"Naya"
Saga ingin berlari kearah Kanaya dan menjelaskan tentang apa yang terjadi. Tapi lengannya ditahan dengan kuat oleh Melisa.
Entah apa yang dikatakan oleh Melisa kepada Saga, tapi setelah itu Saga langsung melemaskan tubuhnya dan hanya melihat kearah Kanaya berlari dengan pandangan sedih.
...
"Huh, huh, huh"
Napas Kanaya tersengal-sengal setelah ia berlari dan keluar dari gedung kantor itu.
'Sepuluh menit, paling lama aku bakal nunggu sepuluh menit. Saga ini kesempatan terakhirmu'
Pikiran Kanaya terus berputar tentang apa yang baru saja terjadi. Ia bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa melewati tatapan kasihan para pegawai dan sekarang berdiri diluar pintu gedung kantor itu.
Kanaya akan menunggu Saga turun, ia yakin Saga bukan orang yang akan berkhianat. Sepuluh menit, setidaknya Kanaya akan menunggu Saga mengejarnya dan memberikan penjelasan atas semua yang terjadi selama ini.
Tentang sikapnya yang mulai berubah menjadi acuh tak acuh, atau tentang ketidakmauan Saga untuk pulang ke rumah.
...
"BAJINGAN"
Kanaya tak bisa menahan mulutnya untuk mengutuk Saga. Kanaya tidak menunggu sepuluh menit disini, dia menunggu selama dua jam, dan tidak ada tanda-tanda bahwa Saga akan turun.
Sedangkan di depannya hujan malah bertambah deras. Dengan menghela napas, Kanaya mulai mencibir dan mengutuk kebodohannya.
Bagaimana bisa dengan bodohnya dia mempercayai Saga? Bagaimana dengan bodohnya ia menyukai atau bahkan jatuh cinta kepada Saga? Dan bagaimana dia bisa dengan percaya diri menganggap dirinya bisa mengubah takdir yang sudah tertulis dengan jelas di novel aslinya.
Setelah puas memaki dirinya sendiri, Kanaya memutuskan untuk menerobos hujan. Entah kemana ia akan pergi sekarang, ia tak punya rumah, tak punya uang, dan hanya bisa bermalas-malasan.
Mungkin sekarang saatnya Kanaya kembali kedalam realita. Ia tak bisa menghabiskan hidupnya dengan novel-novel lagi, sekarang ia harus mulai memikirkan tentang pekerjaan apa yang bisa ia lakukan untuk menghasilkan uang dan bertahan hidup disini.
Sepertinya sebentar lagi malam, langit benar-benar sudah gelap dan jalanan sepi.
Hanya satu dua mobil yang lewat. Untungnya ada lampu yang menjadi penerangan jalan.
Kanaya menghela napas saat merasakan tubuhnya yang mulai menggigil kedinginan dan kepalanya yang terasa berat.
Kejadian hari ini membuatnya shock, kepalanya pusing sekali.
Kanaya merasa putus asa dan sangat sedih. Apakah di dua kehidupan dia akan tetap menjadi orang yang menyedihkan.
"AAAAAAA"
Kanaya menangis dengan kerasnya, ia terus memukuli dadanya yang terasa sakit dan tersumbat. Rasanya seperti jantungnya digenggam dan diremas dengan keras.
"Kenapa tuhan gak adil sama Naya?"
"Kenapa dari kecil Naya selalu gak pernah ngerasain kasih sayang orang tua?"
"Kenapa Naya harus hidup kalau selama hidup Naya selalu ngerasa menderita?"
"Kenapa?"
"KENAPAAAAA?"
Tubuh Kanaya meluncur ke aspal, ia tak kuat menahan tubuhnya yang terasa sangat berat.
Pikirannya benar-benar pusing sekarang. Bodoh, dia sepertinya akan demam karena terkena hujan.
Tiba-tiba air hujan tidak lagi membasahi tubuh Kanaya. Kanaya bingung dan pandangannya langsung tertuju pada sepasang kaki yang ada didepannya.
Kaki itu memakai sepatu kulit yang terlihat bagus, kakinya yang terbungkus kain dan terukur dengan pas. Kanaya mendongak untuk melihat siapa pemilik kaki tersebut.
Apakah Saga?
Senyum yang ada di wajah Kanaya membeku saat ia dengan jelas melihat siapa pemilik kaki itu.
Lalu tak lama Kanaya mulai menangis dengan keras.
Orang itu memeluk erat tubuh Kanaya yang basah.
"Huuu huuu dada aku sakit banget rasanya"
Orang itu mengangguk dan menambah erat pelukan mereka. Ia dengan sabar mengusap belakang kepala Kanaya dan menenangkannya.
"Sudah nangisnya, nanti matanya sakit"
Orang itu menghapus air mata yang ada di pipi Kanaya dengan lembut dan mengecup kedua kelopak mata Kanaya yang terlihat memerah dan bengkak karena kebanyakan menangis.
Orang itu mengangkat tubuh Kanaya dan berjalan ke arah sebuah mobil yang di parkir tak jauh dari sana.
"Dibuang ya?"
Ucap orang itu sembari melepaskan jam tangan yang melilit tangan Kanaya.Kanaya melihat jam tangan itu sekilas dan tanpa pikir panjang langsung mengangguk dengan tegas.
Orang itu tertawa dan tawa yang membuat dadanya bergetar bisa dirasakan dengan jelas oleh Kanaya.
Melihat gadis itu yang menguburkan tubuhnya kedalam pelukannya, orang itu memperlebar senyumnya.
Gadis ini pasti merasa dingin dan sekarang sedang mencari kehangatan.
Tenang saja, ia akan selalu menjadi tempat bagi gadis itu saat ia tak tahu haru pergi kemana.
Tatapan orang itu dengan tajam mengarah ke sebuah gedung perkantoran.
Tcih lihat saja, dalam waktu dekat orang yang berada di sana pasti akan merasa menyesal karena telah menyia-nyiakan gadis ini.
"Terimakasih Leon"
Kanaya mengangkat kepalanya dan bertemu dengan tatapan Leon.
Ya, tak pernah sekalipun terpikirkan oleh Kanaya. Bahwa saat ia sedang terpuruk dan tak tahu harus berbuat apa atau mau kemana, Leon adalah satu-satunya orang yang akan datang kepadanya.
Seolah ia bisa melihat dan mengetahui semua yang terjadi.
"Ya, apapun untukmu. Jangan takut, sekarang istirahat"
Setelah dibujuk dengan lembut oleh Leon. Tubuh Kanaya yang sudah merasa lelah seharian ini langsung jatuh tertidur.
Mau se paranoid atau sejahat apapun Leon di dalam novel. Nyatanya ia adalah satu-satunya orang yang akan peduli padanya.
NOTE: UDAH YA SAYANG SEGINI DULU, NANTI PAN KAPAN AKU UP LAGI. INI AKU NULIS SEHARIAN TAHU, JANGAN LUPA DI VOTE😡
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Tunangan Pemeran Utama
FantasíaKanaya yang malam itu tidur setelah membaca novel, tiba-tiba terbangun di ranjang rumah sakit. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang tidak dikenalinya. "Naya sayang, kamu sudah bangun nak? mana yang sakit, ayo kasih tahu tante!" ujar seorang wanita...