Bab 7. Hilang

10.3K 745 4
                                    


"KANAYA, KANAYA"

"NAYA, NAYA!"

"KANAYA KAMU DIMANA?"

"NAYA"

Satu demi satu teriakan terdengar dari tepi gunung. Semua orang sudah mulai mencari Kanaya mulai dari lokasi diduganya Kanaya menghilang, sampai menyusuri jalan-jalan yang seperti tidak mungkin dilewati.

"Saga, kita udah dua jam nyariin dan belom ketemu juga. Kasihan anak-anak udah pada capek, tuh cewek-cewek juga nangis terus dari tadi" ujar David dengan nada kesal.

"Beberapa temanin anak cewe turun buat istirahat. Beberapa lagi tinggal disini, kita cari sejam lagi. Kalau emang dalam waktu satu jam kita belum bisa nemuin Kanaya, kita lanjut pencarian besok pagi. Sekalian kita hubungi polisi, disini gak ada sinyal buat nelpon" usul Abidzar yang mendapat anggukan dan langsung dilaksanakan.

                                ***

"Saga, udah sejam kita nyari dan belom ada tanda-tanda keberadaan Kanaya. Mending kita istirahat dulu dan ngumpulin tenaga buat nyari besok pagi" ucap Arya yang mendapat pelototan penuh amarah dari Saga.

"KALIAN SEMUA KALO MAU TURUN, TURUN AJA DULUAN. POKOKNYA KALO NAYA BELOM KETEMU, GW GAK BAKAL BALIK!" ujar Saga yang dipenuhi emosi dan terlihat seperti orang kesetanan.

"Kalian turun aja dulu, Saga sama Leon kalian gak boleh keburu emosi. Cari Kanaya dalam keadaan tenang. Kita semua tetep bantu nyari kok" ujar Abidzar yang mencoba menenangkan dua orang yang sedari tadi terlihat seperti orang gila.

Dengan begitu tidak ada yang berani bersuara lagi, dan mereka tetap melanjutkan pencarian.

Leon yang merasa mulai tenang, mulai menghubungi pihak resor untuk memanggil bantuan.

Lalu tak lama Leon berjalan kembali kearah terakhir kali Kanaya terlihat, disisi semak-semak terdapat jejak kaki yang menjorok kedalam. Dibukanya semak-semak itu, dan seperti yang Leon duga. Dibelakang semak-semak adalah jurang dan terdapat potongan kain yang sobek.

"Semuanya, disini" teriakan keras Leon memancing semua orang untuk datang kepadanya dan mereka kaget saat mendapatkan fakta itu.

Sementara yang lain memikirkan cara untuk turun kebawah, Saga dengan bodohnya memilih untuk langsung terjun mengikuti jejak itu.

"Bocah tolol" maki David saat melihat temannya yang tak dapat menahan emosinya.

Dan yang lebih parahnya lagi, Leon yang terlihat tenang juga mengikuti jejak Saga untuk meluncur kebawah.

Mereka semua saling memandang, dan memutuskan untuk menunggu tim bantuan datang. Setidaknya dengan adanya tambahan dua pria, mereka berharap Kanaya tidak kenapa-napa.

Sedangkan dibawah sana. Orang yang dicari-cari sejak tiga jam tadi sudah menggigil kedinginan. Bibirnya terlihat pucat dan dahinya penuh dengan keringat dingin.

Beberapa daun kering menempel di rambut dan tubuhnya. Sementara kakinya mengeluarkan darah karena tidak sengaja menghantam batu saat terjatuh.

Kanaya tidak berani pergi jauh-jauh dari situ, selain karena kakinya yang sakit saat digerakkan. Itu juga karena Kanaya yakin bahwa akan ada yang menjemputnya disini.

Sejam dua jam, Kanaya tetap menunggu sampai akhirnya Kanaya mulai merasa pusing. Tenaganya terasa terkuras habis, ia jadi mulai kehilangan harapan sedikit demi sedikit.

Untungnya Kanaya masih bisa melihat lingkungan sekitar berkat adanya cahaya bulan. Kanaya hanya berharap ia cepat mendapat pertolongan dan tidak akan bertemu hewan buas.

