"Oy Saga, disebelah sini!" David meneriaki Saga yang baru saja turun dari mobilnya.Dengan menggendong ransel Saga mulai menghampiri teman-temannya. Kanaya mengikuti dibelakang Saga dengan wajah cemberut.
Hari ini cuacanya cukup terik. Walau disekitar gunung udaranya terasa dingin, tapi sinar matahari sangat menyengat ke kulit.
"Jadi rutenya kita ngikutin yang udah kita diskusiin kemaren aja ya? Walau jalannya agak panjang, tapi treknya gak terlalu ekstrim. Kasian kita bawa cewe tiga" ujar David.
Ya, selain Kanaya ada dua gadis lain yang ikut untuk mendaki. Satu yang berambut panjang dikepang bernama Lia sedangkan yang rambut pendek bernama Fiona.
"Abidzar sama Arya didepan, cewe ditengah, David sama sisanya jalan dibelakang" ucap Saga yang mulai membagi urutan posisi.
Setelah beberapa persiapan dan nasihat pencegahan untuk berjaga-jaga, pendakian pun dimulai.
Beberapa kilometer menuju pos satu, semua orang masih mempunyai semangat yang kuat bahkan masih bercanda. Tapi ketika melanjutkan ke pos tiga, semua sudah mulai serius dan diam. Semua mencoba menyimpan energi untuk terus mendaki.
Pendakian ini terasa sangat lama karena rute yang diambil memanglah rute terpanjang. Beberapa kali mereka istirahat tapi dengan cepat pendakian itu dilanjutkan.
Akhirnya setelah pendakian yang panjang dan menguras tenaga. Mereka sampai ditempat tujuan sebelum hari benar-benar gelap.
Diatas gunung ini terdapat resor yang memiliki pemandian air panas. Dan tidak jauh dari resor terdapat area lapang tempat membangun tenda.
Untuk mendapatkan perasaan mendaki yang sesungguhnya, maka sebelum malam datang para pria langsung mulai menyiapkan tenda.
Malam ini mereka tidur di tenda, lalu melihat bintang jatuh dari tepi gunung dan besok pagi rencananya mereka akan mendaki ke puncak yang lebih tinggi untuk melihat matahari terbit.
Setelah rangkaian rencana itu terlaksanakan, barulah mereka akan mulai menikmati liburan di resor dan berendam di pemandian air panas.
Sementara para pria sibuk membangun tenda, para gadis mulai menyiapkan makan malam mereka.
Lia bertugas memasak nasi, Fiona memotong sayur dan bahan masakan, sementara Kanaya bertugas untuk memasak.
Ya, mereka bertiga memang memiliki tugasnya masing-masing. Tapi hampir secara keseluruhan Kanaya lah yang memegang kendali. Bagaimana tidak, mereka semua adalah gadis dari keluarga kaya. Mereka belum pernah melakukan pekerjaan seperti ini, sedangkan Kanaya sudah mulai memasak sejak tinggal di panti asuhan.
Tapi suasana diantara ketiganya terlihat rukun, dan tidak ada masalah.
Tenda sudah terpasang, makanan sudah masak, dan malam hari sudah datang. Masing-masing dari mereka mulai membersihkan diri sebelum mengelilingi api unggun dan menikmati makanan mereka.
"Wah, wah, wah, ada yang punya acara tapi tidak mengundangku"
Semua orang yang menundukkan kepala untuk menikmati makanan seketika mendongak ketika mendengar suara itu.
"Leon? Kok bisa ada disini?" Tanya Arya heran.
"Kenapa gak bisa? Resor ini punya keluargaku, jadi aku bisa datang sesuka-sukaku" balas Leon dengan enteng.
Dengan santainya dia mengambil mangkuk dan ikut menikmati makanan bersama mereka.
Yah, mereka juga tidak keberatan. Toh Leon teman mereka juga.
Tapi suasana diantara Leon dan Saga sangat dingin. Sebenarnya ini adalah perlawanan sepihak oleh Saga, sedangkan Leon tidak menggubris.
Kanaya yang memperhatikan secara diam-diam dari samping juga merasakan adanya atmosfer yang tidak benar. Tapi karena sudah lelah seharian akibat mendaki dan memasak, Kanaya tak mau ambil pusing dengan masalah mereka berdua.
"Ah, kudengar Melisa akan kembali ke negara ini" celetuk Leon.
"Melisa, temen SMA kita?" Tanya David
"Ya, sebentar lagi. Iya kan Saga?" Pertanyaan yang dilontarkan Leon sontak mendapatkan perhatian dari sekitar.
Setau Kanaya, Melisa adalah nama dari pemeran utama wanita. Jadi dia sudah mau kembali ke negara ini.
Mau tak mau Kanaya mulai memikirkan tentang plot yang tertulis di novel itu. Melisa kembali setelah menyelesaikan pendidikannya diluar negeri, dia kembali dengan harapan bisa mendapatkan restu atas hubungannya dengan Saga.
Melisa terlahir dari keluarga biasa saja, ia bisa masuk ke SMA yang sama dengan Saga karena mendapatkan beasiswa.
Saat itu untuk mencapai cita-citanya ia harus melanjutkan pendidikan diluar negeri. Tapi karena jarak dan Melisa juga ingin fokus dengan pendidikannya maka ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Saga.
Dengan harapan kembalinya dia dari luar negeri, dia juga berharap bahwa Saga menanti kedatangannya dan akan mau untuk menjalin hubungan kembali dengannya.
Tapi siapa sangka, dimalam kembalinya dia dari luar negeri tepatnya di acara pembukaan hotel baru keluarga Eljazah. Dia mendapat kabar bahwa Saga sudah memiliki tunangan.
Dan entah bagaimana masalahnya, Melisa dan Kanaya mendapatkan persimpangan di belakang gedung acara. Mereka berdua berdebat, hingga akhirnya Melisa terjatuh ke danau.
Dan dari situlah asal mula hubungan kedua pemeran utama bersemi kembali. Lalu Kanaya yang ada di novel memulai rencana-rencana jahatnya untuk menyakiti dan memisahkan mereka berdua.
"Naya"
"Ah? Apa?"
Lagi-lagi Saga mendapati Kanaya tenggelam dalam lamunannya ketika ada Leon disekitar mereka. Hal ini membuat Saga mendengus, pasalnya dia sangat geram saat melihat Leon yang sedari tadi memperhatikan Kanaya.
"Ikut gak liat bintang jatuh?" Tanya Saga.
"Boleh, tunggu sebentar ya, aku ambil jaket" jawab Kanaya.
Melihat para gadis memasuki tenda untuk bersiap-siap. Saga dan yang lainnya mulai menyiapkan senter dan alat penerangan.
Rute untuk melihat bintang jatuh agak curam, dan dimalam yang gelap akan susah berjalan jika tidak memperhatikan dengan hati-hati.
Setelah semua persiapan selesai, mereka berangkat dengan posisi yang sama saat mendaki tadi siang. Yang membedakan hanyalah kedatangan Leon yang ikut masuk kedalam rombongan.
Mereka sampai dengan selamat di tepi gunung. Beberapa anak laki-laki langsung mengeluarkan kamera mereka untuk mengabadikan momen ini. Dan beberapa ada yang hanya duduk sambil menikmati keindahan disekitar.
"Lia, Fio, bisa temenin aku gak?" Tanya Kanaya sambil menggoyang-goyangkan badannya.
" Temenin kemana?" Keduanya bingung dengan tingkah Kanaya yang terlihat seperti menahan sesuatu.
"Ayo temenin nyari semak-semak, aku kebelet pipis" bisik Kanaya pada mereka berdua.
Keduanya mengangguk dan mereka langsung pergi tanpa berpamitan kepada para pria.
"Cewek-cewek pada kemana?" Tanya David bingung.
Karena asyik melihat bintang jatuh, mereka sampai tidak memperhatikan bahwa para gadis sudah tidak ada di tempat mereka duduk tadi.
Firasat Saga mulai tidak enak, dan hal itu bertambah saat dia melihat Lia dan Fiona berlari kearah mereka tanpa adanya Kanaya.
Kedua napas gadis itu terlihat tersengal-sengal dan hal buruk tenyata benar-benar terjadi.
"Saga, Saga, Kanaya, huh, Kanaya ilang!"
Sontak semua mata mengarah kepada mereka, seolah memastikan dan meminta penjelasan.
NOTE: VOTE DONG SAYANG✨
Maaf kalau kurang jelas, saya bacanya juga males karena habis di revisi malah hancur tata bahasanya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Tunangan Pemeran Utama
FantasiKanaya yang malam itu tidur setelah membaca novel, tiba-tiba terbangun di ranjang rumah sakit. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang tidak dikenalinya. "Naya sayang, kamu sudah bangun nak? mana yang sakit, ayo kasih tahu tante!" ujar seorang wanita...