🌸 4 🌸

240 35 0
                                    

Dia sudah memperhitungkan segala kemungkinan. Sepeda yang tempo hari dia minta kepada Kakashi baru saja tiba lima menit lalu. Dia berniat menggunakan kendaraan tersebut untuk melintasi jalan, menemukan spot-spot bagus yang ada di Kyoto.

Kunjungan Uzumaki Naruto ke tempat ini demi bersembunyi dari ibunya. Uzumaki Kushina menginginkan dia mengambil alih bisnis yang sejak 20 tahun lalu mulai terbentuk. Masalahnya perusahaan tersebut tidak sesuai dengan jati diri lelaki itu. Bagaimana bisa pria jantan modern dan terampil seperti dirinya justru menangani sebuah perusahaan perencana pernikahan? Wedding Organizer.

Bertahun-tahun mengenyam pendidikan seni di Prancis. École Nationale Supérieure des Beaux-Arts, Paris, di sanalah Naru menyelesaikan kuliah hingga sidang tesisnya rampung. Dia mendapatkan nilai sempurna dan Gelar Master Artistik tersemat di belakang namanya.

Itulah yang menjadi alasan baginya memilih Kyoto sebagai tempat pelarian. Selain Kakashi, tak ada yang tahu keberadaannya. Akan berbeda andai Kushina mendengar perihal ini, maka satu-satunya yang dapat wanita itu salahkan dan mungkin menjadi pelampiasan atas amukannya adalah Kakashi.

Kyoto terkenal sebagai kota yang kaya budaya, seni dan peninggalan sejarah. Kyoto juga pernah menjadi ibu kota Jepang sebelum Tokyo. Kota ini juga sebagai tempat pertama kali dibukanya film Jepang. Begitu menapaki kaki di Kyoto, mata langsung dimanjakan oleh bangunan-bangunan tradisional serta kuil kuno yang megah, tercatat sebagai warisan budaya yang diakui dunia.

Tujuan Naru berkunjung kemari, antara lain demi menemukan banyak inspirasi yang bisa dia jadikan sebagai proyek pribadi. Rencana besar yang telah lama dia persiapkan, membangun prestasi miliknya pribadi, bukan warisan ibu, juga tanpa menyia-nyiakan bakat seni yang dia kuasai.

Usai mempersiapkan diri, Naru menggiring sepedanya ke depan gerbang, pagar bambu yang catnya sudah memudar. Di dalam benar-benar sepi. Dia tak tahu pasti apa yang dilakukan ayah dan anak tersebut di setiap harinya, Hyuuga Hiashi mengatakan bahwa mereka memiliki toko bunga dan Hinata sebagai pengelola. Usaha kecil-kecilan itu dia percayakan kepada putri semata wayang, berawal dari kerja keras Ibu Hinata. Sedang bertani atau berkebun lebih menyenangkan bagi Hiashi, terutama saat dapat mengalihkan kesedihannya atas kepergian sang istri.

-----

Kyoto merupakan rumah bagi banyak kuil Shinto dan kuil Buddha. Selain tempat wisata dan kuil Buddha yang terkenal, di Kyoto juga terdapat banyak toko tradisional, bengkel kerja seniman juga pemandian air panas untuk umum.

Mengayuh sepeda menuju Kiyomizu-dera, barangkali bisa menghabiskan waktu bekisar 30 menit. Begitu sampai di tempat tersebut, Naru membayar biaya parkir sebesar 200 yen untuk beberapa tempat sekaligus. Pasalnya dengan harga itu, dia dapat menggunakan tiket secara berulang, memarkirkan sepedanya di beberapa kuil lain tanpa perlu membayar lagi.

Padahal bukan hari libur, namun tetap saja di kuil tidak benar-benar sepi seperti yang dia bayangkan. Selagi menikmati peninggalan sejarah di bagian dalam kuil, memandang keindahan pepohonan yang mengelilingi bangunan, tak lupa Naru mengabadikan penampakan alam dan warisan budaya tersebut dengan kameranya.

Kiyomizu-dera berdiri di area seluas 130.000 meter persegi. Berlatar belakang Gunung Otowa (Gunung Shimizu), di sini terdapat banyak monumen mirip aula utama yang tertunda pelaksanaan pembangunannya. Ada pula menara rangkap tiga dan menara lonceng terbesar di Jepang.

Di aula utama, terdapat patung Senju Senboku Kanzeon. Ia adalah Buddha rahasia yang dibuka setiap 33 tahun sekali. Dan pada saat itu ajaran setempat mempercayai bahwa patung itu akan berubah menjadi tiga puluh tiga sosok yang akan menyelamatkan orang-orang.

Puncak kuil berupa sebuah panggung yang menjorok dari aula utama. Sekitar 410 lempengan diregangkan, total area sekitar 190 meter persegi dan ketinggian dari tebing sekitar 13 meter. Aula utama dibangun di atas tebing curam Gunung Otowa. Didukung oleh 18 pilar pohon ek, dibangun dengan metode tradisional Jepang kuno yang disebut Kakezukuri, yaitu menggabungkan kayu tanpa menggunakan paku. Panggung ini awalnya merupakan tempat untuk pertunjukan khusus bagi Kannon. Pagelaran seni tradisional seperti Kabuki dan Noh.

Puas menjelajah seraya mengambil banyak spot mengagumkan, Naru sempat mengatasi rasa laparnya di salah satu kafe yang tersedia di sana, Smile Burger. Roti lapis berisi salad sayur berikut patty olahan daging dan burger ayam teriyaki menjadi pilihannya. Makanan praktis, enak juga mengenyangkan. Selama 20 menit dia duduk di gerai tersebut. Menunggu makanan tersaji, lalu menikmatinya bersama segelas coca cola dingin, sambil dia mengecek ulang hasil foto di kameranya.

Tepat pukul dua, Naru kembali mengayuh sepedanya menuju jalan pulang. Raut senang terlukis di wajahnya. Tidak percuma dia memutuskan menetap di Kyoto sementara waktu. Menyusun rencana atau mempersiapkan diri dari probabilitas oleh sang Ibu. Tentu sulit menolak secara paksa, perilaku keras terhadap Ibunya tak akan pernah menjadi pilihan. Meski berharap memperoleh kebebasan sebagai satu-satunya penentu jalan hidup, andil orang tua sama pentingnya.

-----

Sebuket bunga mawar Hinata berikan kepada si pemuda. Seraya tersenyum, dia sempat sedikit membungkuk. "Terima kasih. Lain kali mampir lagi, ya." Si pemuda tertunduk singkat, sebelum kembali menaiki motornya.

"Aku jadi penasaran dengan pria itu. Tampan tidak?" temannya bernama Tenten bertanya usai menyeruput kencang jus mangga di atas meja, dia bertopang dagu selagi menunggu Hinata menanggapi.

"Dia ..." kini pikiran Hinata mengulang kali pertama dia mengintip si tetangga asing sedang mandi. Dia ingat betul sempat beranggapan tetangganya itu merupakan sosok malaikat atau jelmaan dewa. Lalu dalam sekejap gelagat Hinata mengundang kecurigaan bagi teman-temannya. Dia malah menggeleng-geleng tak jelas. "Biasa saja menurutku."

"Jangan bohong. Aku bisa tahu ketika kamu sengaja menyembunyikan sesuatu dari kami." Sakura menyela dan Tenten spontan manggut-manggut, menyetujui pernyataan si rambut merah muda.

"Tidak! Dia hanya pria malas, si pengangguran! Bisanya cuma membuat masalah."

"Sakura, dia sangat aneh. Harus ya membentak begitu?"

"Kenapa kamu heran?! Bukankah Hinata selalu begitu jika sudah ketahuan? Aku sangat yakin ada yang sengaja dia tutup-tutupi." Kata Sakura memperjelas, lantas Hinata justru pura-pura sibuk merangkai bunga. Posisinya masih berdekatan dengan meja, tempat kedua teman karibnya duduk.

"Kalian buktikan saja sendiri dan pegang ucapanku. Dia sangat menjengkelkan. Gara-gara dia aku selalu kena masalah. Belakangan ini Ayah sering mengomel padaku. Aku tidak diizinkan lagi untuk datang ke rumah sebelah. Abu Ibuku juga dipindahkan, ya karena dia juga. Ayah bilang kami perlu membuat dia betah selama tinggal di sana. Tapi itu 'kan rumah kami. Cuma penyewa, tapi tingkahnya seperti pemilik rumah. Dia pikir siapa dia?"

"Besok kami datang ke rumahmu, ya? Pagi-pagi kami akan menjemputmu." Tenten menginterupsi, kemudian Sakura menaikkan kedua bahu dan alisnya. Pertanda ketika dia tidak dalam pilihan apa-apa, ikut pun bukan masalah.

Tak lama berselang, Hinata membuang napas berat. Seolah dia baru saja ditimpa tumpukan beban, membuat sekujur tubuh mendadak lelah, kehilangan minat. Berujung dia menggulir pandang kepada teman-temannya dan bilang dengan malas, "Terserahlah. Memangnya kapan kalian bisa dicegah?"

Bersambung...

Uninvited Neighbor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang