"Bora sayang!" panggil Arka setelah melihat kehadiran Bora ketika ia dan Mario berkunjung ke rumah Rei. Tidak seperti biasa, biasanya tiga lelaki itu berkeringat karena habis olahraga di pagi hari. Tetapi saat ini mereka begitu rapi, seprti hendak pergi ke suatu tempat. Berbeda sekali dengan Bora yang masih memakai piyamanya yang berwarna pink dengan rambut terikat ala pentol.
Mario terlihat tersenyum manis pada Bora, Bora membalas senyum manis itu tanpa menghiraukan Arka yang akhir-akhir ini sering sekali menggodanya setiap bertemu.
"Mau ke mana kalian?" tanya Bora kepo, sedikit-sedikit ia melirik Rei yang tampak sibuk dengan ponselnya.
"Kita mau ke pantai, ikut yuk?" ajak dan jawab Mario.
Mendengar itu, Bora langsung sumringah.
Pantai? Sudah berapa tahun dia tidak ke pantai karena tidak ada yang mengajaknya ke pantai. Zaman pacaran sama Egi juga begitu, Egi tidak pernah mau ke pantai karena takut kulitnya menghitam. Katanya, biaya perawatannya mahal.
"Wah asik nih kalau Bora ikut!" sahut Arka.
Tentunya Bora bahagia, ia bahagia sekali. Hanya saja ...
"Gila lo pada? Ngapain ajak bocil ke pantai?" celetuk Rei, menjengkelkan seperti biasanya.
Wajah gadis itu auto cemberut.
"Rei, jahat banget sih lo. Mobil Mario juga masih cukup kali kalau ajak Bora," protes Arka. Walau Arka genit, tetapi Arka baik juga.
"Udah jangan hirauin Rei, ganti baju sana. Kita tunggu," sambung Mario, malaikat tak bersayap.
"Jangan ikut, ngerepotin nanti lo." Rei kukuh pada pendiriannya.
"Bodo amat, gue mau ikut!" balas Bora, membuat Rei kesal. "Mario, Arka ... tunggu jangan tinggal. Aku mandi bentar."
"Pake baju yang seksi ya!" ujar Arka dengan wajah girangnya, kemudian langsung ditimpuk Rei menggunakan bantal sofa.
"Insyaf bro," jelas Mario geleng-geleng.
***
Rei kalah telak.
Lelaki berkaos putih dan celana pendek berwarna krem itu hanya bisa duduk di belakang bersama dengan Arka karena di kursi depan ada Mario yang sedang menyetir dan nyonya Bora yang sejak tadi tidak berhenti berkicau.
Realitanya meski dia menolak, tetap saja gadis bar-bar itu masuk ke mobil tanpa peduli akan larangannya. Apalagi Mario dan Arka yang menjadi tamengnya saat ini.
"Bora, abang dengar kamu udah putus sama cowok kamu, ya?" tanya Arka, yang duduknya agak menengah hingga membuat Rei yang di sebelahnya kesempitan. "Jangan khawatir, kalau kamu kesepian bisa hubungi abang."
"Abang? Tch." Rei meringis dengan kegenitan Arka, begitu juga dengan Mario yang langsung melayangkan tatapan matanya pada Arka melalui kaca spion tengah mobilnya.
"Oke, kalau nggak ada teman aku hubungi abang Arka," respon Bora, tidak seperti biasanya saat merespon Arka.
Melihat senyum Bora yang merekah, Arka langsung memegang letak jantungnya. "Bora, kamu kok jadi baik ke abang? Biasanya kamu cuekin abang."
"Soalnya Abang Arka udah izinin aku ikut ke pantai dan belain aku dari kunyuk yang duduk di belakang aku itu," jawabnya kencang, meledek Rei.
"Kunyuk? Gue maksud lo?" tanya Rei tak terima, akhirnya ia angkat bicara setelah merasa diasingkan di geng-nya sendiri karena dua temannya terlalu fokus mengajak Bora berbincang dibandingkan dirinya.
"Kok kaya ada yang ngomong ya?"
"LEEBORA!"
"Bang Arka, dengar ada orang ngomong nggak sih?" goda Bora seperti bocah, membuat Rei tak bisa menahan rasa kesal campur gemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leebora, My Crazy Housemate
Romantik"REIHART! GUE KAN TITIP PEMBALUT KENAPA MALAH DIBELIIN POPOK ORANG DEWASA?" "Jangan deket-deket, gue kan jadi pengen cium! Lo ganteng banget sumpah." "Wah habis mandi, pasti baunya wangi banget jadi pengen cium." "Rei, boleh nggak gue pegang otot pe...