"Naya, Naya, Naya bangun Naya, ayo Naya buka matanya Naya!"

Naya mengernyit saat merasakan ada orang yang menepuk-nepuk pipinya dengan keras. Suara orang itu juga terdengar sangat jelas. Apa ada yang sudah menemukannya?

Kanaya dengan susah payah membuka matanya, dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah seorang pria tampan.

"Malaikat? Apa aku udah mati? Aku ada di surga?" Tanya Kanaya dengan heran.

"Gadis bodoh, jangan bicara sembarangan" jawab Saga sambil memeriksa kondisi tubuhnya.

Lama kelamaan Naya mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Ah, malu rasanya karena salah mengira wajah tampan didepannya adalah wajah malaikat.

Saat Kanaya menoleh kesamping, barulah Kanaya memperhatikan bahwa ada orang tambahan selain Saga.

Dengan cahaya bulan, Kanaya bisa melihat bahwa orang itu adalah Leon.

Kedua pria yang biasanya terlihat rapi dan acuh tak acuh, sekarang terlihat sangat kotor.

Mereka menggulung lengan pakaian yang mereka pakai, sedangkan jaket mereka berada ditubuh Kanaya.

Melihat Kanaya yang terlihat masih bingung dan linglung, Saga lantas langsung menggendongnya dipunggung.

Leon yang menyaksikan hal itu, hanya mengikuti dari belakang.

"Makasih, Saga, Leon. Kalau gak ada kalian, mungkin aku udah mati kedinginan hehe"

Sayangnya kata-kata bercandaan Kanaya mendapatkan balasan berupa tatapan mematikan dari keduanya.

Gadis ini mana tahu kalau mereka sudah hampir putus asa mencarinya. Namanya diteriakkan di seluruh tempat, tapi tidak ada yang menjawab.

Ternyata gadis itu tertidur tepat dibawah pohon. Napas mereka saat melihat keadaannya saat itu terasa seperti terhenti. Dan gadis ini masih berani untuk mengatakan lelucon?

Setelah kerjasama antara keduanya untuk mencari jalan keluar dan naik keatas, hari sudah menginjak pagi hari. Kini mereka kembali ketempat untuk melihat bintang jatuh, dan yang mereka lihat sekarang adalah matahari terbit.

Ditemani dengan hangatnya sinar matahari pagi, dan sejuknya angin pegunungan. Mereka bertiga menghela napas lega dan langsung dihampiri oleh teman-teman yang lain.

Setelah bertanya tentang situasinya, mereka semua langsung menuju resor. Tenda-tenda dan semua peralatan sudah di bereskan oleh anak-anak yang kembali lebih dahulu.

Saga langsung membawa Kanaya ke kamarnya. Mana mungkin Saga mempercayakan tunangannya kepada para gadis itu lagi, lebih baik berbagi kamar dengannya daripada ada kejadian tidak terduga lagi.

Setelah meletakkan Kanaya ditempat tidur, Saga dengan cepat membersihkan dirinya terlebih dahulu. Lalu mulai mengambil air hangat dan menyeka wajah Kanaya yang tercoreng lumpur.

"Ganti bajunya, habis ini bakal ada dokter yang datang buat ngecek keadaan kakimu"

Saga akan pergi keluar tetapi terhenti saat merasakan ada yang menarik lengan bajunya.

"Saga makasih ya, maaf aku jadi ngerepotin kalian semua" ucap Kanaya sambil menundukkan kepalanya.

Setelah lama tak mendapat jawaban, Kanaya mengangkat kepalanya dan melihat Saga yang menatap langsung ke matanya.

Ditatap seperti itu membuat Kanaya merinding dan reflek melepaskan pegangannya.

Melihat Kanaya yang sepertinya merasa tidak nyaman, Saga hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar kamar.

'Apa sekarang Saga marah ya sama aku?' pikir Kanaya dalam hati sambil menghela napas berat.

NOTE: YOK AYOK VOTE SAYANG✨

Maaf kalau kurang jelas, saya bacanya juga males karena habis di revisi malah hancur tata bahasanya🙏

Menjadi Tunangan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang