Sekolah Dasar

139 14 6
                                    

Aku sudah tidak punya banyak mempri tentang hari hari itu. Yang kuingat hanya aku selalu bertengkar dengan teman sekelasku , namun aku selalu tidak kenapa kenapa. Hingga ada satu murid lelaki yang bernama iyan yang suka memukul kepalaku dengan penggaris kayu.

"Pakk , pak'e!!!!" Ucapku sambil memegang kepalaku.

"Ngopo , piye nduk?" Tanya bapakku sedikit panik.

"Sirahku di tutuk iyan gowo garisan dowo" Ucapku sedikit meneteskan airmata. Tidak aku tidak menangis.

"Sopo , sing endi bocahe . Wis cup sesuk tak paranane". Ucapnya sambil mengelus kepalaku.

Aku sedikit tenang karena saat itu aku masih selalu dilindungi oleh bapakku. Setiap apapun aku selalu bercerita kepadanya. Bak superhero dia akan selalu datang dan membelaku.

"SOPO SING JENENGE IYAN?!"

Ucap bapakku lantang. Aku tak menyangka kalo bapakku akan benar benar datang menemui teman 1 kelasku itu. Saat itu aku baru duduk dikelas 1 , iyan juga sama tapi dia sempat tinggal kelas selama 1 tahun jadi dia lebih tua dariku.

Tiba tiba iyan muncul lalu bapakku menggiringnya keluar kelas. Aku tidak mengikuti nya karena aku sedikit takut. Bukan takut melihat bapaku marah marah sih , bagaimana bisa takut aku sudah sangat amat terbiasa dengan pemandangan seperti itu bahkan sejak aku masih sangat kecil.

Aku tak menghiraukan nya. Setelah beberapa lama akhirnya iyan masuk kekelas. Dengan muka yang sedikit pucat. Ia langsung duduk ditempatnya tanpa menghiraukan aku.

Hari ini pelajaran berjalan seperti biasa. Bel pulang sekolah juga sudah berbunyi. Aku langsung bergegas pulang bersama teman temanku. Saat itu teman yang kukenal hanya Yani, iya dia teman 1 desaku.

Kebetulan aku dan keluargaku belum lama menetap disini. Sebelumnya kami selalu berpindah pindah. Aku mempunyai 2 orang adik laki laki. Rahmad dan Bagus. Keduanya lahir ditempat yang berbeda begitupun dengan aku. Karena keriwehan itu aku dan adik adikku tidak sempat menginjak bangku taman kanak kanak. Hingga akhirnya 2tahun yang lalu kami memutuskan untuk menetap disini. Dirumah peninggalan nenek dari bapakku.

Sesampainya dirumah , bapakku sudah menunggu ku.

"Mau iyan piye ijik nakali koe ora?"
Tanyanya

"Orak ii pak , mbok seneni to?"

"Nek mau ora dipisah karo bakul dolanan wis arep tak polo ndase ,arep cah ciliko nek wani nganu sirah wis ora gagas aku .geger geger. Sesuk meneh nek wonge nakal ngomong aku tak polo ne tenan!". Katanya menggebu gebu.

Aku sih sudah tidak heran dia memang seperti itu. Kata katanya kasar ,tapi sebenarnya hatinya lembut. Hanya jika sudah marah ia tidak bisa mengontrolnya. Terkadang aku suka heran sendiri . Apakah hanya bapakku yang seperti mempunyai 2 kepribadian. Disaat seperti ini dia terlihat seperti malaikat pelindung , aku sangat damai aman berada didekatnya tapi di saat lain ia terlihat seperti buto monster yang suka berteriak kasar dan suka menghancurkan barang barang yang selalu membuat ku takut bahkan ingin sekali pergi jauh darinya.

Tapi sejenak kunikmati 'keharmonisan' ini entah akan bertahan berapa lama hingga akhirnya aku tetep bisa tenang berada didekatnya.

"Mau oleh bathi ra pak?" Tanyaku

"Oleh nduk, sithik sithik Alhamdulilah". Katanya sambil meliling burungnya.

Bapakku adalah seorang bakul. Bakul adalah pedagang dalam bahasa jawa. Bapakku menjual dan membeli ternak. Seperti ayam , bebek , menthok dan terkadang jika uangnya cukup bapak juga mengambil burung peliharaan. Seperti jalak , kenari dan jenis burung peliharaan lainnya.

"Make durung mulih to pak?" Tanyaku sambil mengambil nasi dalam bakul.

"Durung, yahmene kok bali. Juragan yo baline wengi". Katanya sedikit dengan nada mengejek.

Aku melanjutkan langkahku mengambil lauk. Ya seperti biasa hanya ada lauk sederhana. Gereh , tempe tahu dan sambal bawang.

Aku memang terlahir dari keluarga yang jauh dari kata cukup. Bahkan ibuku harus bekerja montang manting kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan kami. Iya aku tahu tadi aku bilang kalo bapakku juga bekerja tapi ya begitulah. Iya bekerja tapi penghasilan nya tidak tentu. Ditambah lagi jika bapakku sedang dalam mood yang kurang baik dia hanya akan tidur tiduran dirumah. Kadang jika modalnya habis bapakku bisa tidak bekerja selama sebulan penuh.

Meskipun begitu aku masih bersyukur karena aku masih diberikan hunian yang layak . Meskipun tidak mewah tapi Alhamdulillah. Meskipun sudah banyak atap bocor , kamar mandi juga masih diluar bahkan belum pake atap. Iya jadi masih blong blong an gitu.

"Riiii , Ariiiii!!!" Teriak Yani. Ia memanggil ku lantang dari balik pintu belakang

"Oiii yan rinio aku lagi maem"

"Yantulllll wis madang durungggg" tanya bapakku.

Kan dia juga bisa terlihat manis dengan orang lain.

"Uwis lik , bar madang gowo pecel." Jawab yani sambil duduk menghampiri ku.

"Arep ningndi doan awan awan kii?" Tanya bapakku lagi

"Golek talok gone mbah min lik" jawab yani

"Idak idak sik" perintah bapakku.

"Sik madang sik" jawabku.

Setelah selesai makan aku langsung melakukan apa yang diperintahkan bapakku. Memang kebiasaan bapak itu sering memintai anaknya untuk 'meng Idak idak' badannya. Idak sama dengan menginjak dalam bahasa Jawa.

Ini tidak akan lama karena baru sebentar saja bapak pasti langsung terlelap pulas. Kesempatan ini langusmg ku gunakan untuk 'kabur' bersama yani.

Hampir setiap hari pasti aku keluar untuk bermain bersama yani. Kemanapun. Kesawah , ke desa sebelah. Kadang hanya berdua trkdang bersmaa kedua adikku dan juga ega. Dia tetanggaku.

Biasanya kami bermain dari siang sampe menjelang Maghrib. Tak jarang saking asiknya aku dan teman teman ku juga kedua adikku sampai lupa waktu hingga akhirnya emak kami datang dengan membawa sapu. Tapi pukulan atau omelan dari emak kami sama sekali tidak membuat kami kapok. Bahkan kami menganggapnya sebagai sebuah tantangan.

"Oiii enek layangan pedot layangan pedot woiii , oyak oyak!!!!!"

"Oii sik woiii kesel enteniiii!" Teriak ku ter engah engah karena memang aku tidak terlalu kuat berlari.

Teman teman ku sudah jauh berlari meninggalkan ku tertunduk memegang dengkul karena kecapean. Aku capek. Aku duduk.dipinggir sawah , sendiri sambil menunggu teman temanku kembali. Sambil menikmati angin sepoi sepoi di persawahan ini rasanya tenang damai sekali. Hari ini memang sangat cerah , udara nya sangat baik. Karena aku memang tinggal di daerah pedesaan yang masih lumayan sejuk. Bukan tidak sepolosok itu sih , hanya tidak berada dipusat kota tapi tidak terlalu jauh dari kota. Begitu. Cukup lama aku termenung tiba tiba ada sebuah teriakan.

"Ariiiiiiiiii , Mlayu rii mlayu" Teriak Yani sambil berlari dari kejauhan.

"Ngop...." Belum sempat aku melanjutkan kata kata ku aku melihat segerombolan kambing putih bertanduk yang mengejar teman temanku. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari. Untung saja aku habis duduk duduk jadi tenagaku sudah sedikit pulih.

Aku terus berlari. Hingga terdengar suara.

BRUKKKKK.

"ADUUUUHHHHHH".


Sepenggal Kisah Anak Perempuan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang