chapter 11.

748 70 1
                                    

📸📸


Ting

Suara ponselnya membuat Renjun mau tak mau menghentikan kegiatannya yang sedang membersihkan meja riasnya.

Suara ponselnya membuat Renjun mau tak mau menghentikan kegiatannya yang sedang membersihkan meja riasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepet banget nii manusia nyampe nya, tadi katanya masih di jalan." Ucap Renjun pada dirinya sendiri.

Dengan segera ia raih tas hitam yang sudah ia taruh sebelumnya di atas kasur dan langsung turun untuk pergi bersama Haechan.

"Ngebut lu ya?" Tanya Renjun ketika baru saja menaruh pantat nya di kursi penumpang.

"Engga,"

"Kok cepet?"

"Ya lagi sepi aja jalanan, makannya bisa cepet." Haechan mulai menjalankan mobilnya.

Mata Renjun menyipit kearah Haechan.

"Yatuhan, eh coba deh lu sesekali jangan berburuk sangka ke gue mulu. Dosa tau ga lu?"

"Lu juga dosa tau ngerjain gue mulu."

"Affah iyah?" Renjun menabok lengan Haechan cukup keras. "Orang gila."

Alih-alih marah karna Renjun memukulnya lumayan sakit, Haechan lebih memilih tertawa kencang karna menurutnya ekspresi Renjun sangatlah lucu.

●●

"Lo mau nyari sepatu yang model kayak gimana sih anjir, dari tadi loh kita muter-muter tapi ga ada satupun yang lo beli." Omelan Renjun sudah Haechan dengar sebanyak kurang lebih sepuluh kali, sejak ia dan Renjun menginjak kan kaki di mall ini.

"Yaa sabar dong, gue kan ga mungkin asal ambil aja. Kalo ga enak di kaki ya ngapain gue beli anjir."

Renjun memutar matanya malas, "lo udah ngejawab dengan jawaban yang sama dari awal gue nanya. Yang kreatif dikit dong jawabannya."

"Yaa lo juga nanya dengan pertanyaan yang sama dari tadi." Jawab Haechan kesal.

"Ya emang cuma itu pertanyaan yang ada di otak gue, ya kali gue nanya 'chan, lo mau beli lemari yang mana?' Itu ga masuk akal tolol."

Haechan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya juga ya."

"Iyi jigi yi. Buruan aaa gue laper Chan" Renjun menggoyangkan lengan Haechan, persis seperti anak kecil yang minta diberikan permen.

Haechan menghela nafasnya pelan. Renjun mode anak kecil seperti ini jarang sekali terlihat, ia hanya akan memakai mode ini jika sedang ingin permintaan nya dikabulkan.

"Iya sabar yatuhan,"

"Gue pilihin aja udah ayok buruan, nunggu lo yang milih kayaknya sampe abad ke sekian kagak bakal kelar." Renjun menggenggam tangan Haechan dan menarik pemuda itu ke salah satu toko sepatu yang berada di lantai yang sama dengan mereka.

Haechan berusaha menahan lengkungan di bibirnya. Ia merasa senang hanya dengan melihat tangannya yang di genggam seperti itu.

"Pegel banget pipi gue sialan." Cicitnya pelan.

"Ha? Lo ngomong apa?" Haechan menggeleng. "Gue ga ngomong, salah denger kali lu."

Renjun mengangkat bahunya acuh, dan kembali jalan dengan tangan yang masih saling menggenggam.

🏹🏹

LOVE SHOT [ʜʏᴜᴄᴋʀᴇɴ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang