Bab 14. Terapi

8.2K 670 5
                                    

"Gimana keadaannya?"

"Luka yang ada di kepala nona Naya sudah diobati, sementara rasa traumanya mungkin memerlukan waktu yang sedikit lebih lama untuk sembuh dan menjadi normal seperti semula"

Saga memperhatikan gadis itu yang sudah semingguan ini tidak mau keluar dari kamarnya.

Kanaya terlihat lebih kuyu dengan lingkaran hitam dibawah matanya. Selama seminggu ini Kanaya terus mengalami insomnia dan selalu menolak untuk tidur.

Sementara ia tak bisa tidur, Saga disarankan untuk memberinya obat penenang agar Kanaya tetap bisa beristirahat.

Tapi dalam tidurnya, gadis itu terus mengalami mimpi buruk yang seakan tidak bisa dilupakan.

Kanaya akan terus berteriak dan tersentak dalam tidurnya. Berat badannya turun secara drastis, dan dia selalu linglung saat diajak mengobrol.

Untungnya semua orang yang ada disekelilingnya selalu merawat dan menghiburnya.

Mamanya Saga selalu datang untuk menemaninya, sedangkan Saga dan papanya berusaha sebaik mungkin untuk menemukan dokter psikologi yang tepat untuknya.

"Naya, gak usah takut. Disini ada aku yang selalu nemenin kamu"

Atas saran dari psikiater yang disewa oleh papanya, Saga disuruh untuk lebih banyak berinteraksi dengan Kanaya.

Gadis itu selalu diajaknya untuk keluar berjalan-jalan.

Walau pada hari pertama sampai ketiga Kanaya tampak sangat waspada dengan dunia luar, tapi kini dia mulai berani untuk melihat sekeliling walau dia tetap tidak mau melepaskan pegangannya pada lengan Saga.

Kanaya sendiri merasa seolah hidupnya terbagi oleh dua dunia. Ia hampir tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana yang hanya memori dari tubuh ini.

Dampak yang dihasilkan dari insiden itu membuat Kanaya selalu takut saat melihat kegelapan. Satu-satunya hal yang membuat ia tetap bisa bertahan mungkin adalah orang-orang disekitarnya.

Sayangnya Kanaya sendiri hampir tidak bisa mengembalikan kepercayaan dirinya. Ia selalu merasa apapun yang ia buat, ia akan selalu diawasi.

Dia yang memakai tubuh ini saja hampir tidak tahu tentang traumanya karena memang memori ini dipendam dalam-dalam oleh pemilik aslinya. Tapi bagaimana bisa ada orang dari keluarga tubuh ini yang tega menjual informasinya.

Oh, tentang siapa dalang dan antek-antek penculikan Kanaya waktu itu, mereka semua sudah diberi balasan oleh Saga.

Kanaya tidak menyangka bahwa sepupu dari tubuh inilah yang memberikan informasi mengenai traumanya kepada musuh keluarga Eljazah.

Dan alasan dia melakukan hal itu karena dia merasa iri pada Kanaya yang menjadi tunangan Saga.

Kanaya menarik napas pelan, pesona pemeran utama memang tidak bisa disepelekan.

"Saga.."

Kanaya menoleh ke kiri dan kanan. Ia terlalu banyak melamun hingga tak sadar bahwa Saga sudah tidak ada disebelahnya.

Buru-buru Kanaya memeriksa keadaan sekitar. Jalanan disini sangat ramai, banyak orang berlalu lalang. Tidak mungkin Kanaya dapat menemukan Saga di lautan manusia.

Napas Kanaya mulai dipercepat, tubuhnya mulai bergetar dan wajahnya terlihat pucat. Keringat dingin terasa dengan jelas di punggungnya saat angin menerpa. Tubuh Kanaya seketika membeku, merinding naik dari kaki ke kepalanya.

Jantungnya mulai berpacu dengan cepat, kepalanya terasa pusing. Tanah yang dipijaknya terasa berputar, Kanaya hampir tidak bisa menahan rasa mual yang akan keluar dari tubuhnya.

Sedangkan Saga dari tadi bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari posisi Kanaya berada. Tangannya terkepal dengan erat. Ia sangat ingin berlari kearah Kanaya, memeluk dan menenangkannya.

Tapi ini adalah salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan rasa trauma Kanaya. Kanaya harus bisa melawan ketakutannya. Tidak mungkin seumur hidup bagi Kanaya untuk tak berani membuka diri pada orang lain.

Ia setidaknya harus bisa berbicara dengan orang lain selain orang disekitarnya. Tak mungkin bagi mereka untuk selamanya menemani Kanaya, ada kalanya manusia akan meninggalkan kita.

Satu orang saja, Saga akan bergegas lari kearahnya jika gadis itu berani untuk berbicara dan bertanya kepada satu orang saja.

Kanaya merasa tubuhnya bukan lagi miliknya. Kakinya tidak mampu menopang berat badannya dan gadis itu jatuh tersungkur ke tanah.

Beberapa orang melihatnya, tapi tak ada yang mengambil inisiatif untuk menolong gadis itu. Semua orang memiliki kehidupan dan urusannya masing-masing. Mereka adalah orang asing, dan di jaman semua orang hanya mementingkan diri mereka sendiri, mereka tidak bisa harus selalu membantu orang lain. Lagipula bukan berarti mereka tidak punya masalah.

Sebuah lengan menarik tubuh Kanaya kedalam dekapan yang hangat. Aroma yang familiar segera membanjiri indra penciuman Kanaya.

Gadis itu membenamkan tubuhnya kedalam pelukan pria itu, lengannya memegang erat kemejanya seolah tak akan pernah mau melepaskannya.

Saga tidak bisa menahan tubuhnya yang reflek berlari kearah Kanaya berada.

Persetan dengan cara penyembuhan yang menyiksa gadis ini. Jika memang seumur hidup Kanaya hanya bisa berinteraksi kepada orang-orang terdekatnya, maka Saga akan melakukannya.

Ia akan selalu menemani gadis itu, ia tidak bisa melihat gadis itu tak berdaya saat tidak melihat orang yang dikenalnya ada disekitarnya.

Sedangkan tak jauh dari sana, sepasang mata milik Leon tidak pernah melepaskan pandangannya dari awal hingga keduanya pergi dari tempat itu.

Dengan dingin Leon memanggil asisten pribadinya dan menyuruhnya untuk menyelidiki apa yang telah terjadi.

NOTE: ADUH, AUTHOR GAK BISA NULIS YANG PERASAANNYA TUH PAS GITU LOH. INI GAK TAU KENAPA CERITANYA TERLALU TO THE POIN MENURUT AUTHOR, DAN AUTHOR HAMPIR KEHABISAN IDE BUAT LANJUTINNYA. VOTE DONG SAYANG BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT LANJUTINNYA.

Maaf kalau kurang jelas, saya bacanya juga males karena habis di revisi malah hancur tata bahasanya🙏

Menjadi Tunangan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang