku bilang, dia bukanlah seorang ratu!" "Tidak ada seorang yang pantas disebut ratu jika ia berani membunuh suaminya sendiri!" "Kau pantasnya disebut ratu kegelapan!" teriakan kesal para rakyat Andora untuk Ratu Alice. Ratu Alice yang mental...